BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN PPSP STRATEGI SANITASI KOTA. III.1. Aspek Non Teknis

Rancangan RPJMD Kabupaten Belitung Timur Tahun

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Perkembangan Teori Kepemimpinan Ciri-ciri kepemimpinan Definis gaya Kepemimpinan... 22

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. agar memilki sikap dan perilaku yang berintikan pengabdian, kejujuran, tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Terbuka Hijau ( RTH ) publik. Kota-kota besar pada umumnya memiliki ruang

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Sektor 9. Jl. Jend. Sudirman Blok B9/1-05. Tangerang Selatan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan hasil penelitian, pada

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB V PENUTUP. terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KULIAH KERJA NYATA (KKN) APA MENGAPA BAGAIMANA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. penarikan kesimpulan dari keseluruhan paparan mengenai gambaran umum, mengenai collaborative governance pada PTPAS.

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

Kabupaten Bogor, orang diantaranya peserta didik Pendidikan kewirausahaan masyarakat yang didalamnya termasuk program Kursus

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil (Ndraha, 2005). Lusa

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENUJU TEBO SEJAHTERA (MTS): AMAN, HARMONIS DAN MERATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKA N KANTOR KECAMATAN BELANTIKAN RAYA

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Definisi Perubahan Iklim. Adaptasi perubahan iklim. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

IV. PROGRAM STUDI: PELATIHAN OLAHRAGA PARIWISATA (POPARI) A. Identitas Jurusan/Program Studi 1. Nama Program Studi : Pelatihan Olahraga Pariwisata

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

FASILITASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN KOTA LAYAK ANAK (KLA) DI KOTA MALANG - TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

Latar Belakang Inovator Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka menjaga kelangsungan

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

WWF Indonesia. Distinct Job Manual

INDONESIA NEW URBAN ACTION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAGIAN I. PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN STAKEHOLDERS

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan bentuk penghormatan atas demokrasi di suatu negara, yang nampak dari

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

Rencana Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuasin 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi. Namun pada pelaksanaan pembangunan tidak jarang keberadaan RTH tergusur dengan bangunan-bangunan, jalan dan jembatan serta perkerasan lainnya. Ruang terbuka hijau memiliki peran penting bagi perkotaan. Hal ini menuntut adanya pengelolaan RTH agar dapat memenuhi kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan sebuah kota. Disamping itu, upaya pengelolaan ini melindungi eksistensi RTH. Kota Surabaya muncul sebagai kota metropolitan yang mendapat penghargaan terkait pengelolaan ruang terbuka hijau. Teori yang sudah ada tersebut belum dapat menggambarkan hal-hal empiris yang terjadi di Kota Surabaya. Oleh karena itu, manajemen ruang terbuka hijau studi kasus Kota Surabaya dapat memperkaya teori pengelolaan RTH dan dapat menjadi pembelajaran bagi kota-kota lain dalam konteks kebijakan manajemen RTH. Kebijakan merupakan semua tindakan pemerintah dalam hal ini terkait dengan upaya pengelolaan RTH. Kebijakan manajemen RTH perkotaan dideskripsikan melalui ketersediaan dokumen kebijakan, proses penerapan, serta peran pihak-pihak yang terkait. Teori manajemen secara umum mensyaratkan adanya rangkaian proses yang terdiri dari planning, organizing, actuacting dan controlling. Keempat tahapan ini digunakan untuk mendeskripsikan proses penerapan kebijakan manajemen RTH, sedangkan dalam pihak yang terkait dengan kebijakan manajemen RTH oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah masyarakat, swasta dan media. Dokumen kebijakan meliputi ketersediaan dokumen rencana sebagai acuan yaitu rencana pembangunan daerah, rencana tata ruang dan peraturan daerah seperti perda pengelolaan RTH, IMB dan sebagainya. Proses penerapan kebijakan manajemen ruang terbuka hijau di Kota Surabaya dilihat dari empat rangkaian tahapan. Pertama, tahap perencanaan yang meliputi konsistensi! 162

pemerintah terhadap kebijakan yang sudah ada serta improvisasi pada pelakasanaan manajemen RTH. Kondisi ketersediaan dokumen rencana yang belum spesifik mengatur RTH tidak membuat Pemkot Surabaya statis. Meskipun tanpa dokumen rencana seperti masterplan RTH, manajemen dilakukan dengan tindakan-tindakan yang inovatif sejauh tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku. Pada tahap pengorganisasian meliputi kordinasi lintas SKPD (Satuan Kerja Perangkat Dinas), kemitraan dengan pihak swasta dan adanya dukungan dari media massa. Kemudian pada pelaksanaanya terdapat program-program yang menstimulasi keterlibatan masyarakat, adanya fasilitator lingkungan tingkat kelurahan dan kader lingkungan, keaktifan dinas terkait dalam penanaman vegetasi rutin pada RTH public dan pemeliharaannya serta adanya kerja bakti rutin yang dilakukan oleh pemerintah, LSM dan pelajar. Tahap selanjutnya yaitu pengendalian pemkot Surabaya melakukan pengawasan keamanan, pengawasan kebersihan dan adanya pengawasan melalui media yang merupakan cara control langsung oleh masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Peran pihak-pihak yang terkait kebijakan manajemen ruang terbuka hijau di Kota Surabaya berjalan saling terintegrasi. Pemerintah menjalankan tugasnya dari tahap perencanaan hingga pengendalian. Kemudian masyarakat aktif dalam pelaksanaan yaitu penyediaan dan pemeliharan serta aktif dalam mengontrol kinerja pemerintah. Pihak swasta di Kota Surabaya menyadari tanggung jawabnya terhadap kualitas lingkungan kota. Dengan misi meningkatkan reputasi perusahaan, swasta turut andil dalam program-program pemerintah terkait pengelolaan ruang terbuka hijau. Berdasarkan deskripsi kebijakan manajemen ruang terbuka hijau studi kasus Pemerintah Kota Surabaya, dapat diindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan manajemen tersebut. Hasil identifikasi penelitian ini terdapat 4 empat faktor yaitu networking, strong leadership, community empowerment dan awareness and willingness. Keempat faktor ini yang membuat proses manajemen ruang terbuka hijau dapat optimal outputnya. Hasil temuan ini memberikan kontribusi teoritik bahwa pengelolaan ruang terbuka hijau tidak hanya terkait bagaimana pengadaan dan pemeliharaannya saja! 163

maupun ketersediaan kebijakan, kelembagaan dan pembiayaan. Kebijakan yang ada membutuhkan ketaatan dalam implementasinya, kemudian pengadaan dan pemeliharaan juga perlu dilanjutkan dengan pengawasan untuk menjaga eksitensi RTH. Disamping itu untuk mencapai target kuantitas dan kualitas RTH diperlukan integrasi antar pelaku manajemen. Selain itu, untuk melakukan manajemen ruang terbuka hijau yang optimal diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki sebuah kota yaitu networking, strong leadership, community empowerment dan awareness and willingness. Keterbukaan semua pihak yang terkait manajemen RTH di Kota Surabaya baik pemerintah, masyarakat maupun swasta untuk menjalin kerjasama (networking) memperlancar berbagai kegiatan terkait upaya pengelolaan RTH. Pemerintah Kota Surabaya memiliki komitmen (political willingness) untuk menyelenggarakan pemerintahan yang dapat mewakili kepentingan masyarakat. Kondisi tersebut membawa Pemkot untuk berusaha konsisten terhadap berbagai kebijakan dan melaksanakan pembangunan sesuai rencana yang belaku. Faktor kekuatan leadership inilah yang juga mempengaruhi manajemen ruang terbuka di Kota Surabaya. Dalam pelaksanannya diperlukan juga keterlibatan masyarakat secara aktif sehingga Pemkot Surabaya berusaha memberdayakan potensi masyarakatnya untuk menata lingkungannya sendiri. Usaha pemberdayaan tersebut dilakukan dengan stimulasi program lomba serta melalui fasilitator lingkungan dan kader lingkungan (community empowerment). Di balik berbagai upaya pengelolaan RTH di Kota Surabaya, terdapat faktor berupa rasa awareness and willingness dari setiap pelaku manajemen. Pemerintah, masyarakat dan swasta di Kota Surabaya memiliki rasa kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan kota. Adanya rasa kesadaran tersebut membawa mereka untuk rela bertanggungjawab terhadap keberlanjutan lingkungan melalui ketersediaan ruang terbuka hijau, sehingga dengan mudahnya mereka bersedia terlibat dalam upaya manajemen ruang terbuka hijau. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen ruang terbuka hijau diperlukan keterbukaan antar pelaku manajemen untuk saling! 164

bekerjasama. Bagi pemerintah kota dalam hal ini yang menjadi leader perlu memiliki komitmen yang kuat dalam usaha pengelolaan RTH mulai dari perencanaan hingga pengendalian. Meskipun tanpa dokumen rencana yang spesifik, melalui kepemimpinan yang kokoh dapat menggerakan semua lapisan masyarakat agar ikut berperan dalam usaha bersama memanajemen ruang terbuka hijau. Kemudian diperlukan rasa sadar akan lingkungan yang kemudian akan menumbuhkan kerelaan untuk bertindak dalam menjaga lingkungannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, faktor awareness and willingness perlu dimiliki semua pelaku manajemen baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta. VI.2 Saran Bagi Pemerintah Kota Surabaya perlu adanya pemikiran terkait keberlanjutan kebijakan manajemen yang saat ini sudah berjalan. Perlu dipersiapkan terkait pergantian tokoh pemimpin yang bisa saja mengakibatkan perubahan kebijakan. Bagi para pemangku kepentingan di kota-kota lain, hasil dari temuan penelitian ini dapat dicermati sebagai masukan dalam manajemen ruang terbuka hijau. Terutama keempat faktor yang muncul dari Kota Surabaya. Faktor tersebut dapat menjadi refleksi pemerintah, masyarakat dan swasta dalam hal kepedulian lingkungan melalui pengelolaan ruang terbuka hijau. Mengingat semakin banyaknya isu dan permasalahan terkait penurunan kualitas lingkungan sedangkan ruang terbuka hijau memiliki manfaat yang besar secara ekologis, estetika, social budaya dan ekonomi. Oleh karena itu masih perlu adanya perhatian pada pengelolaan RTH melalui penelitian. Hasil penelitian dapat membantu pemerintah daerah sebagai acuan dalam pengelolaan RTH di wilayahnya. Terkait penelitian Kebijakan Manajemen Ruang Terbuka Studi Kasus Pemerintah Kota Surabaya ini mengharap adanya penelitian selanjutnya yang dapat menguji hasil temuan penelitian ini. Pengujian dilakukan pada kota-kota lain seperti Kota Yogyakarta yang juga sedang memperjuangkan penghijauan! 165

kota. Apabila hasil pengujian tersebut relevan, maka temuan ini dapat dijadikan acuan bagi daerah-daerah lainnya untuk mengelola ruang terbuka hijau kotanya agar optimal baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, penelitian ini juga merekomendasikan adanya penelitian lanjutan terkait manajemen ruang terbuka hijau yang spesifik berdasarkan klasifikasinya. Misalnya manajemen ruang terbuka hijau di kampung yang dikelola oleh masyarakat dibandingkan ruang terbuka hijau di kota yang dikelola oleh Pemerintah Kota. Penelitian lanjutan tersebut dapat melengkapi penelitian ini karena penelitian ini membahas RTH secara menyeluruh tidak berdasarkan klasifikasinya.! 166