IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

dokumen-dokumen yang mirip
INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

yudi hardi AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KELENGKAPAN FARMASETIK RESEP UMUM POLI ANAK RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE JANUARI - MARET TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) RESEP POLIFARMASI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK KIMIA FARMA X SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

INTISARI PENGARUH KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PADA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prosiding Farmasi ISSN:

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

ABSTRAK GAMBARAN KESESUAIAN DAN KETIDAKSESUAIAN RESEP PASIEN BPJS PROGRAM RUJUK BALIK PUSKESMAS WILAYAH BANJARBARU PERIODE SEPTEMBER DESEMBER 2014

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

SKRIPSI OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI NIM PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

GAMBARAN KESESUAIAN DAN KETIDAKSESUAIAN RESEP PASIEN ASKES RAWAT JALAN DENGAN DPHO PADA APOTEK APPO FARMA BANJARMASIN PERIODE JULI-AGUSTUS

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

INTISARI. Endah Dwi Janiarti; Erna Prihandiwati; Anna Apriyanti

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

Transkripsi:

ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor 1 ; Eka Kumalasari; Burdah Makmun 3 Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir bersamaan berpotensi menyebabkan interaksi yang dapat mengubah efek yang diinginkan. Adanya peningkatan kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini dan berkembangnya polifarmasi, kemungkinan terjadinya interaksi obat sangat besar. Prevalensi hipertensi tahun 2013 berada diperingkat pertama pada diagnosa pasien rawat jalan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh, yaitu sebesar 16,75%. Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah potensi interaksi obat, jumlah masing-masing jenis interaksi dan jumlah masing-masing tingkat signifikan. Jenis penelitian adalah deskriptif observasi dengan pengambilan data secara retrospektif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah resep pasien Jaminan Kesehatan Nasional yang mengandung obat anti-hipertensi. Populasi dalam penelitian ini sebesar 1549 resep pasien. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional stratified random sampling sebesar 318 resep pasien periode Januari Maret 2014. Hasil penelitian yang diperoleh dengan melihat nama obat yang tercantum dalam resep tanpa mempertimbangkan aturan pakai, dosis obat dan keadaan pasien menunjukkan bahwa terdapat 53,14% resep pasien yang mengandung obat berpotensi interaksi dan dari 169 resep yang mengandung obat antihipertensi berpotensi interaksi terdapat sebanyak 36,42% kejadian yang berpotensi interaksi dari 895 total kombinasi. Jumlah potensi interaksi ini tidak sepenuhnya menunjukkan bahwa potensi interaksi bersifat merugikan, karena ada beberapa potensi interaksi yang bersifat menguntungkan. Jenis interaksi dari kejadian yang berpotensi interaksi secara farmakokinetik 20,55%, farmakodinamik 59,51% dan 19,94% yang tidak diketahui jenis interaksinya. Banyakya kejadian yang berpotensi interaksi dengan tingkat signifikan 1 sampai 5 secara berurutan, yaitu 12,58%, 27,30%, 8,90%, 5,21%, 4,91% dan sisanya sebanyak 41,10% yang tidak diketahui tingkat signifikannya. Kata Kunci : Potensi Interaksi Obat, Anti-Hipertensi, Jenis Interaksi, Tingkat Signifikan

ABSTRACT IDENTIFICATION OF POTENTIAL DRUG INTERACTIONS ANTIHYPERTENSIVE PATIENT PRESCRIPTION ON THE NATIONAL HEALTH INSURANCEINSTALLATION IN THE OUTPATIENT PHARMACY UNIT Hospital Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor 1 ; Eka Kumalasari; Burdah Makmun 3 Two or more drugs which are given at the same time or nearly the same time potentially lead to interactions that can alter the desired effect. An increase in the complexity of the drugs used in the treatment at this time and the development of polypharmacy, the possibility of drug interactions is enormous. The prevalence of hypertension in 2013 was ranked first in outpatient diagnoses in RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh, amounting to 16,75%. This research aims to determine the number of potential drug interactions, the number of each type of interaction, and the amount of each significant level. This type of research is a descriptive observation with a retrospective in data collection. The data used in this study was Jaminan Kesehatan Nasional (National Health Insurance) patients containing prescription of anti-hypertensive drugs. The population in this study was 1.549 of the patient s prescription. The sampling technique in this study was using proportional stratified random sampling of 318 patients prescription in the period of January to March 2014. The research s result obtained by looking at the name of the drugs listed in the recipes without considering the rules of use, dose of the drug and the patients condition that there is 53,14% prescription drug containing patient interaction and from 169 recipes which is containing anti-hypertensive drugs interactions are potentially as much as 36,42% incidence of potentially interacting from 895 total combinations. The number of potential interaction is not fully demonstrated that the potential for adverse interactions, because there are several potential interactions that are profitable. Type interaction effect of events that have the potential pharmacokinetics interactions were 20,55%, 59,51% of pharmacodynamics, and 19.94% of unknown type interaction effects. The number of events that have potential interaction with a significant level of 1 through 5 in sequence, those are 12.58%, 27.30%, 8.90%, 5.21%, 4.91%, and the remaining 41.10% is the level of unknown significance. Key words: Potential Drug Interaction, Anti-Hypertensive, Type of Interaction, Significant Level

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu kondisi kronik dimana tekanan darah arteri sistemik meningkat melebihi ambang normal. Penderita dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg (Nugroho, 2012). Hipertensi merupakan silent killer yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Tingginya morbiditas dan mortilitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah akan memperburuk prognosis pasien hipertensi (Sudoyo dkk, 2006). Diperkirakan 30% penduduk Amerika (± 50 juta jiwa) menderita hipertensi ( 140/90 mmhg). Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita

hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991 (Hajjar dan Kotchen, 2003 cit. Depkes RI, 2006, hal 13). Menurut data Riskesdas secara keseluruhan prevalensi untuk penyakit tidak menular, terutama hipertensi pada tahun 2007 menunjukkan hasil 31,7% dan pada tahun 2013 hasilnya 26,5%, sedangkan untuk provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 hasilnya 30,8%. Asumsi terjadi penurunan dari tahun 2007 bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Jenis-jenis obat anti-hipertensi untuk terapi farmakologi hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII, yaitu diuretika, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, ACE Inhibitor, dan AT II Blocker. Masing-masing obat anti-hipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor sosial ekonomi, faktor risiko kardiovaskular, ada tidaknya penyakit penyerta, respon pasien terhadap obat anti-hipertensi, kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain dan bukti ilmiah kemampuan obat hipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan risiko kardiovaskular. Ada banyak penyebab hipertensi resisten, salah satunya dikarenakan adanya terapi lain yang dapat meningkatkan tekanan darah dan obat lain yang dapat mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat anti-hipertensi (Sudoyo dkk, 2006). Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah. Dua atau lebih obat yang diberikan

pada waktu yang sama atau hampir bersamaan berpotensi menyebabkan interaksi yang dapat mengubah efek yang diinginkan. Interaksi bisa bersifat aditif, sinergis atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau semua obat yang berinteraksi. Walaupun hasilnya bisa positif (meningkatkan kemanjuran) atau negatif (menurunkan kemanjuran, toksisitas atau idiosinkrasi), dalam farmakoterapi interaksi obat biasanya tidak terduga dan tidak diinginkan. Salah satu tujuan utama farmasi klinis dan layanan kefarmasian adalah untuk meminimumkan risiko pada pasien. Oleh karena itu, memeriksa adanya interaksi obat merupakan tugas farmasis yang utama. Adanya peningkatan kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi, kemungkinan terjadinya interaksi obat sangat besar (Aslam dkk, 2003). Jenis dan mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Aslam dkk, 2003). Hasil penelitian di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006 menunjukkan bahwa interaksi obat terjadi pada 59% pasien rawat inap dan 69% pasien rawat jalan. Pada pasien rawat jalan ditemukan 47 kasus interaksi obat-obat dengan pola interaksi obat farmakokinetik 72%, farmakodinamik 19% dan sisanya unknown (Rahmawati dkk, 2006). Penelitian tahun 2008 di rumah sakit yang sama

diperoleh hasil bahwa 41,3 % pasien rawat jalan di rumah sakit tersebut menerima obat anti-hipertensi yang berpotensi terjadi interaksi (Ikawati dkk, 2008). Hasil studi pendahuluan di Instalasi Farmasi Unit Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin diperoleh data bahwa selama tahun 2012 hipertensi menduduki peringkat kedua dalam daftar 10 besar diagnosa pasien rawat jalan di Rumah Sakit tersebut dengan jumlah pasien 1.943. Selama tahun 2013 hipertensi menduduki peringkat pertama dalam daftar 10 besar diagnosa pasien rawat jalan dengan jumlah pasien 3.944 orang. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program pelayanan kesehatan terbaru yang berlaku mulai 1 januari 2014, sistemnya menggunakan sistem asuransi dan diselengarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin merupakan tempat pelayanan tingkat lanjutan yang menjadi rujukan pertama pelayanan kesehatan pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian serupa di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin secara retrospektif untuk interaksi obat anti-hipertensi pada resep pasien JKN di Instalasi Farmasi Unit Rawat Jalan Rumah Sakit tersebut.