BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive dengan tingkat perubahan yang turbolens menuntut pemasar untuk berupaya semaksimal mungkin untuk mencari cara yang tepat agar tetap survive dalam persaingan tersebut. Pemasar selalu menginginkan pembelian yang berkelanjutan terhadap produk yang mereka tawarkan kepada konsumen, konsekwensinya adalah pemasar harus mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh konsumen dengan salah satu caranya melalui media periklanan. Saefudin et al. (1986), mengingatkan bahwa produk yang tidak diterima pasar (konsumen) sulit ditolong oleh iklan atau bentuk promosi lainnya, karena iklan tidak dapat mengubah pandangan konsumen terhadap produk mutu rendah menjadi mutu tinggi. Menurut Dhharmesta dan Handoko (2000) perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat untuk mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan kegiatan-kegiatan tersebut. Pada sisi lain perubahan perilaku konsumen terhadap pola konsumsinya secara implisit terkandung citra dan keyakinan tentang merek dari produk-produk yang ditawarkan. Kemampuan perusahaan untuk membangun merek menunjukan Brand Position yang kuat. Meningkatnya kesadaran 1
konsumen dalam melakukan pilihan-pilihan terhadap berbagai merek yang ditawarkan membuat banyak perusahaan berupaya untuk mengembangkan merek yang telah ada sehingga membentuk presepsi yang kuat dimata konsumen, sebab konsumen dalam pembelian tidak saja membeli barang tetapi juga mencari prestise (gengsi) sehingga penting bagi pemasar untuk menciptakan image yang kuat terhadap merek produk yang ditawarkan. Penelitian ini akan difokuskan untuk menganalisis pengaruh dari sebuah merek yang dikuatkan, emotional branding, inovasi dan pengalaman panca indera sehingga dapat menciptakan sikap yang loyal terhadap merek dari konsumen. Produk yang digunakan adalah produk pembalut wanita merek Laurier. Menurut Lubis (2005) wanita sering dijadikan sebagai ikon dalam memperkenalkan atau mempromosikan sebuah produk Para produsen beranggapan bahwa "perempuan cenderung mempunyai pola konsumsi yang lebih tinggi dari pria. Penelitian ini menggunakan Merek Laurier yang diproduksi oleh KAO, sebagai objek karena merek ini dimata konsumen merupakan merek yang terkenal dan diminati para kaum wanita sehingga tak heran jika merek- merek ini mendominasi dari tahun 2003-2005 merek terbaik dalam parade merek terbaik IBBA dengan brand value untuk Laurier pada tahun 2003 sebesar 293,5, tahun 2004 sebesar 372,1 dan tahun 2005 sebesar 227,7. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memproduksi senantiasa selalu berusaha membentuk merek yang kuat, misalnya melalui persepsi kualitas, kepuasaan pelanggan dan pangsa pasar. 2
King (2000), mengatakan produk adalah barang yang dihasilkan pabrik, sementara merek adalah sesuatu yang dicari pembeli. Sesuatu ini bukan sekedar barang, melainkan juga persepsi akan kualitas dan gengsi yang diraih. Selain itu merek juga menjadi pembeda suatu produk dari produk lainnya diantara berbagai komoditas. Sehingga tanpa merek, suatu produk hanyalah komoditas yang akan samakan rata nilainya dengan produk-produk sejenis yang menjadi pesaingnya. Banyak perusahaan yang ingin merek produknya menjadi merek yang tekenal dan digemari konsumen oleh sebab itu mereka memanfaatkan emotional branding yang pada dasarnya fokus pada aspek yang mendasar dari karakter manusia; keinginan untuk memperoleh kepuasan material dan mengalami pemenuhan emosional. akan mengakibatkan terciptanya merek yang berkualitas. Sehingga hal ini nantinya akan menyebabkan terciptanya kepuasaan pelanggan yang dapat memberikan manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen dan membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (wort of mouth). Pentingnya memperluas pangsa pasar dan terciptanya loyalitas konsumen bagi perusahaan, menjadikan kesemua usaha perusahaan diarahkan untuk mencapainya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai PENGARUH BRAND REINFORCEMENT, EMOTIONAL BRANDING, INOVASI, PENGALAMAN PANCA INDERA TERHADAP BRAND LOYALITY. 3
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah Apakah brand reinforcement, emotional branding, inovasi dan pengalaman panca indera berpengaruh terhadap brand loyality 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah brand reinforcement, emotional branding, inovasi dan pengalaman panca indera berpengaruh terhadap brand loyality. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan daya nalar intelektual dengan melakukan praktek riset langsung untuk lebih memahami dunia pemasaran pada umumnya dan perilaku konsuemn khususnya. b. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manager perusahaan dalam mengambil keputusan dalam melakukan peningkatan brand loyality. 4
c. Bagi Pihak Lain Digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan untuk mengetahui efektivitas brand reinforcement, emotional branding produk, inovasi dan pengalaman panca indera pembalut wanita Laurier dalam mempengaruhi brand loyality. 1.5 Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahaan yang ada agar pemecahan masalah lebih terarah dan juga dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga serta biaya. Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas maka peneliti akan memberikan batasan permasalahan sebagai berikut: a. Merek pembalut wanita yang diteliti adalah Laurier. b. Penelitian dilakukan di kota Madya Yogyakarta c. Konsumen yang diteliti adalah wanita yang pernah dan mengunakan pembalut wanita merek Laurier. d. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei Juni 2006 e. Jumlah responden yang diteliti 100 orang f. Data yang akan diteliti : 1). Profil konsumen: Umur, Tingkat pendapatan dan Pekerjaan. 2). Faktor-faktor yang diteliti adalah : a. Produk ( pembalut wanita merek Laurier) 5
b. Brand Reinforcement Brand Reinforcement atau strategi penguatan merek, merupakan aktifitas, usaha-usaha perusahaan yang ditujukan untuk menjadikan merek produknya semakin kuat. c. Emotional Branding Emotional Branding: adalah saluran dimana orang secara tidak sadar berhubungan dengan perusahaan dan dengan produk dari perusahaan tersebut dalam suatu metode yang mengagumkan secara emosional (Marc Gobe : 2005). Maksud dari arti emotional branding yakni ketertarikan konsumen terhadap perusahaan maupun produknya yang didasarkan pada emosi bukan berdasarkan keungggulannya. d. Pengalaman Pancaindera. Pengalaman panca indera merupakan pengalaman baik /buruk yand dirasaskan konsumen terhadap produk. Menyediakan konsumen suatu pengalaman pancaindera dari suatu merek dari suatu merek adalah kunci untuk mencapai jenis hubungan emosional dengan merek yang menimbulkan kenangan manis serta akan menciptakan preferensi merek dan menciptakan loyalitas. e. Inovasi Inovasi adalah upaya yang membuat proses Emotional Branding menjadi nyata. Inovasi yang dimaksud merupakan kreativitas yang muncul misalnya, 6
dalam pengembangan produk, pengemasan, penjualan, kehadiran merek, dan iklan. f. Brand Loyality Brand Loyality merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Loyalitas adalah kepuasan konsumen terhadap suatu merek produk, sehingga ia akan mempunyai kecenderungan untuk setia pada produk tersebut, (Darmadi,Sugiarto,Tony, 2001 :126). 7