LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 21 TAHUN 2000 T E N T A N G MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL Menimbang : a. Bahwa minuman keras pada hakekatnya membahayakan kesehatan jasmani dan rohani, mengancam kehidupan masa depan generasi bangsa, dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat serta menjadi salah satu faktor terjadinya tindak kekerasan dan kriminalitas, sehingga perlu ada pengendalian, penertibah dan pengawasan; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a di atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal tentang Minuman Keras. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara 1996 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

2 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-undang Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah Kabupaten di Propinsi Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Tanggal 14 Agustus 1950); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2473); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1991 tentang Standart Nasional Indonesia; 12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

3 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 59 / Menkes / PER / II / 1992 tentang Larangan Peredaran, Produksi dan Impor Minuman Keras yang Tidak Terdaftar Pada Departemen Kesehatan; 16. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 359/MPP/Kep/10/1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Produksi, Impor, Pengedaran dan Penjualan Minuman Keras; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Keras. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TENTANG MINUMAN KERAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Kendal; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal; c. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kendal; d. Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol maupun tidak, yang dapat membuat orang mabuk dan kecanduan; e. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan

4 destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol yang terbagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu : Golongan A : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 1% sampai dengan 5 %; Golongan B : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) 5% sampai dengan 20 %; Golongan C : Minuman kadar alkohol/ethanol (C2H5OH) lebih dari 20 % sampai dengan 55 %; f. Industri adalah perusahaan industri yang memproduksi minuman keras; g. Produksi adalah usaha pembuatan minuman keras; h. Mengoplos adalah mencampur, meramu dan / atau menyedu bahan-bahan tertentu sehingga menjadi jenis minuman keras; i. Mengedarkan adalah menyalurkan, memasukkan atau mendistribusikan minuman keras; j. Memperdagangkan adalah memperjualbelikan minuman keras; k. Menimbun adalah menyimpan minuman keras dalam jumlah banyak; l. Menjamu adalah menyajikan minuman keras; m. Tempat umum adalah tempat yang diperuntukkan untuk umum atau tempat yang biasa dikunjungi/didatangi masyarakat; n. Pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan /atau keterangan lainnya dalam rangka penyidikan, penuntutan, pengendalian dan pengawasan terhadap segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan minuman keras. BAB II GOLONGAN Pasal 2 Minuman keras dikelompokkan dalam :

5 a. Golongan A yaitu minuman keras dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5 % (lima persen); b. Golongan B yaitu minuman keras dengan kadar ethanol (C2H5OH) 5 % (lima persen) sampai dengan 20 % (dua puluh persen); c. Golongan C yaitu minuman keras dengan kadar ethanol (C2H5OH) di atas 20 % (dua puluh persen) sampai dengan 55 % (lima puluh lima persen); d. Golongan yang tidak termasuk ke dalam golongan A, B dan C, termasuk didalamnya minuman keras tradisional, hasil oplosan atau enceran dan jenis minuman keras lainnya. BAB III LARANGAN Pasal 3 (1) Dilarang memproduksi, mengedarkan, memperdagangkan, menimbun, menyimpan, mengoplos, menjual dan menyajikan minuman keras. (2) Dilarang membawa minuman keras dan/atau membawa bahan baku minuman keras dalam bentuk apapun juga. (3) Dilarang meminum minuman keras, kecuali warga negara asing dan dilakukan di tempat yang diizinkan untuk menjual atau menyajikan minuman keras. (4) Larangan sebagaimana dimaksud ayat (1), (2) dan (3) Pasal ini berlaku di seluruh wilayah Daerah. (5) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) tidak dinyatakan sebagai pelanggaran, bila dipenuhi ketentuan Pasal 4, 5, 6, 7, 9 dan Pasal 10. Pasal 4 (1) Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah ini, dikecualikan dalam hal : 1. Untuk kepentingan industri jamu, obat-obatan dan sejenisnya yang mengandung rempah-rempah khusus untuk tujuan kesehatan atau pengobatan, dan tidak memabukkan. 2. Untuk kepentingan : a. Hotel berbintang;

6 b. Bar dan; c. Klub malam. yang diizinkan menjual atau menyajikan minuman keras. 3. Minuman keras di tempat-tempat penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) angka 2 Pasal ini, khusus diperuntukkan bagi orang asing. (2) Kriteria hotel, bar dan klub malam yang diizinkan menjual atau menyajikan minuman keras sebagaimana dimaksud ayat (1) angka 2 Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati. Pasal 5 Khusus usaha minuman keras sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah ini, harus memenuhi ketentuan persyaratan sebagai berikut : a. Minuman keras yang memiliki kandungan alkohol setinggi-tingginya 5 % (lima persen); b. Bagi usaha industri harus memiliki Surat Izin Usaha Industri atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK)/Tanda Daftar Industri (TDI); c. Bagi usaha perdagangan wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan/atau Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Keras (SIUPMK) untuk perdagangan minuman keras golongan B dengan kandungan alkohol diatas 5 % (lima persen) sampai dengan 20 % (dua puluh persen); d. Izin Usaha sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf b dan c, yaitu Izin dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu; e. Bagi usaha untuk penyembuhan suatu penyakit, harus dilengkapi pula dengan : 1. Surat Keterangan hasil analisa dan diagnosa dari dokter dan/atau tenaga ahli lainnya yang memiliki komitmen keahlian ilmiah dan integritas moral yang dapat dipertanggungjawabkan; 2. Surat rekomendasi dari Dinas Kesehata di Daerah; 3. Surat rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kendal. BAB IV PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN PENERTIBAN

7 Pasal 6 Dilarang menjual dan menyajikan minuman keras sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) angka 2 Peraturan Daerah ini di Daerah, kecuali ditempat-tempat tertentu yang ditetapkan oleh Bupati. Pasal 7 Setiap usaha industri dan usaha penjualan minuman keras sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) angka 1 dan angka 2 Peraturan Daerah ini, disamping harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, juga harus terlebih dahulu mendapat izin dari Bupati. Pasal 8 (1) Bupati sebelum memberikan izin sebagaimana dimaksud Pasal 7 Peraturan Daerah ini, harus mengumumkan permohonan lokasi dimana usaha dimaksud akan didirikan, selama 2 (dua) minggu; (2) Dalam hal ada keberatan dari masyarakat di tempat sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Daerah ini, tidak diberikan; (3) Izin tidak boleh dipindahtangankan, tanpa izin tertulis dari Bupati. Pasal 9 Batas waktu penjualan minuman keras untuk diminum di tempat penjualan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) angka 2 Peraturan Daerah ini, ditetapkan mulai jam WIB sampai dengan jam WIB Pasal 10 (1) Semua minuman keras yang diproduksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) angka 1 Peraturan Daerah ini, harus dimasukkan dalam botol/kemasan dengan mencantumkan etiket, jenis minuman, kadar alkohol/ethanol, dan volume minuman sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta manfaatnya bagi kesehatan;

8 (2) Minuman keras golongan B dan C adalah kelompok minuman keras, yang peredaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan. Pasal 11 (1) Bupati melakukan pengawasan dna penertiban usaha industri, usaha perdagangan, penjualan serta penyajian minuman keras sebagaimana diaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah ini. (2) Untuk mengawasi dan menertibkan peredaran minuman keras di daerah, Bupati dibantu oleh sebuah Tim yang beranggotakan instansi terkait di Daerah. (3) Tim memberi pertimbangan kepada Bupati, dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Daerah ini. (4) Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Pasal ini, dibentuk dengan Keputusan Bupati. Pasal 12 Pengusaha / pemilik Hotel, Bar dan Klub Malam yang menjual dan menyajikan minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) angka 2 Peraturan Daerah ini harus : a. Menjaga keteriban dan keamanan dalam ruangan tempat penjualan; b. Meminta bantuan kepada petugas keamanan untuk menertibkan dan mengamankan kegaduhan yang terjadi di tempat penjualannya, bila tidak dapat dicegah sendiri; c. Menempatkan/menempelkan bukti pemberian izin di tempat penjualan, sehingga mudah dilihat umum; d. Menempelkan peringatan di tempat penjualan, bahwa setiap orang yang meminum minuman keras tidak boleh berlebihan atau sampai mabuk. Pasal 13 Bupati berwenang mengubah atau mencabut izin usaha industri, usaha perdagangan dan izin penjualan minuman keras yang telah dikeluarkannya, dan/atau mengurangi jumlah minuman keras yang diizinkan untuk diproduksi, diperdagangkan dan dijual, karena pertimbangan kepentingan umum.

9 Pasal 14 Bupati berwenang mencabut izin tempat penjualan minuman keras karena : a. Bertentangan dengan kepentingan umum. b. Dianggap perlu untuk menjaga kepentingan umum. c. Bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15 Bupati dapat menghentikan penjualan minuman keras karena pertimbangan khusus pada hari-hari tertentu, karena dianggap akan mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pasal 16 Bupati membatasi jumlah dan jenis minuman keras yang dapat diedarkan di Daerah, setelah mendengar pertimbangan dari Tim Pengawasan dan Penertiban. Pasal 17 Penertiban peredaran minuman keras di Daerah dilakukan oleh Tim Pengawasan dan Penertiban secara terpadu, di bawah koordinasi Bupati. Pasal 18 Bupati melaksanakan pengawasan dan penertiban tempat-tempat penjualan minuman keras sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Daerah ini, diancam hukuman pidana kurungan sekurang-kurangnya 5 (lima) bulan, dan selama-

10 lamanya 6 (enam) bulan atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (empat juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). (2) Tanpa mengurangi arti ketentuan ancaman pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, terhadap pengedar / pemasok minuman keras dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pasal 20 Barang siapa terbukti bersalah memproduksi atau menimbun minuman keras diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) angka 1 Peraturan Daerah ini, dipidana kurungan sekurang-kurangnya 5 (lima) bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (empat juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). Pasal 21 Barang siapa terbukti bersalah menimbun, mengedarkan dan memperdagangkan minuman keras, diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hari dan selamalamanya 6 (enam) bulan, atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). Pasal 22 Barang siapa terbukti bersalah menyimpan minuman keras, diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari dan selama-lamanya 6 (enam) bulan, atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) dan sebanyakbanyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). Pasal 23 Barang siapa terbukti bersalah mengoplos dan menjamu minuman keras, diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya dua bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan, atau denda sekurang-kurangnya Rp ,00 (dua juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah).

11 Pasal 24 Barang siapa terbukti bersalah membawa dan / atau meminum minuman keras, diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari dan selama-lamanya 6 (enam) bulan, atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah) dan pidana tambahan, yaitu dikarantina di panti rehabilitasi, bagi yang sudah kecanduan. Pasal 25 (1) Barang siapa terbukti bersalah melanggar ketentuan Pasal 5 huruf a, b, c, d dan Pasal 6 Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya 5 (lima) bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan, atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (empat juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). (2) Barang siapa terbukti bersalah melanggar ketentuan Pasal 5 huruf e diancam pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan, atau denda sedikit-dikitnya Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp ,00 (lima juta rupiah). Pasal 26 Pelanggaran yang dikenai pidana karena pelanggaran Pasal 5, 6, 7, 9 dan Pasal 10 Peraturan Daerah ini, dikenai hukuman tambahan berupa perampasan barang bukti untuk dimusnahkan dan usahanya ditutup. Pasal 27 Semua perbuatan yang diancam pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan Pasal 25, adalah tindak pidana pelanggaran. BAB VI PENYIDIKAN

12 Pasal 28 Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, 22, 23, 24 dan Pasal 25 Peraturan Daerah ini, dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah, yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua Keputusan Bupati dan peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Bupati. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kendal. Ditetapkan di Kendal Pada tanggal 15 Juli 2000 BUPATI KENDAL, HENDY BOEDORO

13 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kendal tanggal 22 Juli 2000 Nomor 21 Tahun 2000 Seri D No 20. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KENDAL SOEPARDJO ANGGASASMITA Pembina Utama Muda NIP

14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG MINUMAN KERAS I. PENJELASAN UMUM Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini, peredaran dan penjualan serta pemakaian minuman keras di daerah semakin marak, yang merambah sampai pada remaja bahkan anak-anak sekolah yang kadang-kadang masih di bawah umur. Sebagai salah satu akibat makin merebaknya penggunaan minuman keras tersebut di atas, adanya berbagai tawuran antar desa, antar remaja, antar sekolah khususnya di tempat-tempat pertunukan umum, yang menumbuhkan keresahan masyarakat dan mengganggu stabilitas keamanan di daerah pada khususnya dan negara Republik Indonesia pada umumnya. Mengingat dampak dari adanya peredaran dan penjualan serta penggunaan minuman keras cukup besar pengarunya terhadap stabilitas keamanan, ketentraman kehidupan masyarakat, perkembangan generasi muda dan perekonomian bangsa dan negara pada umumnya dan di daerah pada khususnya, maka sudah saatnya bila dewasa ini diperlukan penertiban, pengendalian dan pengawasan terhadap minuman keras di daerah. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, sebagai tindak lanjutnya maka perlu diatur Peraturan Daerah Kabupaten Kendal tentang Minuman Keras. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7

15 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 oo 000 oo