BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang, surat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

LAPORAN KEUANGAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 9 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Kepala Auditorat V.A

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah selesai. Dari hasil pemeriksaan BPK pada tahun sampai tahun 2014 ditemukan banyak penyimpangan-penyimpangan

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya membutuhkan peralatan dan sarana-sarana yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Rp ,00 yang merupakan hasil dari biaya-biaya yang

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH BPK RI.

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

BAB I PENDAHULUAN. otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

- 1 - BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SENSUS BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk kegiatan pemerintahan. Aset tetap tersebut merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 24 SERI E

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. Aset Lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 2 Undang Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. salah satu unsur keuangan Negara antara lain kekayaan Negara/kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, piutang, barang dan hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan kekayaan tersebut dengan maksud untuk digunakan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Untuk itu, perencanaan kebutuhaan akan kekayaan yang akan dimiliki atau digunakan perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. Berdasarkan rencana tersebut, Pemerintah Daerah kemudian mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan pengawasan mengenai apakah kekayaan yang direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan daerah. Jika barang tersebut dibutuhkan, maka pengadaannya harus diawasi dengan baik sehingga tidak terjadi manipulasi yang akan berdampak pada kerugian Negara/daerah. Pemerintah Daerah perlu menetapkan standar kekayaan yang harus dimiliki daerah agar dapat memenuhi cakupan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam pelaksanaannya baik dalam pemanfaatan maupun pengelolaan kekayaan, kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip value for money (ekonomis, efisiensi, efektifitas). Pengelola menyangkut juga pendistribusian, pengamanan dan perawatan. Pengamanan terhadap kekayaan daerah harus dilakukan secara memadai baik pengamanan fisik maupun sistem pengendalian internalnya.

Kekayaan sebagai salah satu komponen pokok yang termuat dalam laporan keuangan yang mempunyai arti penting demi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karena itu untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan di daerah, Pemerintah Daerah harus mampu mengelola potensi daerah secara produktif, efisien dan efektif. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu melakukan identifikasi dan iventarisasi nilai dan potensi kekayaan daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah secara akurat. Identifikasi dan inventarisasi kekayaan daerah tersebut penting untuk pembuatan neraca daerah yang akan dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat yang ingin mengetahuinya. Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah adalah aktiva tetap. Aktiva tetap biasanya memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun pemakaiannya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan. Penyusutan merupakan hal yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Semua aktiva tetap akan mengalami penurunan kemampuan dalam menghasilkan jasa-jasa, kecuali tanah karena tanah memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya dianggap sebagai suatu aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aktiva tetap sebagai Aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan menurut standar Akuntansi Pemerintahan, perlu memperhatikan beberapa hal yakni; (1) dasar penilaian

yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat, (2) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulai penyusutan dan perubahan nilai, mutasi aset tetap lainnya, (3) informasi penyusutan, meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau penyusutan yang digunakan, nilai tercatat bruto dan akumulasi pada awal dan akhir periode. Kelompok aktiva tetap menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Tanah, b) Peralatan dan mesin, c) Gedung dan bangunan d) Jalan, irigasi, dan jaringan, e) Aset tetap lainnya, dan f) Konstruksi dalam pengerjaan. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan menurut Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 antara lain terdiri dari beberapa pasal; (1) aset daerah berupa Aktiva Tetap selain tanah yang digunakan untuk operasional secara langsung oleh Pemerintahan Daerah didepresiasi dengan metode daris lurus berdasarkan umur ekonomisnya, (2) Pembukuan Aset Daerah, termasuk perhitungan nilai buku, depresiasi dan kapitalisasi, dilakukan oleh satuan kerja yang melaksanakan fungsi akuntansi Pemerintahan Daerah, (3) Aset Daerah yang dicuri atau hilang, rusak atau musnah, dapat dihapuskan dari pembukuan aset dan daftar inventaris aset daerah, (4) Penambahan atau pengurangan nilai aset daerah akibat perubahan status hukum dibukukan pada rekening Aset Daerah yang bersangkutan dan dicatat dalam Daftar Inventaris Barang Daerah. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan metode penyusutan aktiva tetap yang dapat dipergunakan antara lain: 1) metode garis lurus, 2) metode saldo menurun ganda, 3) metode unit produksi. Penyajian Aktiva Tetap dalam laporan keuangan memiliki peran yang penting. Walau begitu, dalam kenyataanya masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyajian. Salah

satu fakta yamg ditemui di lapangan yaitu Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pengelolaan Barang Milik Daerah pada bagian Umum dan Perlengkapan Sub Bagian Perlengkapan sebagai pembantu pengelola barang milik daerah diketahui bahwa pengelolaan Barang Milik Daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal. Sub Bagian Perlengkapan belum merekonsiliasi hasil penyusunan Laporan Barang Millik Daerah Tahun anggaran 2009 berdasarkan daftar aset dari masing-masing SKPD serta belum menyusun Laporan barang Semesteran Tahun Anggaran 2010 sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LKPD Tahun Anggaran 2009 yang tertuang dalam LHP BPK RI Nomor 10.b/LHP-LKPD/XIX.KUP/2010 tanggal 26 april 2010 yang menyebutkan bahwa Laporan Keuangan SKPD tidak didukung dengan Daftar Aset. Selain persoalan di atas, salah satu permasalahan Aset Tetap adalah pengelolaan aset tetap dimana selalu saja menjadi permasalahan yang rumit bagi pemerintah daerah. Kesalahankesalahan terkait penyajian dan pelaporan aset tetap selalu menjadi bagian dari alasan BPK RI tidak meyakini kewajaran angka yang tersaji dalam laporan keuangan. Bagi yang mencermati hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dari tahun ke tahun, maka sangat sedikit pemda di Indonesia yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Selalu saja permasalahan penyajian aset tetap menjadi penyebab opini yang diberikan BPK RI atas hanya sebatas Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Adapun aset-aset tetap yang tercermin dalam laporan keuangan pada LKPD kota kupang yang berasal dari SKPD-SKPD, salah satunya adalah Dinas PPO antara lain : Peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya (Angka material dibandingkan aset lainnya).

Pada penelitian ini di uraikan lebih jauh tentang penyusutan Gedung dan Bangunan dalam hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah Gedung Rumah Dinas, karena Gedung Rumah Dinas mempunyai nilai material. Selain itu juga, ditemukan tidak adanya penyusutan Aktiva Tetap pada Gedung Rumah Dinas pada Dinas PPO Kota Kupang. Berikut Datanya : Tabel 1.1 Aktiva Tetap Gedung Rumah Dinas Dinas pendidikan, Pemuda dan Olahhraga (PPO) Kota Kupang Harga Perolehan Uraian Tahun Pembuatan (RP) Gedung Rumah Dinas 1981 72.000.000 Gedung Rumah Dinas 1997 12.776.100 Gedung Rumah Dinas 1999 20.000.000 Gedung Rumah Dinas 2006 10.000.000 Gedung Rumah Dinas 2007 374.123.100 Gedung Rumah Dinas 2008 42.206.000 Gedung Rumah Dinas 2010 20.000.000 Sumber : Neraca Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, maka akan dihitung berapa penyusutan untuk Gedung Rumah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang. Akumulasi atau Penyusutan aktiva tetap dalam pemerintahan memiliki peran yang penting, karena dengan adanya penyusutan aktiva tetap bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan

pengamanan terhadap aktiva itu sendiri agar dana yang telah diinvestasikan kedalam aktiva tetap memperoleh manfaat yang maksimal sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya dalam suatu periode akuntansi. Selain itu, dengan menghitung penyusutan maka akan memungkinkan pemerintah untuk setiap tahun memperkirakan sisa manfaat suatu aset tetap yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam masa beberapa tahun ke depan,, memungkinkan pemerintah mendapat suatu informasi tentang keadaan potensi aset yang dimilikinya, Memberi informasi kepada pemerintah suatu pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan berbagai belanja pemeliharaan atau bahkan belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yangsudah dimiliki. Berdasarkan latar belakang diatas dan Data yang telah diuraikan maka penulis tertarik untuk membahas Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Gedung dan Bangunan Rumah Dinas Pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Perlakuan Akuntansi penyusutan Aktiva Tetap Gedung dan Bangunan Rumah Dinas pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang? C. Tujuan Penelitian Tujuan terhadap penelitian ini adalah untuk mengetahui Perlakukan Akuntansi penyusutan Aktiva Tetap terhadap Gedung dan Bangunan Rumah Dinas pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang. D. Kegunaan Penelitian a. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan dan bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga ( PPO ) Kota Kupang dalam pengelolaan aktiva tetap daerah yang dimiliki terutama perhitungan-perhitungan penyusutan aktiva tetap sehingga dapat diketahui jumlah aktiva tetap yang seharusnya disajikan dalam laporan neraca. b. Bagi Peneliti lainnya Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.