Suatu Kajian Sosio-Budaya Tentang Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu Di Pulau Nusalaut Maluku Tengah TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) Pada Fakultas Teologi UKSW Oleh BEATRIXS SKILLIA SOUMERU 752011011 PROGRAM PASCASARJANA SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012
LEMBARAN PERSEMBAHAN Terima Kasih Tuhanku Atas PertolonganMu Saat pertama kali ku melangkah menuju bangku pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, saat itu juga harapan akan keberhasilanku sangat besar. Ku tahu bahwa semuanya ini akan begitu sulit dan penuh dengan perjuangan, namun tak ada keraguan, dengan tekad dan kepercayaan yang sungguh ku yakin Tuhanlah sebagai penolong yang selalu ada bersama dan membantuku dalam setiap proses demi kekuksesan yang ingin kugapai. Tesis ini kupersembahkan kepada: Orang-orang yang dengan tulus mencintaiku, membantuku disetiap masa Papa Dan Mama Tercinta Terima kasih banyak untuk segalanya: dukungan, motivasi, peluh keringat dan pengorbanan juga kesetiaan yang selalu kalian berikan untuk anakmu ini, inilah karya yang dapat kupersembahkan Kakak-Kakak Iparku Dan Adik-Adikku Adikku Tercinta untuk setiap dorong doa yang diberikan bagi saudaramu ini, berarti sekali dan takkan dilupakan Untukmu Negeri Abubu Terima kasih atas seluruh bantuan masyarakat bagiku sebagai anak negeri Biarlah misi Kristus dapat selalu diberitakan. Almamater Tercinta Semua yang ku peroleh darimu tak akan ku lupakan bekal ilmu itu sangat berarti bagiku kau memberi dan mengajariku banyak hal aku berhasil dan sukses karenamu. Universitas Kristen Satya Wacana Universitas Kristen Indonesia Maluku iii
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kupersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai penolong dan sumber kekuatan, karena atas anugrah dan berkat-nya sehingga tesis yang berjudul : Suatu Kajian Sosio-Budaya Tentang Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu Di Pulau Nusalaut Maluku Tengah dapat terampung dan diselesaikan dengan baik. Mereflreksikan berbagai ide dan pikiran menjadi sebuah tesis adalah merupakan salah satu bentuk pengaktualisasian intelektualitas. Dalam penyusunan ini, penulis dituntut untuk bisa menangkap, membaca dan memahami realitas kongkrit suatu penduduk dengan tradisi atau kebudayaannya. Secara umum, komunitas dilihat sebagai sebuah totalitas kompleks dan masyarakat pun dilihat sebagai realitas kongkrit yang mampu menjadi pendorong untuk menuangkan ide-ide kreatif yang imajinatif dalam penulisan tesis ini. Dalam konteks ini, penulis dituntut untuk bersentuhan langsung dengan realitas kongkrit dari salah satu kelompok masyarakat, memahaminya dan memberikan kesimpulan yang menyeluruh dan universal sehingga ide-ide pemikiran tersebut mampu menjadi kontribusi yang positif bagi kehidupan sosial masyarakat dan pengembangannya. Goresan helai demi helai yang tertuang dalam barisan kalimat dalam penulisan tesis ini, tidaklah lebih dari upaya untuk mengenal dan mengetahui tentang Pusat Pulau dan pemahaman orang Abubu terhadapnya yang telah mengakar kuat dan memiliki nilai dalam konteks kehidupan warga setempat. Kajian terhadap pemahaman penduduk ini tidaklah mudah karena ada banyak keterbatasan yang dimiliki. Menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat berterima kasih jika kritik dan saran dari semua pihak diberikan untuk menyempurnakannya. Salatiga, November 2012 Penulis v
UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sosiologi Agama (M.Si) pada program Pascasarjana di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Penulis menyadari sungguh bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang berawal dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, maka penulis tak akan mampu menyelesaikannya. Dalam rangka itu, penulis perlu menyampaikan terima kasih yang tulus disertai dengan doa kepada semua pihak yang telah membantu : 1. Rektor, Direktur, Ketua Program studi Sosiologi Agama dan Staf Pegawai PPs Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana atas kerja sama, kesempatan belajar, dan layanan yang telah diberikan. Juga kepada mba Liana yang selalu setia melayani dan mempersiapkan hal-hal administrasi bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan program magister di lingkungan pendidikan ini. Terima kasih untuk kerjasamanya yang baik. 2. Staf Pengajar PPs Sosiologi Agama UKSW, yang telah bersedia menciptakan lingkungan akademis yang begitu akrab dalam nuansa kebersamaan. Mereka adalah Prof. John A. Titaley, Th.D; Dr. David Samiyono, MTS, MSLS; Pdt. Daniel Nuhamara, M.Th, Ed.D; Pdt. Dr. Retnowati, M.Si; Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun; Pdt. Dr. Thobias A. Messakh; Dr. Flip. P. B. Litaay, SH, MS; Astuti Kusumawicitra Laturiuw-del Castilo, Ph.D; dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo, yang membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan. Juga telah mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengembangkan pikiran-pikiran kreatif dan kritif dalam memahami realitas masyarakat yang sarat dengan pluralisme dan tantangantantangan yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan maupun masyarakat. 3. Para pembimbing Prof. John A. Titaley Th.D dan Dr. Flip P. B. Litaay yang sudah penulis anggap sebagai orang tua di Salatiga atas segala waktu, pikiran, maupun perhatian kepada penulis. Yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis dalam mengembangkan kreatifitas dan pemikiran dalam penulisan tesis ini dengan selalu memberikan masukan dan kritikan untuk menyempurnakannya. 4. Raja Negeri Abubu, Bapak Richard A. Manusama dan seluruh Staf Pemerintah Negeri, khususnya Kepala-Kepala Soa dan Tua-Tua Adat, dan Tokoh masyarakat di Negeri Abubu, yang turut membantu penulis selama melakukan penelitian. Yakni memberikan berbagai informasi-informasi penting, yang berkaitan dengan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada kalian semua dengan menyadari bahwa penulisan tesis ini dapat terampung dan selesai oleh karena bantuan dari semua pihak. Semoga hubungan yang baik tetap terjaga dalam ikatan kekeluargaan sebagai anak cucu-cece dari Negeri tercinta Abubu. 5. Tua-Tua Adat: Bapak Icha Aunalal, Bois Lekahena, Bapak Emu Picanussa, Bapak Cak Lessil, Bapak Acia Lekahena, Bapak Frans Tijahahu, Bapak Edo Wattimena dan Bapak Ande Tijahahu. Tokoh Masyarakat: Bapak Nus Lalopua, Bapak Atang Lalopua, Bapak Frans Lekahena, Bapak Piet Peilouw
dan Bapak Yeye Parihala beserta seluruh masyarakat Abubu yang telah membantu memberikan informasi-informasi penting seputar penulisan tesis ini. Sebagai anak negeri penulis bangga memiliki bapak-bapak dong samua yang tetap menjaga dan memelihara cerita-cerita dari tete-nene moyang/para leluhur sebagai asset budaya negeri yang dimiliki sampe sakarang ini. 6. Ketua Majelis Jemaat, Bapak Pdt. M. Porwaila, S.Si dan seluruh perangkat Majelis Jemaat di Negeri Abubu serta Vikariat GPM (Bu Jemie Lohy) yang sementara melaksanakan tugas vikaris di jemaat ini. Terima kasih untuk setiap motifasi, dukungan, dan berbagai masukan pikiran yang diberikan kepada penulis dalam upaya memahami realitas penduduk Abubu khususnya terkait persoalan penulisan tesis ini. 7. Raja-Raja Enam Negeri Pulau Nusalaut: Bpk. Pice Patty (Raja/Pejabat Titaway); Raja Negeri Akoon; Bpk. Wem Parinussa (Raja Negeri Ameth); Bpk. Oce Leiwakabessy (Raja Negeri Nalahia); Bpk. Enang Soselisa (Raja Negeri Sila), dan Bpk. Debi Tanasale (Raja Negeri Leinitu). Ungkapan terimakasih yang dalam disampaikan atas berbagai informasi, penerimaan kehadiran penulis berupa keakrabpan yang dibangun dan diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. Semoga hubungan ini dapat dipelihara dan terus tercipta sebagai sesama orang basodara di Pulau Nusalaut. 8. Orang Tua tercinta: Papa Oni Soumeru, S.Sos-S.Pd dan Mama Meri Soumeru/Huwae, S.Pd. Terima kasih banyak untuk segalanya: dukungan, motivasi, peluh keringat dan pengorbanan juga kesetiaan yang selalu kalian
berikan untuk anakmu ini sebagai penulis, inilah karya yang dapat dipersembahkan. Kepada saudara-saudari tersayang dan tercinta: Kakak Adh, Kakak Ipar Genie, dan Adik-Adik Eka dan Tesya untuk setiap dorong doa yang diberikan bagi saudaramu ini, berarti sekali dan takkan dilupakan. Semoga katong selalu menjadi keluarga yang baku sayang, harmonis, deng bisa jadi berkat par orang laeng. 9. Semua Keluarga Besar Soumeru-Huwae di manapun berada, terimakasih untuk semua doa yang selalu keluarga berikan untuk penulis serta harapan akan keberhasilan dalam studi ini. Secara khusus, bagi Opa Ais, Oma Au, Bapa Amu, Mama Min, Bapa Engki, Maxi, Nengsi, Kakak Heti dan Adik Joka yang dengan senang hati menerima penulis tinggal di rumah tua, membantu melayani makan dan minum, mencuci pakaian dan mendukung setiap pekerjaan penelitian selama penulis berada di Abubu. Tak lupa juga Ote yang walaupun kondisi fisiknya yang terbatas, sering mengunjungi penulis dan menghadirkan canda dan tawa sebagai pelepas penat karena capek ketika penulis pulang mengambil data. Dangke banyak eeee opa-oma, om-tente, kakak sepupu-adik sepupu, deng samua kerabat dekat!! skarang etis sudah dapat gelar Magister. Peluk-peluk dan sayang dong samua. 10. Bapak Emus Kayadoe yang selalu mendampingi penulis ketika melakukan penelitian di Pulau Nusalaut, yang rela menemani kemana saja, dan membantu penulis dalam merampungkan data-data penelitian. Dangke banyak eeee bapa
emus, bapa emus sudah seperti orang tua par etis. Semoga Tuhan Yesus Berkati Bapak Emus dan keluarga. 11. Buat Ibu Yanto dan Bapak Yanto sebagai orang tua kos, Mba Yanti-Mas Yono juga Miza, dan Mas Ade yang sudah seperti keluarga kandung saat penulis berstudi di Salatiga. Khususnya juga buat teman-teman kos Dian, Risti, Wati, Uc Oan, KD dan Chaca untuk segala dorongan dan dukungan motivasi dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini. Dangke su batamang beta pung hidop aleeee, di kos cungkup sari no. 25... Dangke untuk setiap canda dan tawa yang selalu ada di antara katong Dangke untuk galaunya, pokoknya dangke untuk semuanya. Heheheee, salam persaudaraan!! Tuhan Yesus sayang katong samua. 12. Teman-teman seangkatan 2011 PPs Sosiologi Agama UKSW-Salatiga, yang berasal dari berbagai daerah dan suku (Ambon, Kupang, Manado, Kalimantan, Toraja, Batak, Jawa, dan Papua). Semoga keharmonisan dan kekeluargaan yang telah tercipta di antara kita dapat tetap terjaga dan terpelihara dalam pengembangan budaya saling menghormati dan mengasihi yang lintas budaya. Akhirnya bagi semua yang tidak dituliskan namanya, yang telah banyak membantu penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Harapan penulis dalam doa biarlah Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, juga sebagai pengembangan informasi bagi komunitas Negeri Abubu di Pulau Nusalaut. Salatiga, November 2012 Penulis
DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan.. ii Halaman Persembahan.... iii Moto iv Kata Pengantar.... v Ucapan Terima Kasih vi Daftar Tabel. xii Daftar Gambar. xiii Daftar Lampiran.. xiv Daftar Isi.. xv Abstrak... xviii BAB I : PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang...... 1 1.1.1 Identifikasi Masalah...... 1 1.1.2. Alasan Pemilihan Judul..... 4 1.2 Pembatasan Rumusan Masalah...... 6 1.2.1 Masalah..... 6 1.2.2 Pertanyaan Penelitian........ 7 1.3 Tujuan Penelitian........ 7 1.4 Manfaat Penelitian.......... 7 1.5 Metodologi dan Lokasi Penelitian............ 8 1.5.1 Jenis Penelitian......... 8 1.5.2 Lokasi Penelitian..... 9 1.5.3 Waktu Penelitian...... 10 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data... 11 1.5.5 Teknik Analisa Data......... 12
1.5.6 Defenisi Istilah-Istilah.......... 12 1.6 Sistematika Penulisan.......... 13 BAB II : PENDEKATAN TEORITIS...... 15 2.1 Masyarakat dan Kebudayaan....... 15 2.2 Sakral dan Profan menurut Emile Durkheim.......... 19 2.3 Sakral dan Profan Menurut Mircea Eliade...... 25 BAB III : PENDEKATAN LAPANGAN...... 35 3.1 Iklim dan Flora... 35 3.1.1 Iklim.... 35 3.1.2 Flora... 36 3.2 Kondisi Demografi... 36 3.3 Sejarah Terbentuknya Desa/Negeri Abubu... 40 3.4 Kehidupan Sosial dan Budaya... 43 3.5 Sistem Adat... 44 3.6 Sistem Pemerintahan... 47 3.7 Peranan Lembaga Pemerintah, Lembaga Agama, dan Lembaga Adat..... 51 3.7.1 Peranan Raja Dalam Kehidupan Sosial Warga... 53 3.7.2 Peranan Gereja Dalam Kehidupan Sosial Warga... 56 3.7.3 Peranan Lembaga Pendidikan Dalam Lingkup Penduduk Setempat... 61 3.8 Sejarah Pusat Pulau dan Keberadaannya... 62 3.9 Pusat Pulau Bagi Orang Abubu... 69 3.10 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pusat Pulau Menjadi Sakral Bagi Orang Abubu 75 3.10.1 Faktor Sejarah dan Budaya 76 3.10.2 Faktor Solidaritas... 79 3.10.3 Faktor Religi... 82
BAB IV : Pembahasan dan Analisa... 87 4.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu... 87 4.2 Pusat Pulau Sebagai Tempat Musyawarah... 99 4.3 Refleksi Terhadap Pusat Pulau..... 102 BAB V : PENUTUP... 108 A. Kesimpulan..... 108 B. Saran... 110 DAFTAR PUSTAKA.... 112 LAMPIRAN... 116
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jumlah Tanaman-Tanaman Perdagangan 36 Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin. 37 Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Golongan Agama. 38 Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.. 38 Tabel 5 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian. 39 xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi Pemerintahan Negeri Abubu.. 48 Gambar 2 Struktur Organisasi Gereja Pada Jemaat GPM Abubu...... 57 Gambar 3 Pusat Pulau Di Pulau Nusalaut.. 64 Gambar 4 Benda-Benda yang ada di Pusat Pulau. 68 xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Tesis.... 116 Lampiran 2 : Gambar Lokasi Penelitian Pusat Pulau..... 120 Lampiran 3 : Gambar Denah Negeri Abubu..... 122 Gambar Peta Pulau Nusalut.... 123 xiv
ABSTRAK Pusat Pulau merupakan suatu lokasi/tempat tradisional warisan leluhur yang terletak di hutan, telah ada dari masa dulu hingga sekarang dan sering didatangi oleh warga pulau Nusalaut termasuk orang Abubu. Di tempat ini terbangun persekutuan anak cucu-cece (generasi-generasi penerus) yang merupakan keturunan dari penduduk-penduduk setempat. Latar belakang pemahaman ini bermula dari tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh para leluhur atau orang tua-tua di masa dahulu kala yang adalah para kapitankapitan/sesepuh negeri yang sering bertemu di tempat ini untuk berembuk memecahkan persoalan kemanusiaan yang dihadapi warganya, bermusyawarah, dan bersosialisasi untuk menentukan berbagai keputusan untuk pengembangan negeri. Ada nilai dan makna positif dari adanya tempat ini antara lain: kebersamaan, kerukunan, toleransi, kerjasama, solidaritas dan persatuan yang tetap terjaga. Dengan kata lain, kebiasaan ini yang membuat mereka kemudian dapat berada dalam persekutuan, saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Durkheim, bahwa segala keinginan dan segala sesuatu yang bertujuan untuk kepentingan kolektif, semua itu adalah sakral. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bahwa pemahaman tentang sakralnya Pusat Pulau ini ternyata berdasar pada dua hal yakni: Pertama, karena tempat ini merupakan peninggalan leluhur yang kaya akan makna sosial dan Kedua, warga meyakini bahwa tempat ini adalah tempat kediaman roh-roh para leluhur yang telah tiada dan penuh dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Ketika warga pergi ke sana, melakukan ritual ibadah atau ritual tradisional yang berhubungan dengan adat, maka sebetulnya ada kepercayaan dan harapan, bahwa roh leluhur pun dilibatkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Leluhur dipercaya hadir bersama warga untuk mengikuti jalannya ritual dan berbagai tindakan selama dilaksanakan. Mereka percaya bahwa kawasan ini dihuni oleh roh para leluhur dan bahwa roh-roh ini juga berkuasa atasnya. Doa, bahasa adat, dan tindakan ritual lain bertujuan untuk meminta ijin dari roh-roh tersebut untuk masuk ke kawasan itu, agar tidak terjadi kesurupan, hilang jalan, atau malapetaka lainnya. Bagi warga setempat, di sinilah peran leluhur untuk menjaga generasi selanjutnya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut teori Eliade, yang sakral itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan, para dewa/dewi, roh-roh halus dan roh-roh orang mati. Dengan demikian maka berdasarkan teori Eliade ini, orang Abubu pun secara langsung sejalan dengan konsep ini, di mana mereka memandang bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan leluhur, roh para leluhur ataupun dengan kekuatankekuatan lain di luar keberadaan mereka sebagai manusia biasa yang bersifat supernatural itu adalah sakral. Hal inilah yang tetap membuat Pusat Pulau tetap sakral bagi orang Abubu. Pemahaman tentang sakralnya tempat ini menjadi pemahaman yang selalu diberikan atau diteruskan secara turun-temurun bagi warga setempat. Kata Kunci: Pusat Pulau, Sakral, Pemahaman Orang Abubu dan Pulau Nusalaut. xviii