I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan dilaksanakan di daerah-daerah, baik yang bersifat sektoral maupun regional. Ini berarti bahwa Rencana Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah, yang saling menunjang dan melengkapi satu sama lainnya dalam mewujudkan pembangunan negara secara keseluruhannya Hal ini sangatlah penting mengingat perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan wilayah memerlukan kerja sama antar daerah untuk mencapai keuntungan dan manfaat bersama. Dengan kerja sama antar daerah yang baik akan menghasilkan efisiensi yang tinggi dan daerah-daerah yang terlibat kerja sama akan mampu bersinergi dan hasilnya akan jauh lebih baik dari apa yang diperoleh jika pembangunan daerahnya dilakukan sendiri-sendiri ( Kammaludin, 1999). Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan prasyarat utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertambahan penduduk akan terus terjadi dan berarti kebutuhan ekonomi juga akan bertambah besar, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Konsekuensi yang harus dihadapi atas fenomena di atas adalah pertumbuhan ekonomi harus lebih besar dari pertumbuhan penduduk agar pertumbuhan pendapatan per kapita dapat tercapai. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diorientasikan untuk peningkatan pendapatan per kapita, dapat menyebabkan pola pembagian dari pertumbuhan itu
sendiri kurang diperhatikan, sehingga mengakibatkan timbulnya disparitas pendapatan di masyarakat (Tambunan, 2001). Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembanguan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah dan proses penjalaran pertumbuhan merupakan hal yang penting (Deliarnov, 2007). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi, tetapi pertumbuhan tersebut juga diiringi oleh disparitas antar wilayah yang semakin relatif besar. Strategi pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara masih mengacu pada pertumbuhanekonomi ( growth oriented strategy ), belum mengacu kepada pemerataan pembangunan yang semakin baik ( growth oriented strategy with distribution ) ( Sirojuzilam, 2008). Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari Wilayah Pantai Barat dan
Wilayah Dataran Tinggi. Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil (Bapedda, 2008). Kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di Wilayah Pantai Timur, sedangkan di bagian tengah, Wilayah Pantai Barat, dan kepulauan di sekitar propinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatnya pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan perkotaan di wilayah-wilayah yang masih ketinggalan agar menjadi pusat pertumbuhan untuk mendorong perekonomian di wilayah tersebut sehingga dapat mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah di propinsi ini (Bapedda, 2008). Untuk mengurangi kesenjangan antar sektor, antar kabupaten dan antar kota, pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai kebijakan secara menyeluruh dan terpadu termasuk meningkatkan alokasi dana langsung ke daerah, disamping itu untuk melanjutkan dan meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan serta menggerakkan kembali kegiatan ekonomi di berbagai daerah secara merata. Pengembangan Kawasan Wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu program prioritas dalam pembangunan Provinsi Sumatera Utara, sebagai bagian dari rencana strategis (renstra) Provinsi Sumatera Utara apa
yang selama ini diupayakan adalah bagaimana mengejar ketertinggalan Kawasan Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara dari kawasan lainnya (Kawasan Wilayah Pantai Timur dan Kawasan Wilayah Dataran Tinggi) salah satunya dengan meningkatkan aksesibilitas ke kawasan tersebut dengan memperlancar hubungan transportasi (Bapedda, 2008). Pembangunan khususnya bidang ekonomi ditempatkan dalam urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam rangka pembangunan ekonomi sekaligus terkait usaha-usaha pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Secara bertahap diusahakan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan (Sirojuzilam, 2008). Pembangunan dilaksanakan secara umum menyangkut beberapa aspek utama, mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, sosial, kelembagaan dan aspek lingkungan. Akan tetapi di dalam proses pencapaiannya akan selalu mengakibatkan terjadinya ketimpangan. Hal ini sekaligus menolak pendapat kaum neoklasik yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal pembangunan memang akan dijumpai ketidakseimbangan atau ketimpangan, akan tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu keseimbangan atau kemerataan yang dapat dilihat dari Regional income disparities, dimana ketimpangan yang terjadi tidak hanya terhadap distribusi pendapatan masyarakat, akan tetapi juga terjadi terhadap pembangunan antar daerah di dalam wilayah suatu negara (Sirojuzilam, 2008).
Oleh karena itu diteliti sejauhmana strategi pembangunan yang telah diterapkan di Indonesia ini membuahkan hasil, baik yang bersifat positif maupun negatif yang dalam hal ini diambil Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah kasus.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat di rumuskan permasahan pokok sebagai berikut : 1) Bagaimana tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007? 2) Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007? 3) Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara? 4) Bagaimana struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara antar daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2001-2007? 5) Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara? 6) Bagaimana pengaruh pertumbuhan pengeluaran pemerintah (rapbd) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah (rpdrb) di provinsi Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007. 2) Untuk mengukur perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat dalam kurun waktu tahun 2001-2007. 3) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk terhadap indeks disparitas ekonomi di provinsi Sumatera Utara? 4) Untuk mengukur struktur ekonomi kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara di kabupaten/ kota dalam kurun waktu tahun 2001-2007. 5) Untuk mengukur pengaruh pengeluaran pemerintah (APBD) terhadap perekonomian daerah di provinsi Sumatera Utara. 6) Untuk mengukur pengaruh pertumbuhan pengeluaran pemerintah (rapbd) terhadap pertumbuhan perekonomian daerah (rpdrb) di provinsi Sumatera Utara. 1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak- pihak yang membutuhkan. 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yamg membutuhkan dan ingin meneruskan penelitian ini dimasa mendatang.