BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA 1.1 Profil Keluarga Program Pendampingan Keluarga (PKK) merupakan salah satu program pokok non-tema yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa peserta KKN PPM Periode XIII tahun 2016, dimana kegiatan ini bertempat di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Keluarga yang didampingi mahasiswa adalah keluarga yang termasuk dalam kriteria keluarga kurang sejahtera terutama dilihat dari segi penghasilan dan aset yang dimiliki. Dengan adanya mahasiswa maka diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan, baik dari segi materi atau spiritualnya untuk menuju hidup yang lebih baik. Salah satu dusun di Desa Bondalem yang diterapkan program KK Dampingan adalah di Dusun Kaja Kangin. Dari beberapa KK yang terdapat di dusun tersebut, penulis memilih keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa atas dasar rekomendasi dari Bapak Kepala Dusun Kaja Kangin. Kartu Keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa beranggotakan 3 orang, dimana terdiri dari Bapak Gusti Ketut Suyasa sendiri, istri Beliau yang bernama Ibu Putu Sukrini, dan anak bungsu Beliau dengan nama Gusti Komang Agus Rekiana. Namun sebenarnya, Beliau dikaruniai 3 orang anak laki-laki. Anak sulung Beliau sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak bernama Ngurah yang berumur 3 tahun dan Okta berumur 16 bulan. Kemudian, anak dan menantunya memilih untuk merantau di Kota Denpasar. Sementara anak kedua Beliau pun sudah menikah, dalam istilah Balinya disebut nyentana yang berarti
putranya tersebut mengikuti adat atau tinggal bersama pihak istri. Namun, cucu dari anak pertama Beliau itu harus dititipkan pada Beliau dan istri karena sesuatu dan lain hal. Lokasi rumah Keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa bertempat di tengah tegalan. Rumah Beliau dapat diakses dengan berjalan kaki ataupun mengendarai sepeda motor. Luas lahan yang ditempati Beliau ± 2 are dengan 1 kamar tidur seluas ± 20 m 2, 1 dapur seluas ± 6 m 2, dan 1 kamar mandi. Rumah tersebut bersifat semi permanen dengan dinding bambu, beratap seng, dan berlantai tanah. Dalam kesehariannya, Bapak Gusti Ketut Suyasa bekerja sebagai buruh bangunan dan istrinya terkadang membantu perekonomian keluarga dengan bekerja serabutan seperti membungkus dodol. Namun, karena keterbatasan kemampuan fisik, Beliau merawat sapi milik orang lain agar nanti mendapat sedikit bagian jika sapi dijual. Adapun keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa mendapat bantuan dari pihak pemerintah berupa raskin (beras miskin) yang didapat hanya setahun sekali. No. Nama Status Umur Pekerjaan Keterangan 1. Gusti Ketut Kawin 47 Buruh Suami Suyasa 2. Putu Sukrini Kawin 35 Buruh Istri 3. Gst. Km. Agus Belum 16 Pelajar Anak Rekiana Kawin
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa berasal dari pendapatannya sebagai buruh bangunan. Beliau mampu mengantongi Rp. 70.000,- per hari. Namun menurutnya, penghasilan tersebut tidak menentu karena keterbatasan kemampuan fisik yang Beliau miliki. Selain itu, pendapatan keluarga juga didukung oleh istrinya yang terkadang bekerja serabutan membungkus dodol dengan penghasilan Rp. 50.000,- per dua hari. Dengan penghasilan yang tidak menentu tersebut, Bapak I Gusti Ketut Suyasa harus menanggung banyak hal dalam rumah tangga yang ia kepalai. 1.2.2 Pengeluaran Keluarga Sebagai tolak ukur kesejahteraan sebuah keluarga, umumnya digunakan perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga tersebut. Dengan besarnya pendapatan yang telah dijabarkan diatas, Bapak Gusti Ketut Suyasa harus memenuhi kebutuhan keluarga seperti: kebutuhan sehari-hari, biaya sosial, biaya listrik, air, kesehatan, upakara, dan lain-lain. Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Gusti Ketut Suyasa mengenai biaya biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain sebagai berikut: 1. Kebutuhan Sehari-hari Salah satu bentuk pengeluaran keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa adalah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pengeluaran sehari-hari tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi seperti beras, lauk-pauk, sayur-mayur, dan kopi sebesar ± Rp. 20.000,- per hari. Selain biaya konsumsi untuk keluarganya, Bapak Gusti Ketut Suyasa juga harus mengeluarkan biaya untuk keperluan mandi (MCK) dan mencuci seperti sabun, pasta gigi, shampoo, deterjen, sabun cuci piring, dan lain sebagainya yang menghabiskan uang sebesar ± Rp. 20.000, 2. Pengeluaran Bulanan Pengeluaran bulanan ini dapat meliputi biaya listrik dan air. Setiap bulan Bapak Gusti Ketut Suyasa rata-rata harus membayar sebesar Rp 100.000,- per bulan untuk biaya listrik sekaligus air. Dengan rincian biaya air sebesar Rp. 50.000,- dan listrik sebesar Rp. 50.000,- dikarenakan Bapak Gusti Ketut Suyasa tidak memiliki meteran listrik sendiri. 3. Kesehatan Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara produktif, sosial, dan ekonomis. Keluarga Bapak Gusti Ketut Suyasa merupakan salah satu keluarga yang bisa dikategorikan jarang sakit mesti dengan keadaan yang serba sederhana. Walaupun demikian, jika ada salah satu anggota keluarganya yang sakit, Beliau pasti mengajaknya ke puskesmas dengan estimasi biaya sekitar ± Rp. 30.000,- sesuai dengan sakit yang di derita oleh salah satu anggota keluarga.
4. Kerohanian Untuk kerohanian, Bapak Gusti Ketut Suyasa beserta keluarga selalu membuat banten baik itu kesehariannya maupun untuk Rahinan Kajeng Kliwon, Tilem, Purnama, serta Hari Raya Besar seperti Galungan, Kuningan, Pagerwesi, dan lain-lain. Namun adapun biaya yang dikeluarkan untuk keperluan upakara yaitu pada Rahina Tilem, Purnama, Kajeng Kliwon yaitu sebesar Rp. 50.000,- per lima belas hari. Biaya yang dikeluarkan untuk Hari Raya Besar seperti Galungan, Kuningan, Pagerwesi, dan yang lainnya adalah sebesar Rp. 200.000,- 5. Sosial Bapak Gusti Ketut Suyasa mengeluarkan dana sosial yang berupa turunan di pura. Turunan tersebut merupakan iuran wajib yang diperuntukkan untuk keperluan piodalan di pura. Bapak Gusti Ketut Suyasa mengeluarkan biaya sebesar Rp. 600.000,- dalam kurun waktu 1 tahun.