LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meluasnya peredaran minuman beralkohol yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat, maka untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan minuman beralkohol perlu diatur larangan, pengawasan, penertiban peredaran dan penjualan minuman beralkohol; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan huruf a perlu diatur dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor. 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 No. 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3945); 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Peyelenggara Negara yang bebas dan Bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); 7. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 8. Keputusan Presiden Nomor 96 TAhun 1998 tentang Bidang Usaha yang tertutup bagi Penanaman Modal;
9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundangundangan dan Bentuk Rancangan Undangundang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 10. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemda Tk.II Bulukumba (Lembaran Daerah Tahun 1988 Nomor 8 Seri D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL. Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah, ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba; b. Kepala Daerah adalah Bupati Bulukumba. c. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulukumba; e. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan asli pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol; f. Izin Peredaran adalah izin tertulis yng diberikan oleh Bupati untuk memasukkan dan menyalurkan minuman beralkohol; g. Peredaran Minuman beralkohol adalah jumlah minuman beralkohol yang dipasok atau yang diedarkan di Daerah; h. Tim Pengawasan dan Penertiban adalah tim yang dibentuk oleh Bupati yang beranggotakan Instansi terkait di Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan penertiban peredaran minuman beralkohol serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati. i. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran; j. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering; k. Bar adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya menghidangkan minuman keras dan minuman lainnya untuk umum di tempat usahanya;
BAB II LARANGAN PEREDARAN, PENJUALAN DAN PRODUKSI MINUMAN BERALKOHOL Pasal 2 (1) Dilarang memasukkan, menyalurkan dan mengedarkan minuman beralkohol di daerah kecuali atas izin tertulis dari Bupati; (2) Izin tertulis sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperbaharui kembali; (3) Jumlah dan jenis minuman beralkohol yang boleh diedarkan dicantumkan dalam izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini; (4) Izin Peredaran pada ayat (1) diberikan oleh Bupati setelah pemohon mendapat rekomendasi dan instansi Peridustrian dan Perdagangan dan Instansi Kesehatan di Daerah. Pasal 3 Izin sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi karena : a. Atas permintaan sendiri; b. Masa berlaku izin habis; c. Dicabut karena melanggar ketentuan Peraturan Daerah ini dan tidak memenuhi lagi persyaratan dalam izin. Pasal 4 Tidak dikeluarkan izin usaha pembuatan dan/atau produksi minuman beralkohol baik secara mekanik maupun tradisional. Pasal 5 (1) Setiap Badan Usaha dan atau perorangan dilarang menjual minuman beralkohol kecuali ditempat khusus yang diizinkan oleh Bupati; (2) Tempat penjualan minuman beralkohol harus sesuai dengan tempat yang dicantumkan dalam izin diberikan oleh Bupati. Pasal 6 (1) Sebelum memberikan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) harus mengumumkan permohonan izin disekitar lokasi dan tempat lain yang diusulkan oleh pemohon selama 2 minggu; (2) Apabila ada keberatan dari masyarakat ditempat yang dimaksud pada pasal 5 ayat (2) pemohon izin tersebut tidak dapat diberikan; (3) Izin tidak boleh dipindahkan tanpa izin tertulis dari Bupati. Pasal 7 (1) Izin tempat penjualan minuman beralkohol hanya dapat diberikan kepada pengusaha dalam wilayah Ibukota Daerah dan tempat penjualan pada Pariwisata ; (2) Izin penjualan minuman beralkohol hanya dapat diberikan untuk: a. Hotel b. Restoran c. Bar (3) Minuman beralohol tidak boleh dijual dan diminum ditempat umum sepeti Rumah Makan, Wisma, Warung, Gelanggang Olah Raga, Gelanggang
Remaja, Kantin, Kaki Lima, Terminal, Stasiun, Pasar, Kios-Kios Kecil, Café, Rumah-rumah Pendudukdan tempat/lokasi di tempat lainnya. Pasal 8 (1) Tempat penjualan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (2) tidak boleh dekat dengan Tempat Ibadah, Sekolah, Rumah Sakit, Pemukiman dan Perkantoran dengan jarak radius 1000 meter; (2) Minuman beralkohol tidak boleh diminum dan dijual kepada anak dibawah umur (21 tahun), pelajar/mahasiswa dan anggota TNI/POLRI, Pegawai Negeri Sipil serta pejabat lainnya yang berpakaian seragam. BAB III PENGGOLONGAN MINUMAN BERALKOHOL Pasal 9 Minuman beralkohol dapat digolongkan menjadi: (1) Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 1% sampai dengan 5% Golongan A; (2) Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% sampai dengan 20% Golongan B; (3) Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% sampai dengan 55% Golongan C; (4) Minuman yang dapat memabukkan yang kadar alkoholnya tidak atau belum terdeteksi Golongan D. Pasal 10 (1) Minuman beralkohol golongan A hanya dapat dijual ditempat sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (2); (2) Minuman beralkohol Golongan B dan C hanya dapat dijual di Hotel Bintang II, IV dan V serta Restoran Talam Kencara dan Talam Salaka; (3) Untuk minuman beralkohol Golongan tidak boleh diedarkan/diperjual belikan; (4) Bupati membatasi jumlah dan jenis minuman beralkohol semua golongan yang dapat dijual di tempat penjualan. Pasal 11 (1) Penjual minuman beralkohol Golongan A tidak boleh melayani pengguna/peminum diatas 1000 (seribu) ml; (2) Penjual minuman beralkohol Golongan B dan C tidak boleh melayani pengguna/peminum diatas 100 ml; (3) Pengedaran/penjualan minuman beralkohol lebih dari 1000 (seribu) ml untuk Golongan B dan C hanya dapat diminum ditempat penjualan. Pasal 12 (1) Penjualan minuman beralkohol harus menyampaikan data pengguna/peminum, data jenis dan jumlah minuman beralkohol secara berkala kepada tim pengawas dan penertiban minuman beralkohol; (2) Pengguna/pemkai minuman beralkohol tidak boleh mengganggu ketentraman dan ketertiban; Pasal 13 Batas waktu penjualan minuman beralkohol untuk penjualan/diminum ditempat penjualan ditetapkan mulai jam 21.00 Wita (waktu Indonesia Tengah) sampai dengan jam 00.00 Wita.
BAB IV PENGAWASAN PEREDARAN DAN PENJUALAN Pasal 14 Semua minuman beralkohol yang diedarkan, dimasukkan dalam botol/kemasan dengan mencantumkan label, jenis minuman, kadar alkohol/ethanol, volume minuman sesuai dengan Peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 15 (1) Bupati membentuk Tim untuk melakukan pengawasan, penertiban peredaran dan tempat penjualan minuman beralkohol di daerah dan tidak boleh dilakukan/diberikan kepada perusahaan swasta; (2) Untuk mengawasi dan menertibkan peredaran dan tempat penjualan minuman beralkohol di daerah, Bupati dibantu oleh Tim yang beranggotakan Instansi terkait di Daerah; (3) Tim memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pasal 2 Peraturan Daerai ini. (4) Tim sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal 15 dibentuk dengan Keputusan Bupati. Pasal 16 Badan dan atau perorangan yang menjual minuman beralkohol berkewajiban untuk: a. menjaga ketertiban dan keamanan dalam ruang dan sekitarnya; b. meminta bantuan kepada petugas keamanan untuk menertibkan dan mengamankan kegaduhan yang terjadi ditempat penjualannya bila tidak dapat dicegah sendiri; c. izin harus ditempelkan ditempat penjualan sehingga mudah dilihat oleh umum; d. harus ditempelkan peringatan ditempat penjualan bahwa setiap orang yang meminum minuman beralkohol tidak boleh berlebihan atau sampai mabuk. Pasal 17 Bupati berwenang mencabut izin peredaran dan izin tempat penjualan minuman beralkohol yang telah diberikan atau mengurangi jumlah minuman beralkohol yang diizinkan untuk diedarkan karena pertimbangan kepentingan umum. Pasal 18 Bupati dapat menghentikan penjualan minuman beralkohol karena pertimbangan khusus dan pada hari-hari tertentu karena dianggap akan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat. BAB V PENERTIBAN Pasal 19 Bupati membatasi jumlah jenis minuman beralkohol yang dapat diedarkan di daerah setelah mendengar pertimbangan dari tim pengawasan dan penertiban.
Pasal 20 Penertiban peredaran minuman beralkohol di daerah dapat dilakukan oleh Tim pengawas dan penertiban secara terpadu dibawah koordinasi Bupati. Pasal 21 Bupati melaksanakan pengawasan dan penertiban ditempat-tempat penjualan minuman beralkohol sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 22 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1), pasal 5, pasal 6, pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), pasal 8, pasal 9, pasal 12 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran; (3) Tanpa mengurangi ketentuan ancaman pidana sebagaimana ayat (1) pasal ini terhadap pengedar/pemasok minuman beralkohol dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketetuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Selain Pejabat Penyidik umum bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud pasal 18 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah tersebut; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk medapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana perpajakan daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan dengan Keputusan Bupati. Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Disetujui oleh: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dengan Keputusan Nomor 03/KPTS/DPRD-BK/III/2002 Pada tanggal 12 Maret 2002 Diundangkan di : Bulukumba Pada tanggal : 12 Maret 2002 SEKRETARIS DAERAH T.T.D Drs. H MAPPIGAU SAMMA Pangkat : Pembina NIP : 010 071 921 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2002 SERI C NO.1 Ditetapkan di : Bulukumba Pada tanggal : 12 Maret 2002 BUPATI BULUKUMBA T.T.D Drs. H. A. PATABAI PABOKORI