Bibit sapi perah holstein indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Susu segar-bagian 1: Sapi

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

Semen portland komposit

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Bambu lamina penggunaan umum

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Biji kakao AMANDEMEN 1

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Analisis kadar abu contoh batubara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Perpustakaan umum kabupaten/kota

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Semen beku Bagian 1: Sapi

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Air demineral SNI 6241:2015

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

Rambu evakuasi tsunami

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

Tuna dalam kemasan kaleng

Spesifikasi aspal emulsi kationik

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Semen beku Bagian 2: Kerbau

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Bibit sapi perah holstein indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu... 1 4 Cara pengukuran... 3 Bibliografi... 5 Tabel 1 - Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah betina holstein indonesia... 2 Tabel 2 - Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah jantan holstein indonesia... 3 Tabel 3 - Persyaratan produksi susu... 3 Gambar 1 - Bibit sapi perah holstein indonesia... 2 Gambar 2 - Cara pengukuran bibit sapi perah holstein indonesia... 4 Gambar 3 - Cara pengukuran scrotum sapi perah holstein indonesia jantan... 4 BSN 2014 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit sapi perah holstein indonesia ini merupakan revisi dari SNI 2735:2008, Bibit sapi perah Indonesia dikarenakan : 1. SNI 2735:2008, Bibit sapi perah Indonesia telah ditetapkan selama 5 (lima) tahun sehingga diperlukan adanya penyesuaian dengan perkembangan sapi perah di Indonesia; 2. Sesuai amanah UU Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa tidak ada pengklasifikasian bibit (bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar), maka dalam SNI sapi perah holstein indonesia perlu dilakukan penyesuaian; Standar ini disusun oleh Sub Komite Teknis (SKT) 67-03-S1 Bibit ternak untuk: 1. Peningkatan kualitas genetik sapi perah Indonesia 2. Peningkatan produktivitas dan populasi sapi perah holstein di Indonesia; dan 3. Memberikan jaminan kepada konsumen akan mutu bibit sapi perah Standar ini telah melalui rapat teknis dan terakhir disepakati dalam konsensus di Bogor tanggal 26 November 2013. Hadir dalam konsensus tersebut ketua dan anggota Sub Komite Teknis (SKT) 67-03-S1 Bibit ternak dan instansi terkait lainnya. Standar ini telah melalui jajak pendapat pada tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan 15 Mei 2014 dengan hasil akhir Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia RASNI. BSN 2014 ii

Pendahuluan Bibit sapi perah holstein indonesia merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan produktivitas dan populasi holstein di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut diatas dibutuhkan ketersediaan bibit sapi perah holstein indonesia yang berkualitas dan jumlahnya cukup. Secara umum kriteria bibit sapi perah holstein indonesia didasarkan pada sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif. SNI Bibit sapi perah holstein indonesia merupakan port of folio sapi perah Indonesia sehingga pemanfaatannya harus selalu mengikuti perubahan yang ada di masyarakat sesuai tuntutan pembangunan. BSN 2014 iii

1 Ruang lingkup Bibit sapi perah holstein indonesia Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi perah holstein indonesia. 2 Istilah dan definisi 2.1 bibit sapi perah holstein indonesia bibit sapi perah holstein Indonesia yang lahir dan beradaptasi di Indonesia, mempunyai ciri dan kemampuan produksi sesuai persyaratan tertentu sebagai bibit untuk menghasilkan anak dan produksi susu 2.2 cacat genetik bentuk cacat tubuh diperoleh sejak dalam kandungan antara lain muka bulldog, kaki satu, atresia ani 2.3 cacat fisik bentuk cacat tubuh diperoleh setelah lahir (dapatan) antara lain pincang dan patah tulang 2.4 dokter hewan berwenang dokter hewan yang ditunjuk oleh menteri, gubernur, atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan 2.5 305.2x.ME jumlah hari diperah selama 305 hari dengan frekuensi pemerahan 2 kali sehari setara dewasa (mature equivalent) 3 Persyaratan mutu 3.1 Persyaratan umum 3.1.1 Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh dokter hewan yang berwenang untuk melaksanakan tindakan kesehatan hewan dan menerbitkan sertifikat kesehatan hewan 3.1.2 Tidak memiliki segala bentuk cacat genetik dan cacat fisik serta cacat organ reproduksi sesuai dengan ciri khas holstein indonesia 3.1.3 Mempunyai silsilah (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi diatasnya untuk jantan dan 1 (satu) generasi diatasnya untuk betina 3.1.4 Ambing simetris, jumlah puting 4 (empat), bentuk puting normal untuk betina 3.1.5 Bukan berasal dari kelahiran kembar jantan betina (freemartin) untuk betina BSN 2014 1 dari 5

SNI 2735::2014 Pers syaratan kh husus 3.2.1 Perrsyaratan kualitatif k Bibit sapi perah p holste ein indonesia jantan da an betina mempunyai m w warna hitam m putih atau u merah putiih dan tidakk bertanduk (dehorning g) sebagaim mana contoh h Gambar 1. jantan betina betina onesia Gambar 1 - Bibit sapi perah holstein indo 3.2.2 Perrsyaratan kuantitatif k Persyarata an kuantitattif bibit sap pi perah ho olstein indo onesia sebagaimana tercantum pada Tabel 1 da an Tabel 2, serta s persyaratan prod duksi susu sebagaiman s na tercantum m pada Tab bel 3. bel 1 - Pers syaratan ku uantitatif biibit sapi pe erah betina a holstein in ndonesia Tab Umurr (bulan n) 15-18 8 BSN 2014 Parame eter Satu uan P Persyaratan n (minimum m) Lingkkar dada cm m 15 55 Tingg gi pundak cm m 12 21 Bobot badan kg g 30 00 2 dari d 5 3.2

Tabel 2 - Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah jantan holstein indonesia Umur (bulan) 18-24 No 1 2 Parameter Satuan Persyaratan minimum Lingkar dada cm 183 Tinggi pundak cm 144 Bobot badan kg 490 Lingkar scrotum cm 33 Tabel 3 - Persyaratan produksi susu Bibit sapi perah holstein indonesia Produksi susu induk (305.2x.ME) pada laktasi I Bapak berasal dari induk yang mempunyai produksi susu (305.2x.ME) pada laktasi I 4 Cara pengukuran Betina satuan kilogram Persyaratan Jantan 5000 6000 6000 7000 Dilakukan di farm/kelompok/peternak daerah asal ternak, dengan posisi sapi berdiri sempurna di atas keempat kaki pada lantai yang rata. 4.1 Umur Menentukan umur berdasarkan catatan kelahiran. 4.2 Lingkar dada Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur pada bidang yang terbentuk mulai dari pundak ke dasar dada sebagaimana Gambar 2. 4.3 Tinggi pundak Cara mengukur tinggi pundak dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak pundak sejajar dengan kaki depan dengan menggunakan tongkat ukur sebagaimana Gambar 2. 4.4 Lingkar scrotum Cara mengukur lingkar scrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian tengah testis sebagaimana Gambar 3. BSN 2014 3 dari 5

4.5 Menghitung produksi susu Produksi 305.2x.ME = a x b x c (1) Keterangan : a adalah produksi susu sebenarnya b adalah faktor standarisasi pemerahan 305 hari c adalah faktor umur standarisasi setara dewasa pada laktasi pertama Keterangan: a : Lingkar dada b : Tinggi pundak Gambar 2 - Cara pengukuran bibit sapi perah holstein indonesia Gambar 3 - Cara pengukuran scrotum sapi perah holstein indonesia jantan BSN 2014 4 dari 5

Bibliografi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPT-HPT) Baturraden, 2013. Laporan Data Pengukuran Sapi Perah Bull Selection, 2003. The State of Queensland, Departement of Primary Industries. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2003. Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi Perah Proyek Pembibitan Ternak Sapi Perah, Sapi Potong, Domba, Unggas dan Hewan Kesayangan di Masyarakat Jawa Barat APBD Propinsi Jawa Barat 2002. Holstein, 2011. Select Sires Canada Inc. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan BSN 2014 5 dari 5