BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyatakan anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. (Perry & Potter, 2005). Personal hygiene pada anak jalan jarang diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan fisik maupun psikis (Tarwoto & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen Kesehatan (2000) adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna untuk mendapatkan kesejahteraan holistik yang juga melingkupi kesejahteraan dalam kesehatannya sehingga jika suatu manusia tidak bisa melakukan personal hygiene pada dirinya maka dia dikatakan terganggu dalam melakukan personal hygiene. Di dalam Islam juga ditekankan tentang pentingnya personal hygiene yang tertera dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 sebagai berikut : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucika diri. Perihal kebersihan diri ini juga dipertegas dalam hadist berikut : Diriwayatkan dari Sa ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu (HR.Tirmidzi). 1

2 Perilaku personal hygiene terbagi menjadi 4 macam berdasarkan waktu pelaksanaannya yakni perawatan dini hari, perawatan pagi hari, perawatan siang hari dan perawatan menjelang tidur (Alimul, 2006). Selain itu terdapat pula pembagian perilaku personal hygiene menjadi beberapa macam berdasarkan tujuannya yakni personal hygiene kulit, personal hygiene mandi, personal hygiene mulut, personal hygiene mata, hidung dan telinga, personal hygiene rambut, personal hygiene kaki dan kuku, serta personal hygiene tentang genital care atau perawatan organ genitalia (Potter & Perry, 2005). Personal hygiene genital care dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan meningkatkan kebersihan serta mempertahankan kebersihan diri terutama di organ genitalia (Potter & Perry, 2005). Personal hygiene tentang genital care cenderung berfokus pada perempuan dikarenakan perempuan memiliki bentuk anatomis traktur urogenitalis yang menyebabkan organ kewanitaan perempuan mudah mengalami infeksi (Murtiastutik, 2008). Menurut World Health Organization [WHO] (2006) masalah kesehatan reproduksi wanita memiliki resiko 33% kali lebih besar daripada reproduksi pria yang hanya sebesar 12,3%. Personal hygiene tentang genital care secara sederhana dimulai dengan langkah pemilihan bahan kain celana dalam, arah membersihkan vagina saat selesai buang air bersih maupun buang air besar, pemakaian pembalut maupun perawatan organ kewanitaan lainnya seperti pemakaian douching atau pencucian bagian genitalia dan lainnya (Kusmiran, 2012).

3 Personal hygiene merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat merubah keseimbangan PH vagina ditandai dengan penggunaan celana dalam yang terlalu ketat maupun perilaku personal hygiene buruk lainnya (Prasetyowati & Katharini, 2010). Selain itu dampak yang ditimbulkan jika memiliki personal hygiene buruk adalah terkena kanker leher rahim karena kesalahan dalam arah membersihkan vagina saat selesai buang air besar maupun buang air kecil (Hidayati dkk, 2010). Berdasarkan Bustan (2007) menyatakan bahwa semakin baik perilaku personal hygiene tentang genital care maka individu akan memiliki resiko lebih rendah terkena kanker leher rahim daripada individu dengan perilaku personal hygiene yang buruk. Personal hygiene tentang genital care perlu mendapat perawatan khusus terutama dalam perawatan organ genitalia bagian luar (Salmah, 2008). Hasil penelitian Puspatiningrum (2012) menyatakan bahwa sebanyak 66% responden memiliki personal hygiene kurang dalam perawatan organ genitalia ekternal dan 34% memiliki personal hygiene baik dalam perawatan organ genitalia eksternalnya. Personal hygiene tentang genital care dimulai saat remaja karena remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang disertai perubahan kognitif, sosial - emosional serta fungsi biologis seperti berkembangnya tanda tanda seksual sekunder hingga mencapai kematangan seksual (Santrock, 2003). Remaja adalah suatu keadaan transisi tumbuh kembang individu dari masa kanak - kanak menuju dewasa dengan ciri utama munculnya tanda seksual sekunder sampai

4 mengalami kematangan organ reproduksi, perkembangan psikologis dan motorik meningkat tanpa mengabaikan potensi biologik dari individu tersebut (Soetjioningsih, 2007). Remaja merupakan bagian dari penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai 37% dari total keseluruhan penduduk yakni sekitar 237,6 juta orang (Aden, 2010). Hal ini dapat dijadikan aset kesehatan yang besar karena pada remaja mengalami perubahan fisik, psikis hingga kematangan organ reproduksi. Rentang remaja berkisar antara umur 13-21 tahun dengan perkembangan akhir organ kewanitaan terjadi pada periode remaja akhir seperti mahasiswa putri (Potter & Perry, 2005). Mahasiswa termasuk dalam fase peralihan dari fase remaja akhir dengan rentang usia 18 21 tahun yang memasuki fase dewasa awal yang memiliki banyak perubahan dan tuntutan dalam lingkungan baru, nilai nilai sosial baru hingga perubahan sistem pendidikan seperti kegiatan perkuliahan, hingga kegiatan umum lainnya (Papalia, 2008). Mahasiswa memiliki hubungan erat dengan tempat tinggal atau hunian sehingga Widiastuti (1995) membagi hunian mahasiswa berdasar status kepemilikan, macam penghuni dan bentuk hunian. Mahasiswa dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan bentuk hunian yaitu mahasiswa yang tinggal di rumah pribadi (room in private homes), rumah sewa (co operative house), hostel, apartemen, perkampungan khusus mahasiswa serta mahasiswa yang tinggal di dorminatory atau asrama (Widiastuti, 1995).

5 Asrama merupakan suatu bangunan tempat tinggal sementara yang ditempati oleh sekelompok orang yang terdiri atas sejumlah kamar dan dipimpin oleh ketua asrama (KBBI, 2014). Hasil dari studi pendahuluan tanggal 29 30 Januari 2015 di asrama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan bahwa 9 dari 10 mahasiswi asrama belum mengetahui cara perawatan organ genital secara sederhana. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran personal hygiene tentang genital care mahasiswi yang tinggal di asrama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan Bagaimana gambaran personal hygiene tentang genital care mahasiswi yang tinggal di asrama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran personal hygiene tentang genital care mahasiswi yang tinggal di asrama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswi Sebagai acuan dalam memperbaiki personal hygiene tentang genital care agar derajat kesehatan dapat meningkat.

6 2. Bagi Asrama UMY Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dengan cara menjaga personal hygiene terutama genital care sehingga dihasilkan lulusan mahasiswi terutama yang tinggal di asrama dengan kualitas yang lebih baik. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai masukan data untuk pengembangan ilmu terutama masalah personal hygiene tentang genital care serta sebagai landasan dalam melakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan personal hygiene tentang genital care terutama pada mahasiswa putri. 4. Bagi Penelitian Dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang personal hygiene pada genital care dengan kerangka konsep yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian dan jurnal terkait yang pernah dilakukan peneliti lain diantaranya : 1. Fidyawati (2002), berjudul Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri SMPN 1 Seyegan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini mengambil populasi semua siswi kelas VIII di SMPN 1 Seyegan Sleman Yogyakarta tersebut yang berjumlah 119 siswi yang terbagi dalam 6 kelas dengan jumlah sampel 92 orang siswi. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang menghubungkan tentang pengetahuan kesehatan

7 reproduksi dengan perilaku personal hygiene pada sisiwi kelas VIII tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene yakni dari total 81 orang mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi baik dan sebanyak 8 orang (8,7%) memiliki personal hygiene dalam kategori cukup dan 73 orang (79,3%) memiliki personal hygiene dalam kategori baik. Kemudian 11 orang dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi cukup sebanyak 6 orang (6,5%) yang juga memiliki personal hygiene cukup sedangkan 5 orang lainnya dengan presentase 5,4% memiliki personal hygiene baik. Jadi ada kecenderungan tingkat pengetahuan yang baik akan memiliki perilaku personal hygiene yang baik pula sebaliknya tingkat pengetahuan yang cukup cenderung memiliki perilaku personal hygiene yang cukup juga. Penelitian ini memiliki persamaan dalam membahas perilaku personal hygiene wanita namun memiliki perbedaan variabel yang diteliti yakni antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene pada remaja putri di SMPN 1 Seyengan Sleman Yogyakarta. 2. Fitriyah (2014), berjudul Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Jakarta. Penelitian ini mengambil populasi dari seluruh remaja putri yang telah menstruasi di SDN wilayah kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu yang berjumlah 64 remaja putri. Namun jumlah

8 sampel yang diambil hanya terdapat 59 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hygiene menstruasi pada remaja putri di SDN wilayah kerja puskesmas Pisangan Jakarta meliputi mandi dan keramas saat menstruasi, cara membersihkan vagina, penggunaan sabun, pemakaian celana dalam dan penggantian pembalut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku hygiene menstruasi remaja putri kelas 5 dan 6 yang baik ditunjukkan dengan frekuensi mandi lebih dari 2 kali sehari (54,2%), membersihkan vagina dengan air bersih (92,3%), membasuh vagina dari depan ke belakang (62,7%), mengganti celana dalam 2 kali sehari (71,2%), mengganti pembalut saat penuh dengan darah (91,5%) dan membungkus pembalut bekas pakai sebelum dibuang (94,9%) sedangkan perilaku hygiene menstruasi yang tidak baik ditunjukkan dengan menggunakan sabun mandi saat mencuci kemaluan (49,2%), tidak pernah mengganti pembalut 4 kali sehari walaupun darah tidak keluar banyak (37,3%) dan menggunakan celana dalam ketat saat menstruasi (27,1%). Persamaan penelitian ini adalah pada tema penelitian yakni tentang gambaran perilaku personal hygiene namun lebih berfokus pada masa menstruasi yang diteliti pada Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Jakarta.