1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan biaya tinggi dan terutama untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Kabupaten Pesawaran adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.109,74 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 923.002 jiwa (BPS Provinsi Lampung 2011). Wilayah Kabupaten Pesawaran terletak antara 103º 48' - 105º 45' Bujur Timur dan 6º 45' - 3º 45' LS. Mengingat letak yang demikian ini daerah Kabupaten Pesawaran seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis (Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Lampung 2013). Penduduk Desa Lempasing sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan tradisional, dan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan sehari-hari. Hasil yang didapatkan juga sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alat tangkap yang digunakan sangat sederhana dan jenisnya beraneka ragam, seperti jaring insang, perangkap, sero, jaring lingkar, bubu, bagan dan pancing. Nelayan di Pantai Mutun Desa Lempasing mayoritas menggunakan alat tangkap jaring jenis insang hanyut, jaring insang hanyut merupakan alat tangkap yang sederhana namun mempunyai kontribusi yang besar dalam hal penangkapan ikan, alat tangkap jaring insang hanyut termasuk kedalam tiga besar alat tangkap yang produksi perikanan tangkap nya paling besar (Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Lampung 2013). Peranan sub sektor perikanan skala kecil atau tradisional cukup penting yaitu dengan kontribusinya terhadap produksi perikanan Indonesia cukup besar, tetapi kendala yang dihadapi pada usaha perikanan skala kecil masih cukup besar diantaranya adalah rendahnya produktivitas dari nelayan, teknologi, modal, manajemen dan keadaan sosial ekonomi sangat mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan yang diterima nelayan baik nelayan pemilik maupun nelayan buruh. 1
2 Disamping itu sistem bagi hasil juga sangat mempengaruhi terhadap tingkat pendapatan yang diterima nelayan terutama nelayan buruh, minimnya pendapatan nelayan jaring insang hanyut yang menggunakan kapal di bawah 5GT merupakan suatu permasalahan yang ada. Fenomena kesejahteraan nelayan yang rendah merupakan pemasalahan yang sering terjadi, terutama pada nelayan tradisional sehingga menghambat pembangunan subsektor perikanan khususnya perikanan tangkap. Rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan merupakan tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan perikanan antara lain meningkatkan kesejahteraan nelayan, petani ikan, dan masyarakat pesisir lainnya. Sehubungan dengan kondisi tersebut maka diperlukan adanya analisis pendapatan usaha tangkap nelayan jaring insang hanyut dan kesejahteraan di wilayah pesisir pantai Mutun Desa Lempasing Kabupaten Pesawaran serta faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tangkap nelayan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahanya sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat pendapatan nelayan jaring insang hanyut di Desa Lempasing. 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan jaring insang hanyut berdasarkan indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS). 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu antara lain : 1. Menganalisis tingkat pendapatan nelayan jaring insang hanyut di Desa Lempasing Kabupaten Pesawaran Lampung. 2. Menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan jaring insang hanyut di Desa Lempasing Kabupaten Pesawaran Lampung
3 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi karakteristik nelayan jaring insang hanyut dari tingkat pendapatan dan kesejahteraan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Pantai Mutun Desa Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung dan sebagai informasi penting bagi pemerintah daerah, khususnya instansi terkait didalam menangani permasalahan kesejahteraan masyarakat nelayan. 1.5 Pendekatan Masalah Kabupaten Pesawaran memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat melimpah khususnya perikanan tangkap. Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut, maka nelayan di Pantai Mutun melakukan penangkapan salah satunya dengan menggunakan jaring insang hanyut. Nelayan di Pantai Mutun menggunakan bermacam-macam alat tangkap seperti menggunakan jaring, pancing, bubu. Menurut data statistik perikanan tangkap nelayan jaring insang hanyut menghasilkan tangkapan yang cukup efektif dibandingkan alat tangkap lainnya. Pendapatan nelayan dari alat tangkap ini cukup signifikan yaitu 20.972.24 ton sampai 28.312.38 ton per tahun (Dinas Kelautan Perikanan Pesawaran 2013). Nelayan merupakan matapencaharian pilihan masyarakat pesisir dan sumber yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya. Nelayan terbagi menjadi dua kelompok yaitu buruh nelayan dan nelayan juragan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain (Subri 2005). Berdasarkan data produksi nelayan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa hasil tangkapan yang diperoleh dari tahun ketahun bersifat fluktuatif, keadaan ini menyebabkan ketidakpastian jumlah pendapatan nelayan. Dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai sosial ekonomi dan pendapatan masyarakat nelayan menurut trip penangkapan sesuai bobot kapal dan alat tangkap menurut musim, baik musim biasa, musim pucak, maupun musim panceklik, diharapkan dapat diperhitungkan jumlah pendapatan total nelayan bersumber pada tangkapan ikan.
4 Berdasarkan data produksi PPI Lempasing tahun 2008-2013, dapat dilihat apakah pendapatan nelayan jaring insang hanyut dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat nelayan dan 11 indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS yaitu : pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukan anak kejenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas trasnportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari gangguan kejahatan, kemudahan dalam melakukan olahraga digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan jaring insang hanyut. Secara garis besar pendekatan masalah tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
5 Kegiatan Penangkapan Nelayan Nelayan Kapal Motor Nelayan Motor Tempel Pendapatan Pengeluaran Pendapatan Pengeluaran 11 Indikator Kesejahteraan Menurut BPS 1. Pendapatan 2. Pengeluaran 3. Keadaan Tempat Tinggal 4. Fasilitas Tempat Tinggal 5. Kesehatan Anggota Rumah Tangga 6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan 7. Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 8. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 9. Kehidupan Beragama 10. Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan 11. Kemudahan dalam Melakukan Olahraga Tingkat Kesejahteraan Nelayan Gambar 1. Alur Pendekatan Masalah