BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

2 berkeinginan untuk membeli Properti maupun kendaraan bermotor. Langkah tersebut dilakukan bersamaan dengan pelonggaran Rasio Loan to Value atau Rasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Tingginya permintaan pada sektor property residensial di tahun 2010 juga diiringi dengan peningkatan penjualan pada sektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS),

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan

I. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

Bank Konvensional Syariah Roda 2 20% 20% Roda 3 atau lebih non produktif 25% 25% Roda 3 atau lebih produktif 20% 20%

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. properti residential (IHPR - berdasarkan survey Bank Indonesia). Peningkatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pendek maupun jangka panjang. 3 Investor yang rasional akan

BAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

SURVEI KREDIT PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. saat ini dimana pasar modal dapat menjadi cerminan aktivitas perekonomian. Pasar

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual saham

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

I. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan ekspansi perusahaan, pengembangan perusahaan, penambahan

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modal telah menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi ini berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset riil seperti tanah, emas, rumah dan aset lainnya atau pada aset finansial (deposito, saham, obligasi dan surat berharga lainnya). Salah satu cara investasi yang dapat dilakukan oleh para investor adalah dengan berinvestasi melalui pasar modal. Pada saat menentukan pilihan investasinya, investor tentu akan mempertimbangkan berbagai macam hal, diantaranya adalah tingkat pengembalian (return) serta risiko yang akan diterima. Saat ini pasar modal dapat menjadi salah satu tolok ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Pada umumnya investor akan tertarik untuk menanamkan modal yang dimilikinya pada negara yang memiliki kondisi pasar modal yang baik dan efisien. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010). Perkembangan pasar modal di Indonesia sendiri terlihat signifikan. Hal ini ditunjukkan dalam Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia tahun 2014 bahwa nilai kapitalisasi pasar dan jumlah emiten saham terus meningkat dalam empat tahun terakhir sebagaimana ditampilkan dalam tabel 1.1. sebagai berikut. 1

Tabel 1.1. Kapitalisasi Pasar dan Emiten Saham Bursa Efek Indonesia. Tahun Peru- Tahun 2010 2011 2012 2013 bahan 2014 Kapitalisasi pasar 3.247,10 3.537,29 4.126,99 4.219,02 23,92% 5.228,4 saham (Triliun Rp) Emiten Saham 420 440 459 483 4,76% 506 Sumber: Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia 2014 (data diolah, 2015) Industri properti dan real estate merupakan salah satu industri yang diunggulkan di pasar modal Indonesia. Menurut Laporan Tahunan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia tahun 2014, persentase nilai transaksi saham industri properti dan real estate adalah 13,8 persen dari seluruh nilai saham industri yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebesar 15,5 persen, industri ini masih merupakan industri yang menarik. Hal ini disebabkan antara lain oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi penduduk di Indonesia diprediksi sekitar 255 juta jiwa pada tahun 2015. Apabila jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan akan produk industri properti dan real estate juga meningkat. Hal ini disebabkan karena produk industri properti dan real estate berupa perumahan atau tempat pemukiman merupakan kebutuhan utama manusia. Pada awal tahun 2015, pertumbuhan industri properti dan real estate mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan Bank Indonesia pada triwulan pertama tahun 2015, pertumbuhan penjualan properti melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 40,07 persen menjadi 26,62 persen (qtq). Perlambatan pertumbuhan penjualan properti juga tercermin dari menurunnya angka pertumbuhan penyaluran kredit perbankan 2

kepada sektor properti. Pada triwulan pertama tahun 2015, total Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tercatat Rp317,8 triliun atau tumbuh 0,12 persen (qtq), lebih rendah dibandingkan 2,56 persen pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial mengalami pertumbuhan sebesar 1,44 persen (qtq) pada triwulan pertama tahun 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau 6,27 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan keempat tahun 2014 yang sebesar 1,54 persen (qtq) atau 6,29 persen (yoy). Kenaikan harga bahan bangunan, upah pekerja, dan bahan bakar minyak masih menjadi faktor penyebab kenaikan harga rumah. Sedangkan menurut perusahaan pengembang (developer) dalam Laporan Tahunan 2014 menurunnya kinerja perusahaan industri properti dan real estate disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebijakan pembatasan Loan to Value (LTV), pelemahan nilai tukar Rupiah, tingkat suku bunga yang tinggi serta kondisi makro ekonomi Indonesia yang kurang kondusif. Untuk mengatasi pertumbuhan kredit pada industri properti dan real estate yang semakin menurun tersebut di atas dan dalam rangka menjaga pertumbuhan perekonomian nasional maka Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap kebijakan makroprudensial dengan memberikan kelonggaran (relaksasi) dalam ketentuan perkreditan khususnya di sektor properti dan kendaraan bermotor. Bentuk relaksasi yang diberikan yaitu dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing To Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. 3

Relaksasi kebijakan ketentuan Loan to Value (LTV) atau Financing to Value (FTV) tersebut berupa penurunan uang muka (down payment) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Secara umum, pokok-pokok perubahan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai LTV atau FTV dan uang muka meliputi beberapa hal berikut. Pertama, perubahan besaran rasio LTV untuk Kredit Properti (KP) dan rasio FTV untuk Kredit Properti (KP) Syariah. Kedua, perubahan terhadap uang muka untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor (KKB dan KKB Syariah). Adapun perubahan besaran maksimal LTV untuk Kredit Properti (KP) dibandingkan dengan kebijakan LTV sebelumnya (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP tahun 2013) ditunjukkan pada tabel 1.2. sebagai berikut. Tabel 1.2. Perubahan LTV atau FTV Untuk Kredit Properti. Tipe Properti Fasilitas Kredit ke-1 Fasilitas Kredit ke-2 Fasilitas Kredit ke-3 Sebelum Perubahan Sebelum Perubahan Sebelum Perubahan Rumah Tapak Tipe >70 70% 80% 60% 70% 50% 60% Tipe 22-21 - - 70% 80% 60% 70% Tipe s.d. 21 - - - - - - Rumah Susun Tipe >70 70% 80% 60% 70% 50% 60% Tipe 22-21 80% 90% 70% 80% 60% 70% Tipe s.d. 21 - - 70% 80% 60% 70% Ruko/Rukan - - 70% 80% 60% 70% Sumber: PBI No. 17/10/PBI/2015 Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 ditujukan bagi perbankan. Meskipun demikian, informasi tentang relaksasi kebijakan LTV atau FTV tersebut juga akan memberikan dampak kepada beberapa industri lain, salah satunya adalah industri properti dan real estate. Hal ini disebabkan karena bagi 4

industri properti dan real estate perubahan kebijakan tersebut akan mempengaruhi unit penjualan produk industri properti dan real estate, khususnya berupa rumah dan apartemen sehingga mempengaruhi hasil kinerja perusahaan (profit). Meskipun perusahaan pada industri properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan pengembang (developer) dengan skala besar dan secara umum konsumen perusahaan tersebut adalah berasal dari kalangan menengah ke atas. Hal itu tidak berarti pola transaksi pembayaran konsumen tersebut selalu melalui pembayaran tunai ataupun tunai bertahap (angsuran). Metoda pembayaran konsumen kepada perusahaan properti dan real estate tetap melibatkan KPR. Fasilitas KPR menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Hasil Survei Harga Properti Residensial triwulan pertama tahun 2015 mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen (75,45%) masih memilih KPR sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti terutama pada rumah tipe kecil dan menengah. Data mengenai metoda pembayaran konsumen pada perusahaan industri properti dan real estate yaitu PT Ciputra Surya Tbk. dan PT Lippo Karawaci Tbk. dapat dilihat pada tabel 1.3. dan 1.4. sebagai berikut. Tabel 1.3. Persentase Konsumen Berdasarkan Metoda Pembayaran PT Ciputra Surya Tbk. Tahun 2014. No. Metoda Pembayaran Jumlah Konsumen (%) 2013 2014 1. Angsuran 45 52 2. Tunai 10 16 3. KPR 45 32 Sumber: Laporan Tahunan 2014 PT Ciputra Surya Tbk. 5

Tabel 1.4. Persentase Konsumen Berdasarkan Metoda Pembayaran PT Lippo Karawaci Tbk. Tahun 2014. No. Proyek Jumlah Konsumen (%) Tunai KPR Angsuran 1. Lippo Cikarang Hunian 35 31 34 2. Tanjung Bunga 10 32 58 3. Kemang Village 28 53 19 4. St Moritz 27 50 23 5. Holland Village 7 32 61 Sumber: Laporan Tahunan 2014 PT Lippo Karawaci Tbk. Oleh karena konsumen industri properti dan real estate tetap melibatkan KPR dalam metoda pembayaran mereka maka dapat dikatakan bahwa kebijakan Bank Indonesia tentang pelonggaran LTV atau FTV akan mempengaruhi perusahaanperusahaan yang berada pada industri properti dan real estate. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi peristiwa (event study) mengenai reaksi pasar saham industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 dengan judul REAKSI PASAR SAHAM INDUSTRI PROPERTI DAN REAL ESTATE TERHADAP PENETAPAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU FINANCING TO VALUE (PBI NO. 17/10/PBI/2015). 1.2. Rumusan Masalah Atas dasar penjelasan dan permasalahan di atas, penelitian ini akan menganalisis reaksi pasar saham industri properti dan real estate terhadap peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015. 6

1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah terdapat return tak normal positif pada saham perusahaan industri properti dan real estate di sekitar penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015? 2. Apakah terdapat perbedaan antara rata-rata return tak normal sebelum dan setelah penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji reaksi pasar saham industri properti dan real estate terhadap peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 pada aktivitas di bursa. 1.5. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat akademik. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berkaitan dengan kondisi pasar modal khususnya di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah daftar penelitian pada bidang studi peristiwa yang dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian dengan topik yang sama. 2. Manfaat untuk investor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih kepada investor dan memberikan informasi mengenai anomali pasar yang ada pada perdagangan saham berkaitan dengan dampak informasi ekonomi dan non-ekonomi pada 7

pasar modal. Sehingga investor dapat melakukan pengambilan keputusan berinvestasi dengan tepat. 1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini terdapat pada pergerakan harga saham perusahaan industri properti dan real estate yang terdaftar di BEI pada saat penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015. Sampel dipilih karena menurut peneliti merupakan industri yang relevan berkaitan dengan kebijakan Bank Indonesia tersebut. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang yang menjadi dasar dilakukannya penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori-teori dan penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian serta hipotesis yang ingin diuji statistik dalam penelitian ini. BAB III METODA PENELITIAN Bab ini berisikan populasi dan sampel, data penelitian, model empiris, definisi operasional, dan pengujian hipotesis. 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan deskripsi data, perhitungan return tak normal, uji normalitas, hasil pengujian dan pembahasan hipotesis1, hasil pengujian dan pembahasan hipotesis 2. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis berusaha menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Penulis juga memberikan saran yang dapat digunakan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya. 9