BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan. kestabilan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan kinerja optimal diperlukan suasana kerja dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. melanda hampir ke seluruh negara menjadikan Corporate Governance menjadi

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Corporate Governance di Perbankan Syariah: CGCG UGM s Syariah Rating Model. Dipresentasikan oleh: Diyah Putriani*

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan milik negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. manajemen bisnis. Secara umum Corporate governance terkait dengan sistem dan

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin meningkat, banyak peluang

2015 IIA Indonesia National Conference. J. SINDU ADISUWONO Jogjakarta, Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kinerja perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Skandal perusahaan-perusahaan publik tidak hanya terjadi di negara-negara besar,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Good Corporate Governance mulai dikenal pada tahun Istilah

BAB I PENDAHULUAN. yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka,

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA DUNIA PERBANKAN ISNIAR BUDIARTI. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARIAH MANDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

ORISINALITAS TUGAS AKHIR...

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai anggota dari masyarakat ASEAN (Association of South

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Inggris pada tahun 1980-an yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangkrut, buruknya kinerja perbankan nasional, banyaknya kredit macet, rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perbankan konvensional. Dari mulanya hanya satu bank syariah, dari tahun ke tahun

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perbankan saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diumumkan di bursa. Peraturan ini tertera dalam Peraturan Bursa No. I-E tahun

LAPORAN PELAKSANAAN GCG 2008

BAB I PENDAHULUAN. kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat bersaing dalam kegiatan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sistem perbankan nasional di Indonesia. Tidak sedikit bank-bank yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sehat. Dalam studi yang dilakukan oleh Asian Development

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal itu dapat dilihat dari indeks kepercayaan perbankan atau Banking

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan keuangan yang memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan kestabilan perekonomian di suatu negara. Peranan perbankan sangat berarti dalam menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk memenuhi modal minimum sesuai dengan kondisi masing-masing bank, menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang highly regulated. Industri perbankan di Indonesia tidak luput dari permasalahan ketika krisis ekonomi di tahun 1997 sampai tahun 1998. Krisis ini memberikan dampak yang besar bagi perbankan di Indonesia. Perbankan saat itu kehilangan kepercayaan dari masyarakat, dan beberapa bank ditutup karena mengalami kerugian. Kondisi ini membuat Bank Indonesia terus proaktif untuk melakukan tindakan pencegahan, perbaikan dan menghindari runtuhnya sistem perbankan. Namun permasalahan perbankan Indonesia kembali terjadi di saat krisis tahun 2008 yaitu kasus Bank Century. Krisis perbankan berikutnya berawal dari ambruknya pasar sub-prime mortgage loans di Amerika Serikat tahun 2007 lalu. Dengan semakin terintegrasinya industri keuangan lintas negara, kejadian tersebut berdampak mempengaruhi kinerja industri perbankan di dunia. Beberapa Bank yang 1

terkemuka di dunia mengalami kebangkrutan, sebagian besar lainnya terpaksa ditalangi oleh pemerintah setempat dan ratusan bank di Amerika Serikat ditutup oleh otoritas perbankan. Perburukan kinerja sektor perbankan dalam kaitan sebagai intermediator sangat mempengaruhi kekayaan dari stakeholders (pemangku kepentingan) serta terbukti berdampak sistemik bagi perekonomian negara. Sejarah mencatat krisis perbankan di Indonesia tahun 1997-1998 mengakibatkan sejumlah permasalahan besar bagi Indonesia, seperti likuidasi 16 bank, 7 bank beku operasi serta 7 bank diambil alih pemerintah. Biaya rekapitalisasi (suntikan modal oleh pemerintah) kepada industri perbankan mencapai 53,6% dari produk domestik bruto pada saat itu; bantuan likuiditas Bank Indonesia kepada sejumlah bank mencapai sebesar Rp. 144,5 triliun serta tingkat non performing loans yang tinggi hingga mencapai 55%, tertinggi dibandingkan negara Asia lain yang terkena krisis (Widjanarko, 2003). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan bahwa penyebab krisis tahun 1997 yang menimpa negtaranegara di Asia termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme pengawasan dewan komisaris dan komite audit suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum profesional (Sutedi, 2011). Selain itu Sugiarto (2009) mengungkapkan bahwa penyebab lain jatuhnya bank-bank pada krisis perbankan periode 1997-1998 adalah banyaknya pemilik bank yang ikut campur tangan dalam operasional bank sehari-hari, pemberian kredit yang tidak 2

hati-hati serta praktik bank dalam bank, sehingga kurang memperhatikan sama sekali aspek manajemen risiko, Good Corporate Governance (GCG), dan kehati-hatian. Menurut laporan World Bank pada tahun 2000, krisis ekonomi di Asia Timur disebabkan oleh kegagalan sistematik penerapan corporate governance atau tata kelola perusahaan yang berasal dari sistem kerangka hukum yang lemah, standar akuntansi dan standar audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang buruk, pengawasan board of director yang tidak efektif, serta kurangnya mempertimbangkan hak pemegang saham minoritas. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan krusial yang terjadi di industri perbankan adalah karena praktik corporate governance yang tidak efektif. Salah satu indikator sebuah bank dapat bersaing dapat dilihat dari ukuran tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam BASEL III dilakukan perubahan kriteria kesehatan bank sehingga di dalamnya termasuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini juga telah direspon oleh Bank Indonesia selaku regulator dan supervisor industri perbankan di Indonesia. Bank Indonesia memberikan definisi corporate governance sebagai suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 juncto No. 8/14/PBI/2006). Berdasarkan pertimbangan di atas dan tingginya tingkat kompleksitas serta risiko bisnis perbankan, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance 3

atau KNKG memandang perlu untuk mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code) sebagai pelengkap dan bagian tak terpisahkan dari Pedoman Umum GCG. Perbankan dalam pedoman ini meliputi bank umum dan BPR yang dijalankan secara konvensional maupun syariah. Pada tahun 2006, KNKG menerbitkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat di Indonesia dan menjadi bagian dari upaya penegakan good governance yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah. Solomon (2007) mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu sistem check and balances, baik secara internal dan eksternal ke perusahaan. Sistem ini yang memberikan keyakinan bahwa perusahaan bertanggung jawab kepada seluruh stakeholders serta secara sosial bertanggung jawab di dalam bertindak di dalam cakupan seluruh aktivitas bisnisnya. Warsono dkk (2010) berpendapat bahwa kesuksesan penerapan corporate governance sebagai sebuah sistem akan berlandas pada prinsip-prinsip yang seharusnya dianut dan para partisipan yang terlibat dalam penerapannya. Kelima prinsip dasar terdiri dari transparency, accountability & responsibility, responsiveness, independency dan fairness. Kelompok partisipan terdiri dari : (1) board of directors; (2) board of executives; (3) board of commissioners; (4) auditors; dan (5) stakeholders. Seiring dengan berkembangnya sistem corporate governance di Indonesia, kesadaran penerapan oleh perusahaan di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company pada tahun 2000, 4

yang melibatkan investor di Asia, Eropa dan Amerika terhadap lima negara di Asia. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa Indonesia menduduki peringkat terakhir dalam pelaksanaan good corporate governance. Setali tiga uang bahwa survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) terlihat dalam tabel 1.1 menunjukkan hasil survei bahwa tata kelola di Indonesia menduduki paling buruk dibandingkan negara-negara di Asia lainnya. Tabel 1.1 Skor Peringkat Good Corporate Governance di Asia 2013 No Negara Skor 1 Singapura 0,67 2 Jepang 1,90 3 Hongkong 2,64 4 Taiwan 5,46 5 Malaysia 5,59 6 Filipina 6,10 7 Thailand 6,57 8 Korea Selatan 6,90 9 China 7,00 10 Vietnam 7,75 11 Indonesia 8,50 Ket: Makin tinggi skor, makin buruk Good Corporate Governace Sumber: PERC (2013) Laporan penilaian corporate governance yang dibuat oleh Asian Corporate Governance Association pada tahun 2014 juga menunjukkan hasil yang sama yaitu Indonesia menduduki peringkat terburuk untuk skor corporate governance dibawah Filipina. Dalam laporan tersebut dicantumkan pula bahwa OJK berperan besar dalam membuat beberapa perubahan dan kemajuan dalam peraturan audit. Saat ini, perkembangan industri perbankan di Indonesia bertumbuh sangat pesat dan memiliki tingkat kompetitif yang tinggi. BPR sebagai salah satu jenis 5

bank yang dikenal melayani golongan mikro, kecil dan menengah juga menunjukkan eksistensinya. Pada tabel 2 dapat dilihat makin banyak masyarakat yang menggunakan jasa BPR hal ini dilihat dari peningkatan jumlah nasabah dan jumlah kredit yang diberikan. Salah satu BPR yang dapat bertahan di tengah persaingan dunia perbankan adalah PT. BPR Sukawati Pancakanti atau akrab disebut dengan BPR Kanti. BPR Kanti pada awal tahun 2016 ini berhasil mendapatkan penghargaan The Best Performing Micro Finance Company of The Year. Selain itu sejak tahun 2013 selalu menjadi BPR Terpilih dari ajang BPR Award Indonesia. Pada tahun 2015 BPR Kanti menduduki peringkat BPR terbesar kelima di Bali dengan total aset mencapai Rp 230 milyar serta berhasil menyalurkan kredit ke masyarakat hingga Rp 202 milyar, dimana jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah rata-rata kredit yang diberikan di Bali. Tahun Tabel 1.2 Perkembangan BPR di Indonesia Periode 2010-2014 Jumlah BPR Sumber: Bank Indonesia (2015) Jumlah Nasabah (rekening) Kredit yang Diberikan (Rupiah) 2010 1.706 11.459.442 33.844.259.282 2011 1.669 12.338.065 41.099.515.666 2012 1.653 12.585.965 49.818.402.968 2013 1.634 12.932.844 59.182.806.166 2014 1.643 13.476.328 68.309.411.885 Pentingnya memperkuat good corporate governance (GCG) pada perusahaan menjadi hal yang krusial dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada awal tahun 2016 ini. Ada beberapa langkah strategis yang 6

dapat dilaksanakan oleh BPR untuk menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, salah satunya yakni melalui implementasi GCG. Perusahaan yang melaksanakan corporate governance dengan baik akan lebih tahan menghadapi gejolak ekonomi, selain itu implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara transparan, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi stakeholders. Praktik GCG dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusankeputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya dapat meningkatkan kepercayaan investor (Newell & Wilson, 2002). Saat ini terdapat beberapa model peratingan CG yang ada di Indonesia, diantaranya: Bank Indonesia, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Akhir tahun 2009 Center for Good Corporate Governance Universitas Gadjah Mada (CGCG UGM) menerbitkan konsep dan model peratingan CG yang diharapkan bersifat universal dalam rangka mendukung konvergensi model CG secara internasional. Pertanyaan-pertanyaan dalam model peratingan ini terdiri dari pertanyaan diskrit sehingga memungkinkan penilaian dan peratingan dilakukan secara mandiri (self assessment) maupun penilaian oleh pihak ketiga (third party assessment). 7

1.2 Rumusan Masalah Pertumbuhan perekonomian global yang mengalami perlambatan menyebabkan tekanan bagi perekonomian di Indonesia terutama pada industri perbankan. Guna menjaga kestabilan perekonomian negara dan mencegah terjadinya krisis perbankan hendaknya setiap perusahaan perbankan menerapkan sistem GCG secara efektif. Implementasi GCG dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan, mengurangi risiko, dan meningkatkan kepercayaan investor ataupun nasabah. Oleh sebab itu implementasi GCG perlu dilakukan untuk sustainability BPR Kanti dalam jangka panjang. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana implementasi Good Corporate Governance pada PT. BPR Sukawati Pancakanti dengan menggunakan Model Peratingan CGCG UGM?. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur corporate governance di PT. BPR Pancakanti Sukawati dengan menggunakan model peratingan CGCG UGM serta merekomendasi penerapan corporate governance di PT. BPR Sukawati Pancakanti. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi: 1. Bagi akademisi, penelitian ini akan bermanfaat sebagai sebuah sumbangsih pengetahuan tentang sebuah metode untuk mengukur penerapan good coorporate governance pada suatu perusahaan. 8

Kemudian penelitian serupa dengan penelitian ini dapat menjadi jembatan bagi pengembangan teori atau bahkan menjadi teori pembanding bagi teori-teori yang nantinya akan muncul berkenaan dengan metode pengukuran penerapan good coorporate governance di waktu-waktu mendatang. 2. Bagi perusahaan dan stakeholders: perusahaan dapat mengevaluasi dan menindaklanjuti agar penerapan good corporate governance dapat berfungsi lebih baik di masa datang. Serta memberi informasi kepada para pemangku kepentingan tentang kualitas penerapan good corporate governance yang dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. 3. Bagi regulator, terutama pembuat undang-undang, penelitian ini bermanfaat untuk melihat celah dan masalah regulasi yang membuat pelaku usaha dan/atau manajemen perusahaan dalam ketaatan atas pelaksanaan regulasi, seperti pada ketaatan dan ketepatan pembuatan laporan keuangan, hal-hal yang membuat pelaku usaha dan manajemen perusahaan menjadi taat atau tidak atas regulasi yang ada untuk kemudian dapat memformulasikan regulasi selanjutnya yang dapat lebih meningkatkan kualitas good coorporate governance yang diterapkan dalam dunia usaha serta perusahaan. 4. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini berguna untuk sebuah pembelajaran bagaimana good corporate governance mempengaruhi kepercayaan konsumen kepada perusahaan yang nantinya akan 9

mempengaruhi iklim dunia usaha. Penelitian ini juga menggambarkan kepada masyarakat umum bahwa untuk mengukur pelaksanaan good cooporate governance dalam suatu perusahaan tidak didasarkan pada pengamatan dan perhitungan yang bias, namun ada satu metode yang tersusun dan sistematis untuk mengukur pelaksanaan good coorporate governance pada perusahaan tersebut. 5. Bagi rater atau pihak pelaksana rating, semakin banyaknya penelitian jenis ini dengan sendirinya akan mengembangkan instrumen yang digunakan untuk mengkaji bagaimana mengukur secara lebih akurat pelaksanaan good coorporate governance dalam suatu perusahaan di masa-masa yang akan datang. 10