BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu genre sastra yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi drama

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soekamto (1970 : 3) mengatakan secara etimologi, sosiologi berasal dari dua

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI TEKS SATUA I GANTI TEKEN I LACUR. I Putu Ari Dharma Minarta Jurusan Sastra Bali Fakultas Sastra

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, serta terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian pustaka memuat hasil penelitian terdahulu yang dapat membantu penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka berupa skripsi, pemaparannya sebagai berikut : 1. Yulia (2013), dengan judul skripsi Wacana Persahabatan dalam Kumpulan Satua I Punyan Kepuh teken I Goak. Penelitian ini membantu membedah struktur naratif pada satua, meliputi, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat. Kajian penelitian ini menggunakan teori struktural menurut Nurgiyantoro, Ratna dan Teeuw. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini lebih memfokuskan penokohan dan amanat. Kesamaan terletak pada objek yang digunakan (satua) karena adanya persamaan objek maka skripsi ini menjadikan inspirasi atau acuan dalam penelitian teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. 2. Sutika (1992), dengan judul skripsi Geguritan Puyung Sugih Kajian Amanat dan Penokohan. Penelitian ini membedah struktur naratif dari Geguritan Puyung Sugih meliputi latar, insiden, alur, tema dan gaya bahasa. Analisis penokohan ditinjau dari tiga aspek yaitu; aspek 8

psikologis, aspek fisikologis, dan aspek sosiologis. Ketiga aspek tersebut memberikan gambaran tentang ciri karakter tokoh. Amanat Geguritan Puyung Sugih menyampaikan tentang ajaran-ajaran moral, yang diungkapkan dalam bentuk filsafat berupa dialog antar tokohnya. Amanat yang terkandung di dalamnya adalah amanat tentang kesetiaan, amanat tentang karmaphala, amanat tentang kepasrahan diri, amanat tentang kekuatan magis, dan amanat tentang keserakahan. Persamaan pada kajian Geguritan Puyung Sugih ini menjadikan inspirasi atau acuan terhadap penelitian yang dilakukan. 3. Mandela (2011), dengan judul skripsi Geguritan Dharmayana Pariksa Analisis Penokohan dan Amanat. Penelitian ini membedah identifikasi bentuk Geguritan Dharmayana Pariksa yang mencakup pupuh dan padalingsa, ragam bahasa, dan gaya bahasa. Membedah struktur segmentasi, dan struktur naratif yaitu insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat. Dalam tokoh dan penokohan Geguritan Dharmayana Pariksa dibagi menjadi tiga yaitu: tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer atau pelengkap. Amanat dalam Geguritan Dharmayana Pariksa yaitu, amanat mengenai panca satya, konsepsi percaya dengan Tuhan, konsepsi filosofis atman, konsepsi filosofis karmaphala, konsepsi filosofis punarbhawa (reinkarnasi), konsepsi filosofis moksa, etika atau moral yang baik dan kepemimpinan yang baik. Perbedaannya penelitian teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong membahas struktur naratifnya saja. Kesamaan 9

analisis aspek penokohan dan amanat pada Geguritan Dharmayana Pariksa dapat memberikan inspirasi terhadap penelitian yang dilakukan pada teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong. 2.2 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses ataupun apapun yang ada di luar bahasa, dan dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 2008: 132). Konsep yang digunakan pada penelitian ini yakni konsep satua, konsep penokohan dan konsep amanat. 2.2.1 Satua Satua adalah salah satu karya sastra Bali tradisional, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah dongeng. Satua berarti cerita sedangkan masatua berarti bercerita. Satua merupakan salah satu karya sastra yang termasuk ke dalam kesusastraan lisan (Suardiana, 2011: 1). Bentuk cerita lisan yang lebih dikenal dengan istilah satua, berbentuk prosa. Bentuk prosa disampaikan secara bebas, tidak ada ikatan yang jelas seperti dalam puisi Bali (gaguritan) adanya aturan yang disebut pada-lingsa. Menurut jenis ceritanya, satua Bali dapat dibagi menjadi fabel (tokoh binatang), legenda (kejadian suatu daerah dengan tokoh tertentu), mitos (mite) lebih mengacu kepada asal usul atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya (Suastika, 2011: 13-15). Dalam satua Bali penyampaiannya secara lisan dengan menggunakan bahasa Bali Kapara (lumrah) secara umum dikenal oleh masyarakat Bali. Ketika memulai bercerita, sang pencerita menyebutkan Ada tuturan satua kene... (cerita dimulai). Setelah itu ada bagian dialog antar tokoh-tokohnya. Kemudian sang 10

pencerita berkata gelisang satua... (cerita dipercepat atau cerita akan selesai). Cerita mendekati kepada penyelesaian alur cerita selalu dimulai dengan kalimat ditu lantas.., masaut lantas., keto lantas (lalu,lalu..lalu). Akhir alur cerita sang pencerita menyebutkan asapunika caritane puput (cerita selesai) (Suastika, 2011: 15). Satua dalam konteks kumpulan satua yang digunakan dalam penelitian ini yakni tiga teks satua dari 24 teks satua dalam buku satuasatua Bali yang dikumpulkan oleh I Nengah Tinggen. Tokoh dalam teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah tokoh manusia dan binatang (yang diberi sifat seperti manusia) atau dikenal dengan istilah fabel. 2.2.2 Penokohan Penokohan berasal dari kata tokoh. Tokoh adalah pelaku-pelaku yang melahirkan peristiwa atau penyebab terjadinya peristiwa (Sudjiman,1988: 23). Menurut Nurgiyantoro (1995: 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Saad (dalam Sukada,1987: 64-65) menyatakan penokohan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu cara analitik, dramatik, dan gabungan. Perwatakan dan penokohan adalah dua hal yang berbeda namun saling berkaitan. Penokohan lebih mengacu pada gambaran fisik tokoh-tokoh dan juga penciptaan citra tokoh dalam suatu karya sastra sedangkan perwatakan lebih menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Menurut Egri (dalam Sukada, 1987: 135) menyatakan bahwa perwatakan memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Ketiga unsur tersebut membangun perwatakan dalam karya sastra. 11

2.2.3 Amanat Dalam kamus istilah sastra dinyatakan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengarnya lewat karyanya (Sudjiman, 1986: 5). Amanat merupakan bagian keseluruhan dialog dan pokok cerita. Sebuah karya sastra ada kalanya dapat memberikan suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit atau secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran peringatan, nasehat, anjuran, larangan dan sebagainya berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1986: 24). 2.3 Landasan Teori Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Pada tataran yang lebih luas, dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai kolerasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2004: 1). Penelitian ilmiah memerlukan suatu teori yang dipakai sebagai landasan ataupun dasar acuan untuk membahas permasalahan yang ada dan sebagai penunjuk jalan agar penelitian tidak kehilangan arah. Untuk itu teori yang digunakan adalah teori struktural. Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya. Setiap karya sastra baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Perlu dikemukakan unsur- 12

unsur pokok yang terkandung dalam tiga jenis karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Unsur-unsur prosa di antaranya tema, peristiwa, latar, penokohan, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur-unsur puisi di antaranya tema, gaya bahasa, daya bayang, irama, persajakan, fiksi, symbol, nada, dan enjabemen. Unsur-unsur drama, dalam hubungan ini drama teks, di antaranya tema, dialog, peristiwa, latar, penokohan, alur, dan gaya bahasa. Atas dasar hakikat otonom karya sastra seperti di atas, maka tidak ada aturan yang baku terhadap suatu kegiatan analisis. Artinya, unsur-unsur yang dibicarakan tergantung dari dominasi unsur-unsur karya di satu pihak dan tujuan analisis di pihak yang lain. Dalam analisis akan selalu terjadi tarik menarik antara struktur global, yaitu totalitas karya itu sendiri dengan unsur-unsur yang diadopsi ke wilayah penelitian (Ratna, 2004: 93-94). Menurut Endraswara (2008: 51-52), struktur adalah memandang karya sastra sebagai teks yang mandiri, penelitian dilakukan secara obyektif, yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Unsur-unsur itu tidak jauh berbeda dengan sebuah artefak (benda seni) yang bermakna. Artefak tersebut terdiri dari unsur dalam teks, seperti ide, plot (alur), latar, watak, tokoh, dan sebagainya yang jalin menjalin rapi. Jalinan antar unsur tersebut akan membentuk makna yang utuh pada sebuah teks. Analisis struktur bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135-136). Analisis struktur memang suatu langkah, suatu sarana, 13

atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu dengan sesempurna mungkin. Secara tegas dikatakan bahwa analisis struktur adalah mutlak dan tidak boleh dihindarkan (Teeuw, 1984: 154). Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 37). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, teori yang digunakan dalam mengkaji teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah teori struktur menurut Ratna, Endraswara, Teeuw dan Nurgiyantoro. Teori tersebut digunakan untuk saling melengkapi antara teori yang satu dengan teori yang lainnya agar nantinya dapat memperoleh hasil yang baik. Kajian mengenai struktur pada teks Satua Crukcuk Kuning, I Pucung, dan I Botol teken I Samong adalah mengenai struktur naratif yang terdiri dari insiden, alur, tokoh, latar, tema dan amanat. 14