BAB I PENDAHULUAN. dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida (CO 2 ), dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Udara merupakan komponen penting dalam bernapas. Udara yang bersih

BAB I PENDAHULUAN. Udara yang dimaksud adalah udara bersih belum tercemar dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Pewangi merupakan produk yang semakin diminati masyarakat saat ini,

Pengaruh Paparan Pengharum Ruangan Cair dan Gel terhadap Gambaran Histologi Pulmo pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. ironisnya kadang tidak disadari oleh manusia sebagai suatu penyebab pencemaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem respirasi manusia dapat dibagi menjadi respirasi bagian atas dan bawah.

BAB I PENDAHULUAN. udara di dalam ruangan (indoor air pollution) dan pencemaran udara di luar. ruangan daripada di jalanan (Efendi & Makhfudli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAHAN KIMIA DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kerusakan secara selular dan diskontinyu anatomis pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. daerah asap perkotaan, di mana terdapat partikel yang sangat kecil dan polutan

BAB I PENDAHULUAN. Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Senyawa kimia sangat banyak digunakan untuk mengendalikan hama. Di

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bensin diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Produk minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak sekitar tahun 1980 istilah dry cleaning mulai dikenal meluas oleh

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup NO. 02/MENKLH/I/1998, pencemaran lingkungan memiliki definisi

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan yang perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya, sehingga dapat memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan di muka bumi, terjadilah penurunan kualitas udara sehingga disebut sebagai udara yang tercemar. Peristiwa penurunan kualitas udara dapat diakibatkan oleh perbuatan manusia. Hal ini berkaitan dengan firman Allah dalam surat Ar Rum ayat 41 yaitu: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar). "(QS:Ar Rum Ayat: 41) Menurut tempatnya, sumber pencemaran udara dapat dibedakan menjadi pencemaran udara bebas (out door) dan pencemaran udara dalam ruangan (in door) ( Paryati, 2012). World Health Organization atau WHO (2005), menyatakan bahwa polusi udara dalam ruangan menyebabkan 1,6 juta kematian akibat pneumonia, penyakit pernapasan kronis, dan kanker paru-paru dengan beban penyakit secara keseluruhan lima kali lipat lebih besar dibandingkan polusi udara luar. Hal tersebut terjadi karena bahan pencemar yang dilepaskan dalam 1

2 ruangan, akan 1.000 kali lebih cepat mencapai paru-paru manusia. Padahal, manusia menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan (Patkó, 2013). Scientific Committee on Health and Environmental Risks atau SCHER (2006), menegaskan bahwa sebagian besar polutan udara dalam ruangan terdiri dari bahan kimia yang berasal dari penggunaan pembersih, pewangi ruangan, pestisida, dan lain-lain. Pewangi ruangan adalah salah satu produk rumah tangga yang saat ini familier digunakan dengan tujuan untuk mengurangi bau yang tidak menyenangkan di ruangan tertutup. Pewangi ruangan dalam bentuk gel dan spray saat ini lebih sering digunakan oleh masyarakat. Sensasi nyaman yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan, ternyata justru berbahaya bagi orang yang menghirupnya. Kebanyakan orang tidak menyadari bahaya dibalik kesegaran udara oleh pewangi ruangan. Bahaya dan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh zat kimia dalam pewangi ruangan sama dengan bahaya asap rokok (De Vader & Barker, 2009). Bahan kimia dalam pewangi ruangan yang dapat mempengaruhi fungsi pulmo adalah Volatile Organic Compound (VOC) dan ftalat. Contoh dari senyawa VOC adalah aldehyde (formaldehyde), benzene, dan terpene (Patkó, 2013). Formaldehyde merupakan bagian dari senyawa VOC yang paling berbahaya bagi pulmo (SCHER, 2006). Formaldehyde dapat menyebabkan peradangan dan menimbulkan stres oksidatif pada jaringan pulmo (Lino, dkk., 2011). Studi dari National Institute of Environmental Health Sciences atau NIEHS dalam Massachusetts Department of Public Health (2012), menemukan bahwa pendedahan 1,4 dichlorobenzene dapat

3 menyebabkan kerusakan pada pulmo dan menyebabkan penurunan fungsi organ tersebut. Senyawa d-limonene dan α-pinene adalah bentuk umum dari terpene yang dapat mengiritasi saluran pernapasan jika diberikan dalam konsentrasi yang tinggi (Freed, 2009). Sayangnya, sampai saat ini kandungan kimia berbahaya yang terdapat dalam pewangi ruangan, sebagian besar tidak diberitahukan secara jelas kepada konsumen karena adanya rahasia dagang dan aturan perlindungan yang lain (Caress &Steinemann, 2009). Inhalasi merupakan jalur yang paling penting terhadap masuknya zat kimia toksik ke dalam tubuh. Pendedahan melalui jalur inhalasi zat kimia tersebut dapat menimbulkan peradangan dan penurunan fungsi pulmo (WHO, 2006). Pulmo adalah organ dalam tubuh manusia yang penting sebagai tempat proses pertukaran gas-gas dari udara ke dalam darah (Fawcett, 2002). Proses difusi pertukaran gas antara udara dan darah, akan berlangsung di dalam alveolus (Junquiera & Carneiro, 2009). Partikel-partikel zat berbahaya dalam pewangi ruangan mudah terhirup saat bernapas dan dapat terjebak di dalam alveolus. Efek patologis inhalasi bahan kimia dalam pewangi ruangan pada umumnya tidak terlihat secara makroskopis, dan lebih sering ditemukan kerusakan ditingkat seluler (Ezendam, dkk, 2009). Kelompok yang paling rentan terhadap efek patologis pewangi ruangan adalah ibu hamil, balita, anak-anak, dan orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi (Victor, 2008). Jika bayi dan balita lebih sering terkena pewangi ruangan, maka hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan seluler organ tubuh termasuk alveolus pulmo, akibat proses maturasi organ yang belum sempurna. Selain itu, bayi akan lebih sensitif terhadap

4 pendedahan pewangi ruangan. Hal tersebut terjadi akibat pewangi ruangan termasuk dalam indoor pollution, sementara bayi menghabiskan lebih dari 90% waktunya di dalam ruangan (Kocbach, 2013). Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, maka peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang pengaruh bahan kimia yang terkandung dalam pewangi ruangan dalam bentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus bayi tikus Rattus norvegicus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh pendedahan pewangi ruangan berbentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus bayi tikus Rattus norvegicus? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pendedahan pewangi ruangan berbentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus bayi tikus Rattus norvegicus? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh pendedahan pewangi ruangan berbentuk gel dan spray terhadap sistem respirasi bayi tikus Rattus norvegicus. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pendedahan pewangi ruangan berbentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus bayi tikus Rattus norvegicus.

5 b. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh pendedahan pewangi ruangan berbentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus bayi tikus Rattus norvegicus. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk belajar berpikir kritis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai wujud aplikasi ilmu teori kedokteran yang telah dipelajari saat perkuliahan. 2. Bagi institusi pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi ilmu pengetahuan Untuk memperkaya wacana ilmu pengetahuan tentang perbandingan pendedahan dengan pewangi ruangan bentuk gel dan spray terhadap gambaran histologi alveolus. 4. Bagi masyarakat Untuk memberikan informasi tentang pengaruh pewangi ruangan terhadap sistem pernapasan, khususnya alveolus pulmo. E. Keaslian Penelitian Sejauh yang peneliti ketahui, sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh pendedahan pewangi ruangan terhadap gambaran histologi alveolus pada bayi tikus Rattus norvegicus. Adapun penelitian tentang pewangi ruangan yang telah dilakukan sebelumnya adalah :

6 1. Penelitian yang dilakukan Caress, Stanley M., dan Steinemann, Anne C., pada tahun 2009 yang berjudul Prevalence of Fragrance Sensitivity in the American Population. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek samping pewangi pada populasi di Amerika Serikat. Subjek penelitian berbeda dengan yang digunakan peneliti saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Caress, Stanley M., dan Steinemann, Anne C., subjek penelitian adalah manusia yang merupakan populasi warga Amerika Serikat. Sedangkan peneliti menggunakan hewan uji bayi tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur Spraque Dowley (SD). Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, pada tahun 2012 yang berjudul Perbandingan Pengaruh Paparan Pewangi Ruangan Cair dan Gel Terhadap Gambaran Histologi Pulmo. Subjek penelitian berbeda dengan yang digunakan peneliti saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, digunakan hewan uji tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa, galur Spraque Dowley (SD). Sedangkan peneliti menggunakan hewan uji bayi tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, galur Spraque Dowley (SD). Selain itu, durasi pendedahan pewangi ruangan yang dilakukan dalam penelitian Haryani, terjadi selama delapan jam setiap hari dalam jangka waktu 15 hari berturut-turut. Sedangkan peneliti melakukan pendedahan pewangi ruangan selama 67 hari dengan dosis awal pendedahan adalah 15 menit yang dilakukan 2x/hari (pagi dan sore). Dosis pendedahan dinaikkan setiap satu minggu sekali sampai mencapai dosis maksimum selama 4,5 jam