iptek hortikultura VIOLETA Ê» «²¹¹«² ««³ ± ¾ ¼ ¼ Î ¾ Anthurium merupakan salah satu tanaman yang tergolong dalam famili Araceae dan sangat potensial dikembangkan sebagai tanaman hias. Selain sebagai bunga potong, tanaman Anthurium juga dapat ditampilkan dalam bentuk tanaman berbunga dalam pot. Bunga Anthurium memiliki warna yang beraneka ragam dan berdaya tahan segar cukup lama, sehingga banyak diminati oleh konsumen dalam dan luar negeri. Anthurium hasil produksi dalam negeri telah masuk di pasar internasional, walaupun volumenya masih relatif sedikit dan menempati peringkat pertama ekspor melalui Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno- Hatta tahun 1999-2002 (Nurmalinda et al. 2004). Sebagian besar kultivar Anthurium yang beredar di Indonesia, merupakan kulivar-kultivar introduksi di mana benihnya diimpor dari luar negeri dengan harga yang cukup mahal. Selain jenis kultivar sudah usang, kultivar introduksi tidak selalu adaptif dibudidayakan di daerah tropis (Wuryaningsih et al. 2004), sehingga input produksi (pestisida dan rumah lindung) yang lebih tinggi menyebabkan proses usahatani menjadi Salah satu upaya untuk lebih menggairahkan usahatani Anthurium dapat dilakukan dengan kehadiran kultivar-kultivar baru yang adaptif, lebih variatif, dan dapat diterima pasar dengan ketersediaan benih yang memadai. Evaluasi yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) terhadap kultivar-kultivar Anthurium pot introduksi ini telah menghasilkan jenis-jenis unggul 5
No. 5 - September 2009 yang adaptif pada kondisi tropis. Jenis-jenis unggul tidak hanya menampilkan performa pertumbuhan lebih baik, namun juga ekspresi karakter yang optimal seperti habitus mini yang kompak, ruas batang pendek, dan jumlah anakan per rumpun banyak. Jenis unggul ini kemudian dievaluasi lebih lanjut terhadap karakter komparatif lainnya, seperti ukuran dan warna bunga yang menarik dan posisi bunga dari tajuk/daun. Aksesi-aksesi terpilih kemudian dijadikan tetua persilangan untuk menghasilkan progeni yang mempunyai karakter kombinasi yang komparatif, seperti bentuk, ukuran, dan warna bunga yang lebih variatif. Program pemuliaan konvensional pada Anthurium pot yang dilakukan sejak tahun 2000 telah menghasilkan beberapa progeni unggulan. Beberapa kandidat ini juga disukai konsumen berdasarkan tanggap konsumen terhadap warna, bentuk, dan aroma bunga dibandingkan dengan kultivar introduksi komersial yang dilaksanakan pada Teknoexpo Hortikultura 28-31 Juli 2005 di Tlekung, Malang, Jawa Timur. Dari hasil evaluasi menyeluruh terhadap kandidat unggulan, terpilih satu kandidat yang kemudian dilepas sebagai varietas unggul nasional dengan nama Violeta yang mempunyai warna bunga ungu kemerahan dengan performa lebih ekspresif sebagai tanaman berbunga dalam pot. Penampilan dan Performa Tumbuh Anthurium cv. Violeta Pengujian terhadap penampilan dan performa tumbuh cv. Violeta didasarkan pada pengujian performa tumbuh dan preferensi konsumen. Pengujian performa tumbuh cv. Violeta dibandingkan dengan kultivar-kultivar komersial lainnya dilakukan secara invivo dan invitro. Pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Balithi dalam lingkungan di bawah paranet 55% (invivo) dan laboratorium kultur jaringan (invitro). Pada pengujian performa pertumbuhan invivo, kultivar pembanding yang digunakan adalah Carribo, Bonito, dan Lady Jane (tetua betina), sedangkan pada pengujian invitro digunakan cv. Carribo dan Mickey Mouse sebagai kultivar pembanding. Hasil pengujian invivo menunjukkan bahwa keempat aksesi Anthurium bertipikal tumbuh mini (tinggi 50 cm) yang merupakan performa ideal untuk Anthurium pot, walaupun cv. Violeta dan cv. Lady Jane mempunyai tipikal sedikit lebih tinggi dari cv. Carribo dan cv. Bonito. Kultivar Violeta juga memiliki tajuk yang lebih lebar dengan nisbah lebar dan panjang daun berkisar 1:1,57-2,14 yang merupakan prevalensi untuk penampilan yang lebih kompak untuk tanaman pot. Prevalensi terhadap performa morfologi daun Anthurium pot juga terlihat pada Violeta. Varietas baru dari Balithi ini memiliki daun ovate yang memanjang dengan ujung yang lebih meruncing yang hanya dimiliki oleh cv. Lady Jane selaku tetua betina. Panjang dan posisi spathe terhadap tajuk daun merupakan salah satu hal yang menjadi tolok ukur kekompakan dan keutuhan performa tanaman Anthurium berbunga dalam pot. Letak spathe cv. Violeta pada rerata daun mempunyai posisi ideal, yaitu berada agak di atas tajuk daun, seperti yang juga diperlihatkan oleh cv. Lady Jane. Hal yang membedakan cv. Violeta terhadap ketiga kultivar komersial, yaitu warna dominan dasar daun dan spathe serta ukuran spathe. Hingga saat ini masih sedikit kultivar komersial yang memiliki warna hijau daun yang kuat/gelap dengan perbandingan yang kontras dengan warna ungu kemerahan yang kuat serta pewarnaan antosianin pada tangkai bunga (Sulyo et al. 2005). Pada hasil pengujian, karakteristik yang dimiliki oleh cv. Violeta ini juga terlihat pada cv. Carribo, namun dengan ukuran spathe yang lebih kecil dan warna hijau daun yang lebih muda. Selain warna dasar daun dan ukuran spathe, cv. Violeta juga mempunyai warna dasar bagian atas spathe yang berbeda dengan ketiga varietas Anthurium pot lainya termasuk tetua betina cv. Lady Jane. Warna dasar bagian atas spathe cv. Violeta hampir mirip dengan cv. Carribo, namun dengan warna dasar bagian bawah spathe sangat berbeda. Pengujian pada skala invitro, menggunakan eksplan berupa daun muda yang diambil secara aseptik dan ditumbuhkan pada media dasar Nitsch and Nitsch. Hasil pengujian secara invitro menunjukkan bahwa perkembangan awal kalus awal ketiga aksesi berupa adanya pertumbuhan sel-sel baru pada margin eksplan daun mulai terdeteksi menjelang 45 HST pada kondisi gelap. 6
Perkembangan lanjut kalus berupa terbentuknya tunas-tunas torpedo dari ketiga aksesi lebih progresif terlihat setelah 60 HST. Kultivar Violeta terdeteksi mempunyai pertumbuhan tunas yang lebih progresif 25% dibandingkan dengan kultivar pembanding, cv. Mickey Mouse. Respons lebih planlet disubkultur pada media yang sama pada kondisi terang. Produktivitas pembentukan tunas hingga planlet lengkap juga terdeteksi lebih tinggi pada cv. Violeta dibandingkan dengan 2 kultivar pembandingnya, yaitu cv. Carribo dan Mickey Mouse (Budiarto dan Handayati 2007). Pengujian preferensi terhadap kandidat dan klon-klon harapan lain beserta satu kultivar komersial, cv. Lady Jane dilakukan dengan metode pooling in active selama 4 hari pada acara Tekno-ekspo. Sebanyak 236 responden bersedia memberikan penilaian terhadap penampilan 15 aksesi Anthurium yang ditampilkan. Hasil penilaian responden terhadap penampilan aksesiaksesi menunjukkan cv. Violeta memperoleh apresiasi yang lebih tinggi daripada kandidat lain dengan perolehan kartu terbanyak sejumlah 127 kartu, yang diikuti oleh klon 2005-15 dengan 101 kartu, cv. Lady Jane dengan 97 kartu, cv. Sunset dengan 84 kartu, dan cv. Carribo dengan 81 kartu. Secara umum dapat digambarkan bahwa cv. Violeta mempunyai karakter-karakter ideal sebagai performa pokok Anthurium pot. Kultivar Violeta juga menunjukkan karakteristik yang unik dan baru dibandingkan dengan kultivar-kultivar komersial pembandingnya, yaitu dari bentuk dan ukuran daun, pewarnaan antosianin pada tangkai bunga (Gambar 2), posisi spathe terhadap tajuk, ukuran dan warna spathe (Gambar 3). Beberapa karakter kumulatif ini tidak dimiliki oleh kultivar-kultivar komersial lainnya dan merupakan ciri pembeda varietas Violeta sebagai tanaman Anthurium berbunga dalam pot dari kultivar yang beredar saat ini. Hasil apresiasi responden yang tinggi terhadap cv. Violeta juga mengindikasikan penerimaan pasar lebih prospektif. Varietas unggul baru Anthurium pot dari Balithi ini diharapkan dapat berkembang secara komersial dan menjadi alternatif pilihan iptek hortikultura kultivar Anthurium yang telah beredar hingga saat ini. Kesesuaian Tempat Tumbuh dan Teknik Budidaya Anthurium cv. Violeta Anthurium cv. Violeta dianjurkan untuk dibudidayakan pada tempat berelevasi medium hingga agak tinggi dengan ketinggian sekitar 600-1.200 m dpl, dengan suhu harian berkisar antara 22-28 o C, dan kelembaban nisbi 75-80%. Pembudidayaan Anthurium baru ini dianjurkan di bawah naungan berupa paranet 65% dan terhindar dari curahan air hujan langsung untuk kondisi iklim Indonesia dengan panjang hari berkisar 10-11,5 jam/hari. Dalam proses budidaya, bibit yang digunakan adalah tanaman muda hasil pemisahan anakan atau propagasi konvensional lain yang telah berakar dan telah memiliki setidaknya 5 helai daun sempurna yang seragam, sehat, dan bebas dari gejala serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk penyakit sistemik. Tanaman muda ditanam pada pot berdiameter 15 cm dengan kerapatan 1 tanaman/pot. Media tanam yang digunakan adalah campuran sekam padi, kompos bambu, dan serbuk sabut kelapa (1:1:1). Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan dengan pupuk pelepas lambat Dekastar (14:14:14) pada dosis 5 g/pot diberikan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dan pemupukan dengan dosis yang sama dapat dilakukan 4 bulan sekali. Selain dari pupuk pelepas lambat, pupuk pelengkap cair NPK (16:16:16) juga diberikan setelah tanaman berumur 20 hari dengan dosis 200 ppm pada interval dua minggu sekali hingga tanaman siap dipasarkan. Pemberian air dilakukan sesuai kebutuhan dan aplikasi pestisida juga dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disiapkan benih penjenis varietas Anthurium Violeta melalui perbanyakan kultur jaringan. Tanaman muda hasil aklimatisasi dan planlet kemudian diperbanyak lebih lanjut melalui Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balithi guna menghasilkan benih pada kelas-kelas benih, selanjutnya didistribusikan kepada pengguna sesuai program Balithi. 7
No. 5 - September 2009 Daun memiliki warna hijau yang kuat/gelap Gambar 1. Varietas unggul Anthurium pot hibrida cv. Violeta dari Balai Penelitian Tanaman Hias. A B Gambar 2. Pewarnaan anthosianin pada tangkai bunga Gambar 3. A. Spathe, B. Spadik 8
PUSTAKA 1. Budiarto, K. and W. Handayati. 2007. Invitro Propagation of Several Anthurium Accessions using Leaf Explants. AGRIVITA. 39(3):261-268. 2. Nurmalinda, D. Herlina, dan Satsiyati. 2004. Studi Diagnostik Eksploratif Perkembangan Tanaman Hias Potensial. J. Hort. Vol 14. Edisi Khusus:442-453. iptek hortikultura 3. Wuryaningsih, S, F. J. Prasetya, R. Tedjasarwana, dan A. Mintarsih. 2004. Media Tumbuh, Daya Hantar Listrik, dan Pencucian Media untuk Kualitas Anthurium Pot. J. Hort. 14 (Ed. Khusus):374-380. Sulyo, Y. 1), K. Budiarto 1), I. Mariska 2), dan W. Handayati 1) 1) Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang-Segung, Pacet-Cianjur 43253 2) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16114 9