BAB I PENDAHULUAN. kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat bersaing dalam kegiatan bisnis.

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penerapan tata kelola perusahaan yang baik sangat dibutuhkan menjadi kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat bersaing dalam kegiatan bisnis. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu mengelola sumber daya yang sudah ada yakni para pegawai, stakeholders maupun shareholders dengan baik. Karena pada dasarnya perusahaan tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan pihak lain. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Tata kelola perusahaan yang baik jika tidak dijalankan dengan baik akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Diantaranya, sistem hukum yang payah, standar akuntansi dan audit yang konsisten, praktek perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas (Daniri, 2005).

2 2 Penerapan GCG di Indonesia masih belum banyak dijalankan oleh perusahaan. Berdasarkan Survey dari Booz-Allen & Hamilton di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi paling rendah seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 1.1 Indeks Corporate Governance Negara Indeks Jepang 9,17 Singapura 8,93 Malaysia 7,72 Thailand 4,81 Indonesia 2,88 Sumber : Moeljono, 2005 Perhatian terhadap corporate governance belakangan ini terutama juga dipicu oleh skandal spektakuler perusahaan-perusahaan publik di Amerika dan Eropa, seperti Enron, Worldcom, Tyco, London&Commonwealth, Poly Peck, Maxwell, dan lain-lain. Cadbury Report (UK) dan Treadway Report (US) secara mendasar menyebutkan bahwa keruntuhan perusahaanperusahaan publik tersebut dikarenakan kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards (Daniri, 2005). Sedangkan Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa

3 3 Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan. Contoh kasus perbankan yang kurang menerapkan Good Corporate Governance dengan baik adalah PT Bank Mega Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Jabar Banten Tbk dan PT Bank Mestika Dharma ( Halim Alamsyah selaku Deputi Gubernur Bank Indonesia menginformasikan bahwa Bank Indonesia (BI) memberikan sanksi berupa pembatasan dimana pembatasan tersebut diterapkan berbeda antara satu bank dengan bank lainnya. Bahkan dari keempat bank tersebut terdapat bank yang masih dilarang melakukan ekspansi perbankan oleh BI. Ada perbankan yang sanksinya tahunan dan ada juga yang sampai sekarang masih belum diperbolehkan untuk melakukan ekspansi. BI berkepentingan untuk menindaklanjuti walaupun harus melakukan fit and proper (menguji) pejabat bank mengenai kasus yang terjadi. Bukan hanya itu, BI juga bisa membatasi ekspansi bank serta melakukan pergantian pengurus hingga memperbaiki Standar Operasional Prosedur (SOP) di bank tersebut. Persoalan di Bank Mega terkait dengan hilangnya sejumlah deposito milik Elnusa dan Pemerintah Kabupaten Batubara. Total dana yang hilang Rp191 miliar, dengan rincian dana Elnusa Rp111 miliar dan Pemkab Batubara Rp80 miliar. Untuk persoalan yang dialami Elnusa sudah bergulir ke ranah hukum, dan kini dalam tahap kasasi di Mahkamah Agung.

4 4 Untuk persoalan di BJB terdapat tiga kasus. Pertama mengenai dana Koperasi Bina Usaha sebesar Rp38 miliar yang dinilai BI terjadi lantaran tak diterapkannya GCG. Persoalan ini sudah ditangani oleh Kejaksaan Agung. Kasus kedua terkait dengan pembangunan Tower BJB di wilayah Jakarta sebesar Rp540 miliar. Untuk kasus ini diklaim sudah ditangani oleh KPK. Sedangkan kasus ketiga terkait dengan kredit di Surabaya. Kasus ini sudah ditangani oleh Kejaksaan Agung. Terkait Bank Panin, terdapat dua kasus. Pertama mengenai take over ANZ yang sudah berjanji menjadi pemegang saham pengendali tapi sampai sekarang belum ada hasilnya. Hingga kini ANZ memiliki saham sudah lebih dari 25 persen, tapi ANZ berubah pikiran akan mendivestasikannya. Kasus kedua, mengenai pegawai Bank Panin yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Terkait hal ini, BI telah meminta Bank Panin untuk menyelesaikan secara internal. Sedangkan kasus yang terjadi di Bank Mestika Dharma mengenai agunan seorang nasabah yang bernama Krisyanto sebesar Rp1,2 miliar. ( Penerapan GCG di perbankan harus didampingi oleh BI selaku regulator untuk menghindari kerugian bagi banyak pihak baik internal maupun pihak eksternal perbankan itu sendiri. Tuntutan terhadap penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif datang secara beruntun. Mereka yang menyuarakan hal itu diantaranya adalah berbagai lembaga investasi baik

5 5 domestik maupun mancanegara, termasuk institusi sekaliber World Bank, IMF, OECD dan APEC. Penerapan GCG diyakini akan menolong perusahaan dan perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis bangkit menuju ke arah yang lebih sehat, mampu bersaing, dikelola secara dinamis serta professional. Ujungnya adalah daya saing yang tangguh, yang diikuti pulihnya kepercayaan investor (Daniri, 2005). Penerapan GCG ini pun mulai menjadi sorotan pemerintahan. Dalam bidang perbankan, terdapat Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI menerbitkan kebijakan dalam penerapan GCG yang tertulis dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 bagian penjelasan umum memberikan prinsip-prinsip GCG sebagai berikut: Pertama transparansi (transparency) diartikan sebagai keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban bank sehingga pengelolaannya berjalan efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

6 6 stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Peran serta BI menunjukkan bahwa pemerintahan dalam hal ini BI akan tetap memantau perbankan dan memastikan apakah perbankan sudah melaksanakan GCG sesuai peraturan atau belum. Kinerja perbankan akan terus dinilai oleh BI selaku regulator dalam dunia perbankan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut maka Bank Umum wajib melaksanakan GCG. Apabila tidak dipatuhi akan dikenakan sanksi. Namun, sekiranya pedoman tersebut bukan dianggap sebagai tempelan saja, sekedar untuk memenuhi persyaratan seperti yang diungkapkan oleh Wilson Arafat (2008). Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan peraturan yakni Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia : Menuju tata kelola emiten dan perusahaan publik yang lebih baik. Penerbitan roadmap ini dengan harapan nantinya akan memberikan kontribusi positif dalam rangka meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik, agar setidaknya sejajar dengan tata kelola perusahaan di kawasan ASEAN, guna menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun Perbankan dalam hal ini harus bekerja keras dalam melaksanakan corporate governance dan agar dapat bertahan dalam persaingan global serta menghindarkan diri dari kebangkrutan. Negara-negara di Asia yang pernah

7 7 mengalami krisis seperti Korea, Thailand, Filipina, Malaysia ataupun Singapura menyadari akan arti pentingnya corporate governance (Daeng Naja, 2008). UUBI memberikan kewenangan kepada BI untuk menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kewenangan tersebut, sesuai dan sejalan dengan amanat UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun Dalam penerapan GCG, prinsip-prinsip yang diterapkan oleh setiap perbankan berbeda satu dengan yang lain. Karena untuk menarik minat para stakeholders setiap bank mempunyai cara tersendiri asal tidak merugikan para stakeholders nantinya dan tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap perbankan memiliki pangsa pasar dan daya tarik tersendiri satu dengan yang lain. Dalam praktiknya, corporate governance berbeda disetiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menggambarkan perbedaan dalam kekuatan suatu kontrak, sikap politik pemilik saham dan hutang. Dengan demikian beberapa aturan, pedoman, atau prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan corporate governance juga akan berbeda (G. Suprayitno, et all, 2004).

8 8 Tujuan penerapan GCG adalah agar suatu perusahaan dapat dikelola dengan baik dan benar sehingga pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, tidak hanya shareholders tetapi juga stakeholders. Berdirinya perusahaan dengan tata kelola yang baik tidak terlepas dari adanya pengaruh lingkungan masyarakat. Perusahaan dapat diterima dengan baik jika perusahaan dimaksud juga memberikan dampak yang baik dan memberikan keuntungan bagi lingkungan sekitar. Konsep corporate social responsibility (CSR) menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan lingkungan masyarakat dan sekitarnya. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terlebih lagi ditegaskan dalam Pasal 74 ayat (1), yakni: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahannya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab, Sosial dan Lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungannya atau CSR adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis

9 9 perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat dan masyarakat secara lebih luas. (Nor Hadi, 2011). BI selaku regulator keuangan juga tetap memiliki kepedulian terhadap lingkungan (komunitas) sebagai wujud CSR-nya. Fungsi CSR diwujudkan melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). PSBI memiliki program program strategis pengembangan bidang ekonomi dan peningkatan pengetahuan serta pemahaman masayarakat, disamping melakukan program kepedulian sosial (charity). Tahun 2015, PSBI tematik memiliki tema "Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan Inklusif". Mulai dari pertanian terintegrasi, ketahanan pangan, komoditas unggulan dan komunitas kebanksentralan dan literasi keuangan ( Bank Mandiri juga mempunyai program terkait kegiatan CSR yang dikenal dengan nama Program Bina Lingkungan. Program-program CSR didalamnya antara lain Wirausaha Muda Mandiri, Mandiri Bersama Mandiri, Mandiri Peduli Lingkungan, Fasilitas Ramah Lingkungan. CSR ini sebagai bukti bahwa perbankan juga peduli terhadap lingkungan dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia dan perusahaan itu sendiri.

10 10 CSR juga memberikan daya tarik sendiri terhadap perbankan dimaksud untuk menarik minat para investor. GCG dan CSR sangat mempengaruhi nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana perusahaan mampu mempergunakan sumber daya yang dimiliki dan teknologi mampu memberikan pengaruh nilai perusahaan itu sendiri baik kepada pegawai, shareholders dan stakeholders. Hal inilah yang menjadikan sebagai pemacu bagi para pelaku organisasi untuk dapat bertahan dan untuk memperbaiki nilai perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan inilah yang nantinya akan memberikan pengaruh kepada shareholders dan stakeholders dengan menilai harga saham perusahaan apakah meningkat atau menurun. Penelitian untuk mengetahui pengaruh mekanisme GCG terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan corporate governance sudah dilakukan oleh Reny Dyah Retno M. dan Denies Priantinah M.Si., Ak. (2012). Hasil penelitian ini yaitu GCG berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variable control ukuran perusahaan dan leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel control ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, dan leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode

11 11 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti hasil penelitian antara lain : (1) pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) Komisaris independen memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan arah positif. (3) Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan arah positif. (4) Komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (5) Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo dan Theodora Martina Veronica (2013), menunjukkan hasil : (1) GCG yang diukur dengan dengan variabel ukuran dewan direksi memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) GCG dengan variabel ukuran dewan komisaris, independensi dewan komisaris dan jumlah komite audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. (3) CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ).

12 12 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun ? 2) Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun ? 3) Apakah Good Corporation Governance dan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun ? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. b) Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. c) Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan.

13 13 2. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada beberapa pihak, antara lain: a) Penulis Penelitian ini mampu memperluas wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengaruh penerapan good corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan khususnya perusahaan perbankan. b) Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perusahaan mulai dari level tertinggi sampai dengan level terendah pengaruh penerapan good corporate governance dan corporate social responsibility. c) Bagi Calon Investor Dapat menjadi pertimbangan apakah good corporate governance dan corporate social responsibility sudah diterapkan dengan baik pada perusahaan perbankan yang diteliti. d) Pembaca dan Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dari para pembaca dalam penerapan good corporate governance dan corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan. Dan

14 14 untuk peneliti selanjutnya dapat menjadi acuan dalam mengembangkan lebih luas lagi tentang good corporate governance.