TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3/30/2010 Rustaman file 1

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

ESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014

TAKSONOMI PEMBELAJARAN

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

Berikut diperlihatkan jenis-jenis pengetahuan yang terangkum dalam aras kemahiran tersebut:

TAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

Aplikasi Pengetahuan

BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

Prinsip dalam Pembelajaran

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

BAB I PENDAHULUAN. terutama tentang struktur materi, komposisi materi, sifat dan perubahan materi serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. oleh dirinya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ada. Oleh karena. dengan tingkat pengetahuan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

WALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN

Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

REVISI TAKSONOMI PEMBELAJARAN BENYAMIN S. BLOOM

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM

Dwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Taksonomi Tujuan Pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

Transkripsi:

TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM 110210302062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2013 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Strategi Belajar Mengajar dengan judul Taksonomi Bloom. Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya pada tujuan tersebut. Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Orang tua saya yang telah memberikan doa dan bantuan finansial guna menyelesaikan makalah ini. 2. Ibu Nurul Umamah selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. 3. Teman-teman yang sudah memberi motivasi dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Jember, 25 Oktober 2013 Penulis 2

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci. Taksonomi dalam pendidikan dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan di bagi menjadi tiga yaitu: 1) Ranah Kognitif, yang meliputi aspek- aspek kognitif pada diri seseorang seperti cara berfikir, pengetahuan, pemahaman, 2) Ranah Afektif, yang meliputi aspek- aspek perasaan dan emosi seperti bakat, minat, sikap, 3) Ranah Psikomotorik, yang meliputi aspek- aspek psikomotor seperti olahraga, menggambar. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya. 3

Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar. 2. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah : 1. Apakah yang dimaksud Taksonomi Tujuan Pendidikan? 2. Bagaimanakah tingkatan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah direvisi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui Taksonomi Tujuan Pendidikan. 2. Untuk mengatahui tingkatan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah direvisi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini diantaranya adalah : 1. Sebagai bahan bacaan dalam rangka menambah pengetahuan khususnya mengenai Taksonomi Tujuan Pendidikan. 2. Sebagai bahan bacaan dalam rangka menambah pengetahuan tentang Taksonomi Bloom dan revisinya. 4

BAB 2.PEMBAHASAN 2.1 Taksonomi Tujuan Pendidikan Proses pembelajaran di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak. Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor. Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom s Taxonomy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu: 1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); 2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan 3. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), 5

membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. 2.2 Taksonomi Bloom Dan Hasil Revisinya 2.2.1 Taksonomi Bloom Sebelum Direvisi Benjamin Bloom (February 21, 1913 - September 13, 1999) adalah seorang ahli psikologi pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yaitu mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (classification of educational objectives) dan teori belajar tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom membangun taksonomi tujuan pembelajaran atau "taxonomy of educational objectives" yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbedabeda. Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu: 1. Prinsip metodologis Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar. 2. Prinsip Psikologis Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang. 3. Prinsip Logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten. 4. Prinsip Tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilainilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. 6

Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh: mengingat fakta lebih mudah daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dalam proses belajar mengajar. Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain. Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaanya di sekolah menengah dan Universitas (Bloom 1956). Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain (1966). Namun sebenarnya pemisahan antara ketiga domain ini merupakan pemisahan yang dibuat-buat, karena manusia merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga egala tindakannya merupakan suatu kebulatan. Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D.Engelhart, E.Furst, W.H. Hill dan D.R Krathwol, yang kemudian didukng pula oleh Ralp Wtyler. Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingktan : 1. kategori tingka laku yang masih verbal 2. perluasan kategori menjadi sederhana 3. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (task) dalam pertanyaanpertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal. Ada tiga ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu : 1. Ranah Kognitif (Cognitif Domain) 2. Ranah Afektif ( Afektive domain) 3. Ranah Psikomotor (Psychomotor domain) 7

Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge) Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tesebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, pasal dalam undang-undang, nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, isyilah-istilah tersbut memang perlu dihafal dan diningat agar dapat dikuasai sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional sebagai berikut: menyebutkan, menunujukkan, mengenal, mengingat kembali, menyebutkan definisi, memilih dan menyatakan. b. Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. 8

c. Apikasi (application) Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumusrumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. d. Analisis (analysis) Dalam analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. e. Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan suatu proses yang meminta siswa agar bias menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom.evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide,atau kemampuan mengambil keputusan. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. 1. Pandangan atau pendapat (opinion) Apabila mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan, atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. 2. Sikap atau Nilai (attitude, value) Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai responnya yang melibakan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta 9

dia untuk mempertahankan pendapatnya. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or value complex. Ranah Psikomotor Perkataan Psikomotor berhubungan dengan kata motor, sensory motor atau perceptual-motor. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Contoh : seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat, seberapa terampil siswa menggunakan alat-alat. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. a. Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. b. Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. c. Respon Terpimpin (Guided Response) Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. 10

d. Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. f. Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. g. Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Sasaran psikomotor digolongkan sebagai : 1. Kemampuan otot lurik Sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya melakukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu (misalnya waktu, berat, dan jarak) 2. Kemampuan melakukan keterampilan khusus Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa untuk memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu. Taksonomi Bloom Sesudah Direvisi Taksonomi Bloom mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. 11

Lorin Anderson dan Krathwohl merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: 1) dimensi proses kognitif, 2) dimensi pengetahuan. Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut. 1. Dimensi proses kognitif Mengingat (C1) Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengethuan faktual, konseptual, prosededural, atau meta kognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan beberapa ini. Untuk mengakses pembelajaran siswa dalam katagori proses kognitif yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali tau mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan. Guru dapat mengubah kondisinya. Pengetahuan mengingat penting sebgai 12

bekal untuk belajar yang bermakna dalam menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut di pake dalam tugas-tugas-tugas yang lebih konpleks. a. Mengenali Proses mengenali adlah mengambil pengetahuan yang dibutuh dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. b. Mengingat Kembali Proses mengingat kembali adalah mengeambil penegtahuan yang di butuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Soalnya sering berupa pertanyaan. Memahami (C2) Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah memahami. Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan bpembelajaran baik berupa lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pelajaran buku atau layar komputer. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif dalam proses memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Mengaplikasikan (C3) Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedurprosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Dalam mengimplementasikan, memahami pengetahuan konseptual merupakan prasyarat untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan prosedural. 13

Menganalisis (C4) Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagianbagiankecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentuan tujuan dibalik informasi itu (mengatribusikan). Kategorikategori proses memahami, menganalisis, dan mengevaluasi saling terkaitan dan kerap kali digunakan untuk melakukan tugas-tugas kognitif. Mengevaluasi (C5) Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kreteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal), dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal). Perlu diingat bahwa tidak semua keputusan bersifat evaluatif. Misalnya, siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai dengan suatu kategori. Mencipta (C6) Mencipta melbatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Meskipun 14

mengharuskan berfikir secara kreatif, mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar. Tabel 1. Perbandingan taksonomi bloom dan revisinya. Taksonomi bloom Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisa Sintesa Evaluasi Taksonomi bloom hasil revisi Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta Dari tabel di atas maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja. 2. Tingkatan terendah (C1) Pemahaman diganti dengan Mengingat. 3. Tingkatan C5 Sintesis dan dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang berkedudukan pada tingkatan C5. 4. Tingkatan C6 digantikan menjadi Mencipta. 15

2. Dimensi pengetahuan Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada revisi Taksonomi Bloom meliputi: a. Pengetahuan faktual Peserta didik harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara memecahkan masalah di dalamnya. b. Pengetahuan konseptual Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. c. Pengetahuan prosedural Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural kerap kali beupa rangkaian langkah yang harus diikuti. Pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan metode yg semuanya disebut sebagai prosedur. d. Pengetahuan metakognitif Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yg dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yg memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas strategi, dan pengetahuan diri. 16

BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Taksonomi Bloom dikembangkan untuk tujuan pendidikan, disusun secara hirarki dengan maksud untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan domain, yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut cipta, ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau rasa ), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa). Pada tahun 1990 seorang murid Bloom, Lorin Anderson merevisi taksonomi ini dengan maksud untuk menyempurnakannya sehingga sesuai dengan keadaan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Dalam revisi ini, Anderson tetap mempertahankan klasifikasi hirarkis ranah kognitif dalam enam tingkatan yang telah dibuat Bloom sebelumnya sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Misalnya dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Selain itu, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi seorang guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya soal-soal tersebut dapat meliputi seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang termudah yaitu tingkat terendah dari ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif tertinggi (C6), meski karyanya tidak dalam bentuk benda, namun dalam bentuk hipotesis (dugaan) atau rancangan sementara. Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui ranah kognitif mana yang telah dicapai oleh para siswanya dan dapat menyusun suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa yang masih mencapai tingkat rendah untuk ranah kognitifnya. 17

3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini, disadari ataupun tidak masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyempurnaan penulisan makalah ini, oleh karenan itu perlu kiranya pembaca memperdalam lagi kajian mengenai topik yang dibahas khususnya menyangkut detailnya pokok bahasan kajian. Sehingga diharapkan pembaca dapat menghubungkan serta membandingkan makalah ini dengan literatur yang relevan guna memperoleh informasi atau pengetahuan yang sempurna. Kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengacu pada makalah ini, dan dimohon kritik dan saran didalam makalah ini. 18

LAMPIRAN 19

20

DAFTAR PUSTAKA The Taxonomy of Educational Objectives, The classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain, Benjamiin S. Bloom (Ed.), Max D. Englehart, Edward J. Furst, Walker H. Hill, dan David R. Krathwohl, diterbitakn oleh David McKayCompany, Inc., New York. 1956. Judul asli: Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A revision of Bloom s Taxonomy of educational Objectives. A Bridged Edition. Addison Wesley Longman, Inc.2001 Arikunto, Suharsimi. 2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi AksaraPrihantoro, Agung. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka Pengajar. Naturesecrets, 2012. Analisis-kritis-ranah-kognitif. http://naturesecrets.wordpress.com/2012/04/07/analisis-kritis-ranah-kognitiftaksonomi-bloom-6/ [serial on line] (24 Oktober-21:03) 21