BAB I PENDAHULAN. Indonesia pada tahun 2013 berjumlah lebih dari 249,9 juta orang. Artinya, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PELUANG PEMASARAN PRODUK O-LING (OSENG KELILING) DI PASAR SASARAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA KAMPUS BABARSARI

PELUANG PEMASARAN PRODUK O-LING (OSENG KELILING) DI PASAR SASARAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA KAMPUS BABARSARI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan volume lalu lintas jalan khususnya di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi

BAB I LATAR BELAKANG. besar bagi perkembangan UMKM. UMKM merupakan tulang punggung

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari kemajuan ekonomi di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini akan dibahas secara lebih detail mengenai hal-hal di atas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era informasi yang sedang berkembang dengan cepat dan pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (Richard L. Daft, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya pada skala nasional, pertumbuhan ekonomi provinsi DI. Yogyakarta juga mengalami pertumbuhan positif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Rumah Makan Pondok Bambu Tirza III

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjamur di seluruh kota bahkan hampir keseluruh pelosok daerah di

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

BAB I PENDAHULUAN. atau pengsegmentasian pasar, segmentasi pasar ini adalah proses mengkotakkotakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam makanan terdapat komposisi seperti karbohidrat, lemak dan protein.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pentingnya pendidikan tinggi bagi masyarakat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Bisnis Retoran

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini semakin banyak kebutuhan manusia yang harus dipenuhi,

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: RISET PASAR FOOD TRUCK AYAM BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan usaha restoran di Indonesia sejak tahun 2008 hingga. Tabel 1-1 Pertumbuhan Restoran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

TUGAS PENGANTAR BISNIS Bussines Plan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekarang ini di Indonesia, banyak bertumbuh dan berkembang industriindustri.

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998, pedagang di sektor informal adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memahami dengan benar apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. interior sampai menawarkan menu makanan yang unik. Harga yang. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2012 diketahui bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. utama termasuk manusia, karena makanan merupakan asupan energi untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan saat ini mereka hanya tinggal memilih dan membeli berbagai. bias dilihat dari segi kemasan, isi maupun rasanya.

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN, DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai kelebihan dan keunikan dari masing-masing produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dalam komunikasi terjadilah interaksi. Semakin baik interaksi. maka semakin baik pula hubungan yang terjadi antar sesama.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya taraf kehidupan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

VI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. waktu untuk bersantai dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang kemudian mendirikan usaha dibidang penyediaan makan atau restoran.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sektor UKM sering diartikan sebagai salah satu indikator

Transkripsi:

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Asia tidak bisa terlepas dari kegiatan konsumsi. Dari segala kegiatan bisnis yang dilakukan masyarakat di Indonesia, yang terkait dengan hajat hidup orang banyak diminati adalah industri makanan dan minuman. Penduduk Indonesia pada tahun 2013 berjumlah lebih dari 249,9 juta orang. Artinya, Indonesia memiliki lebih dari 249,9 juta konsumen yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Setiap penduduk, berapa pun usianya, apa pun jenis kelaminnya, statusnya dan pekerjaanya bisa dianggap sebagai seorang konsumen. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar manusia yang dikonsumsi setiap hari.hirarki kebutuhan Maslow yang dikutip dalam Robbins (2006), menggambarkan bahwa kebutuhan paling dasar manusia adalah makanan sebelum kebutuhan lainnya terpenuhi. Hirarki lima kebutuhan yaitu psikologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Pemenuhan setiap kebutuhan dilakukan secara berurutan dan setelah kebutuhan tertentu terpenuhi, kebutuhan berikutnya menjadi dominan. Makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar yang penting. Konsumen di Indonesia semakin terbuka dengan inovasi makanan dan minuman. Makananjadi semakin diminati oleh konsumen dan menjadi gaya hidup bagi masyarakat. Selain menjadi gaya hidup yang berhubungan secara emosional, 1

2 mengkonsumsi makanan tetap menjadi kebutuhan pokok yang disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing individu. Yogyakarta sebagai kota pelajar memiliki lebih dari sepuluh universitas negri dan lebih dari 17 universitas swata. Yogyakarta adalah kota yang dihuni 3,553.10 ribu penduduk pada tahun 2014. Sebesar 7.95 % diantaranya berumur 19 sampai 24 tahun. Menurut Bappeda DIY, pada tahun 2015 jumlah mahasiswa menempuh pendidikan di Yogyakarta baik yang berasal dari dalam kota maupun luar kota Yogyakarta adalah sebesar 384.709 mahasiswa baik dari perguruan tinggi swasta maupun negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen di Yogyakarta begitu banyak hanya dari kalangan mahasiswa saja. Menurut data BPS, jumlah rata-rata konsumsi masyarakat dari tahun 2012 sebesar Rp. 341,149,- orang/bulan dan diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan tingkat konsumsi yang besar terutama pada sektor makananjadi. Makanan jenis ini menjadi konsumsi mahasiswa yang memiliki kegiatan yang padat terlebih berasal dari luar kota atau memilih kos. Dengan berbagai restoran yang semakin banyak dan beragam, menunjukkan bahwa pemasar pada umumnya menjadikan kaum muda dan mahasiswa sebagai taget utama penjualan produk-produk makanan dan minuman. Universitas Atma Jaya Yogayakarta (UAJY) menjadi salah satu universitas yang besar di Yogyakarta. Pada tahun 2015 telah menerima 2.566 mahasiswa, dengan

3 total mahasiswa aktif sebesar 20.830 orang untuk program strata satu saja. Kampus UAJY khususnya yang terletak di Babarsari, terdiri dari tiga gedung utama yaitu kampus 2 (Thomas Aquinas), 3 (Bonaventura) dan 4 (Theresa) yang menjadi tempat pembelajaran bagi tiga dari empat fakultas yang dikelola UAJY. Universitas Atma Jaya Yogyakarta kampus Babarsari telah mengatur pembagian sesi perkuliahan untuk setiap fakultas dan program studi (prodi), seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 1.1. Sesi Kuliah Teknik Arsitektur Sesi Masuk Keluar Sesi 1 07.30 10.30 Sesi 2 10.30 13.00 Sesi 3 13.00 16.00 Sesi 4 16.00 18.00 Sesi 5 18.00 20.00 Sumber : Sistem Informasi Atma Jaya, 2015

4 Tabel 1.2. Sesi Kuliah Fakultas Komunikasi, Teknik Sipil, dan Teknik Biologi Sesi Masuk Keluar Sesi 1 07.30 10.00 Sesi 2 10.30 13.00 Sesi 3 13.30 16.00 Sesi 4 16.30 19.00 Sumber : Sistem Informasi UAJY, 2015 Tabel 1.3. Sesi Kuliah Ekonomi Sesi Masuk Keluar Sesi 1 07.00 09.50 Sesi 2 10.00 12.50 Sesi 3 13.00 15.50 Sesi 4 16.00 18.50 Sumber : Sistem Informasi UAJY, 2015

5 Tabel 1.4. Sesi Kuliah Teknik informatika Sesi Masuk Keluar Sesi 1 07.00 09.30 Sesi 2 09.45 12.15 Sesi 3 12.45 15.15 Sesi 4 15.30 18.00 Sesi 5 18.15 20.45 Sumber : Sistem Informasi UAJY, 2015 Tabel 1.5. Sesi Kuliah Teknik Industri Sesi Masuk Keluar Sesi 1 07.00 09.30 Sesi 2 09.45 12.15 (kecuali Jumat 09.45-11.45) Sesi 3 12.30 15.00 (kecuali Jumat 13.00-15.00) Sesi 4 15.45 17.45 Sesi 5 18.00 20.30 Sumber : Sistem Informasi UAJY, 2015 Dari tabel pembagian sesi setiap fakultas, dapat diamati bahwa jadwal perkuliahan dapat berlangsung sangat padat apalagi bagi mahasiswa yang mengambil banyak matakuliah. Rata-rata kegiatan perkuliahan dapat berlangsung dari pagi jam 07.00 hingga siang atau sore hari. Bagi mahasiswa yang mempunyai jadwal kuliah

6 yang padat dan berlangsung dari pagi pasti membutuhkan asupan makanan yang mengenyangkan untuk mengobati rasa lapar. Bagi kebanyakan mahasiswa, menurut pengamatan dan pengalaman pribadi, bobot terbesar untuk mengisi perut saat perkuliahan adalah pada saat makan siang.makan siang dapat dilakukan disela pergantian sesi perkuliahan antara sesi 2 dan 3.Berdasarkan tabel pembagian sesi, jeda waktu setiap sesi hanya berkisar 30 menit saja, sehingga dalam waktu yang singkat pula mengharuskan mahasiswa harus mencari tempat makan terdekat yaitu kantin. Setiap gedung di kampus Babarsari memiliki kantin yang keseluruhannya berjumlah empat kantin.kampus 2 memiliki dua buah kantin yang terletak di basement gedung dan di belakang kampus 2.Gedung kampus 3 memiliki satu kantin, demikin pula gedung kampus 4. Tabel 1.6. Jumlah Kantin setiap Kampus Babarsari Gedung Kampus Jumlah Kantin Fakultas Thomas Aquinas (Gedung kampus 2) Bonaventura (Gedung kampus 3) 2 kantin, basement dan belakang kampus Satu kantin Teknik Arsitektur, Sipil dan Biologi Ekonomi, Teknik Industri, Informatika Theresa (Gedung kampus 4) Satu kantin Komunikasi Sumber: Data Primer, 2015

7 Jam makan siang pada umumnya adalah sekitar jam 12.00 hingga jam 13.00, apabila dilihat dari Tabel 1.1. sampai dengan Tabel 1.5. jeda perkuliahan untuk makan siang bukan satu jam seperti pada umunya. Waktuyang tersedia bagi mahasiswa yang menempuh kuliah pada sesi 2 dan 3 dalam satu hari, hanya mempunyai waktu paling lama 30 menit untuk makan siang. Teknik Arsitektur pada Tabel 1.1.tidak mendapatkan jeda makan siang diantara sesi 2 dan 3. Fakultas Ekonomi yang ditunjukkan pada Tabel 1.3. hanya mendapatkan jeda waktu 10 menit. Bila diperhatikan Tabel 1.6.tentang jumlah kantin yang tersedia pada setiap gedung dibandingkan dengan jumlah mahasiswa, dirasa tidak akan cukup menampung kebutuhan makan siang seluruh mahasiswa. Hal tersebut dapat dikatakan permintaan lebih besar daripada penawaran. Kantin memiliki tempat duduk yang terbatas sehingga tidak mampu menampung semua mahasiswa jika makan siang bersamaan. Menurut pengalaman pribadi, contohnya kampus 3, memiliki jumlah tempat duduk terlebih yang tebatas dan membuat konsumen mahasiswa tidak mendapat tempat duduk apabila keluar kelas sedikit lebih lambat dari yang lain. Selain kendala tempat, waktu jeda sesi yang terbatas juga menjadi masalah.jeda sesi yang singkat membuat mahasiswa yang ingin makan siang tidak dapat mencari makan dengan jarak yang jauh dari kampus.apabila makan di kantin, mahasiswa tidak memiliki waktu untuk menunggu bangku yang kosong.

8 Jam makan siang yang terbatas dan tempat yang tersedia di kantin tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa, sementara konsumen tetap menginginkan makan siang yang dapat mengenyangkan dan enak. Kebiasaan makan siang orang Indonesia pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari nasi sebagai sumber makanan pokok.anggapan bahwa belum makan bila tanpa nasi masih menjadi sugesti bagi masyarakat untuk terus mengkonsumsi nasi. Dikutip dari Okezone (2014), bahwa menurut fakta, Indonesia masih menjadi Negara di Asia dengan konsumsi nasi tertinggi, yaitu sekitar 109 kg per kapita dalam setahun, dibandingkan dengan ratarata konsumsi nasi di Negara lain yang hanya mencapai 60 kg. Menurut data Riset Kesehatan (Riskesdas) tahun 2010, yang dikutip dari Kompas (2015), pada sampel 190.000 orang dewasa berusia 18-45 tahun dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa nasi menyumbangkan hingga 44 persen dari total asupan kalori per orang per hari. Karakter dasar itu telah membuat konsumen atau mahasiswa selalu berusaha memenuhi kebutuhan makan siangnya dengan membeli makanan di kantin atau rumah makan yang menyediakan nasi. Makan dengan menggunakan nasi saja akan terasa hambar. Banyak pelaku bisnis di wilayah kampus Babarsari yang menjual beraneka ragam makanan untuk melengkapi nasi. Misalnya soto, ayam geprek, berbagai lauk dan sayuran. Makan siang soto dengan nasi memang sangat mengenyangkan dan lezat, namun soto memiliki keterbatasan seperti harus makan di warung tersebut karena menggunakan mangkok dan tidak praktis untuk dibawa pulang, selain bahwa soto yang enak harus

9 dengan kuah yang panas. Penjualan makanan santap siang bermenu utama nasi dengan masakan berkuah memiliki kesulitan di dalam penyajiannya yang harus panas dan kurang praktis. Makanan tidak berkuah yang biasanya tersedia adalah ayam geprek dan ayam kremes. Makanan dengan lauk ayam akan sangat merepotkan untuk dimakan apabila sedang terburu waktu. Mahasiswa yang masih memiliki sesi perkuliahan pasti akan kesulitan apabila harus makan dengan cepat, ditambah lagi apabila tidak ada tempat di kantin untuk makan siang dengan menu yang kurang praktis tersebut. Praktis, enak, komplit dan mengenyangkan sepertinya menjadi kombinasi tepat bagi makan siang ideal mahasiswa.lauk pendamping nasi yang dipilih tidak membuat mahasiswa kesulitan untuk memakannya.rasa yang enak dan memiliki komponen yang komplit di dalam satu masakan misalnya, terdapat protein, sayuran, dan bahan-bahan lain, sehingga satu masakan dapat menjadi pendamping nasi yang komplit komposisinya. Secara singkat dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kesulitan dalam memenuhi makan siang di kampus karena kendala waktu dan ruang. Namun di sisi lain, mahasiswa masih menginginkan makan siang yang enak dan mengenyangkan. Dari pengamatan itu, maka diperlukan adanya solusi untuk mengatasi permasalahan makan siang bagi mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta kampus Babarsari.Yakni agar para mahasiswa dapat tetap melakukan atau memenuhi makan

10 siang bermenu nasi walau pun tidak memiliki sarana tempat yang memadai dan waktu yang mencukupi.produk yang ditawarkan sebagai solusi berupa nasi berlauk oseng-oseng yang dikemas secara praktis dan dijajakan menggunakan truck secara berkeliling (food truck) sebab itu produk yang belum pernah ada ini dinamakan O- Ling (Oseng Keliling). Dari uraian yang dipaparkan maka,dapat diketahui pula adanya celah atau peluang dalam bisnis makanan di Babarsari yang sebelumnya tidak dilihat oleh pelaku usaha yang sudah ada. O-Ling muncul dari imajinasi dan apa yang diyakini sebagai peluang ini berawal dari keyakinan subjektif yang cenderung intuitif. Karena berawal dari imajinasi dan keyakinan bersifat intuitif, maka peluang O-Ling tersebut perlu dipertanggungjawabkan melalui penelitian ini. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah disampaikan maka permasalahan produk ini dapat dirumuskan secara singkat, yaitu bagaimana peluang berupa potensi permintaan atas produk O-Ling (Oseng Keliling) di pasar sasaran Universitas Atma Jaya Yogyakarta kampus Babarsari? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dimaksudkan agar yang dibahas dalam penelitian ini tetap terfokus pada atau tidak menyimpang dari masalah yang diteliti. Penelitian ini difokuskan pada upaya pencarian peluang O-Ling di pasar sasaran Universitas Atma

11 Jaya Yogyakarta kampus Babarsari sehingga konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta kampus Babarsari yang berpotensi melakukan kegiatan konsumsi di kawasan tersebut di siang hari. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan maka tujuan penelitian ini adalah mencari jawaban secara empiris apakah O-Ling mempunyai potensi permintaan yang dapat direalisasikan dari pasar sasaran Universitas Atma Jaya Yogyakarta Babarsari. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan untuk memperdalam pengetahuan, menambah pengalaman dan mengetahui langkah-langkah dalam penelitian, khususnya kualitatif secara benar. 2. Bagi pihak manajemen, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk ditidaklanjuti melalui studi kelayakan bisnis yang lebih mendalam sehingga business plan yang tepat dapat disusun, juga untuk bisnis yang sama atau yang sejenis. 3. Bagi peneliti kuantitatif, menguji efektifitas bekerjanya berbagai variable yang teridentifikasikn dari penelitian ini, setelah bisnis ini direalisasikan.

12 4. Bagi peneliti kualitatif, dapat melakukan penelitian sejenis pada kuliner lain, misalnya pemasaran produk minuman dengan menggunakan food truck di Kampus Babarsari.

13 1.6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini berisikan tentang uraian teoritis yang digunakan sebagai dasar teori yang dapat mendukung penelitian. Bab III : Gambaran Umum Produk dan Pasar Sasaran Bab ini berisikan tentang gambaran situasi bisnis di kawasan Babarsari khususnya di kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan menjelaskan secara rinci tentang produk O-Ling. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai hasil penelitian berupa data kualitatif berdasarkan jawaban responden dari wawancara pengamatan secara langsung (observasi) maupun survey yang telah dilakukan. Bab V : Penutup Bab ini berisikan tentang kesimpulan, implikasi manajerial dan saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.