BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penagihan Pajak. a. Pengertian Penagihan Pajak b. Sifat Utang Pajak c. Tatacara Penagihan Pajak (siklus) d. Pencairan Tunggakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

UU 19/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PAJAK DAERAH

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Pengertian Penagihan Pajak

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber pendapatan kas negara yang digunakan untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian, Unsur, dan Fungsi Pajak. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc

BUPATI LIMA PULUH KOTA PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN PAJAK DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

*9846 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 19 TAHUN 1997 (19/1997) TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 9 SERI E

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. menuliskan pendapat Rochmat Sumitro mengenai pengertian pajak, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2006

NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BUPATI INDRAGIRI HULU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB III PROSES DAN EFEKTIVITAS TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

PP 4/1998, TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Presiden Republik Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN DATA 3.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3.2 Penagihan Pajak 3.2.1 Dasar Hukum 1. Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketetuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3.2.2 Definisi Penagihan Berdasarkan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan

menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. 3.2.3 Bentuk Penagihan Pajak 1. Penagihan Pasif Penagihan pajak yg dilakukan dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan pajak terutang lebih besar. Dalam penagihan pasif, fiskus hanya memberitahukan Wajib Pajak mengenai adanya utang pajak. Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan Surat Tagihan Pajak atau surat lain yang sejenis wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya maka fiskus akan melakukan penagihan aktif. 2. Penagihan aktif Dalam penagihan aktif, fiskus berperan aktif sampai dengan tindakan sita dan lelang. Adapun tahap penagihan aktif adalah sebagai berikut: Surat Teguran. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.

Surat Paksa. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Pelaksanaan Lelang. 3.2.4 Surat Tagihan Pajak Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Yang menerbitkan STP adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajaknya. 3.2.5 Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak adalah surat keterangan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Surat Ketetapan Pajak ditebitkan apabila dalam pemeriksaan masih terdapat kesalahan dalam menghitung dan melaporkan SPT, sehingga masih terdapat Pajak yang tidakatau kurang dibayar, dan pajak yang kurang atau tidak dipotong atau dipungut.

3.2.5 Surat Teguran Surat Teguran diterbitkan apabila Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya sebulan setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak. Surat Teguran dimaksudkan untuk menegur Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Penerbitan Surat Teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak. 3.2.6 Penagihan Seketika dan Sekaligus Dasar Hukum : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketetuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 tanggal 13 April 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.

Penagihan Seketika dan Sekaligus dilakukan apabila : 1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu. 2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia. 3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha, menggabungkan atau memekarkan usaha, memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya. 4. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara. 5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. 3.2.7 Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak. Surat Paksa disampaikan kepada Penanggung Pajak 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan.

Surat Paksa diterbitkan apabila : 1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, 2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, atau 3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak dan dituangkan dalam Berita Acara. Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada: 1. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan, 2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai,

3. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi, atau 4. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi. Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada : 1. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan, atau 2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam angkat 1 di atas. Wajib Pajak Pailit : Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator.

Keadaan Khusus : Apabila surat paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib pajak orang pribadi atau badan, Surat paksa dapat disampaikan melalui aparat Pemda sekurang-kurangnya Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan tempat Penanggung Pajak bertempat tinggal atau melakukan usaha. Apabila tempat tinggal atau tempat kedudukan Penanggung Pajak tidak diketahui, pemberitahuan Surat Paksa dapat dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman KPP yang menerbitkannya atau mengumumkan melalui Surat Kabar. Penanggung Pajak Diluar Wilayah Kerja Pejabat : Pejabat yang berwenang meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa. Pejabat yang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam (ketentuan umum) wajib membantu dan memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada Pejabat yang meminta bantuan disertai dengan salinan Fotocopy Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

3.3 Penyitaan Pajak 3.3.1 Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-564/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat yang Menerbitkan Surat Paksa 5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-645/PJ./2001 tanggal 4 Oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, Kartu, Formulir, Surat, dan Buku yang Digunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d KEP-474/PJ/2002 3.3.2 Definisi Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penyitaan adalah tindakan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak,

guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundangundangan. 3.3.3 Tujuan Penyitaan Tujuan dilakukannya Penyitaan adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Penyitaan dapat dilakukan baik terhadap barang bergerak (mobil, uang tunai, tabungan, deposuto berjangka, atau bentuk lainya yang dapat disamakan) maupun barang tidak bergerak (tanah, bangunan). Akibat dari penyitaan adalah beralihnya hak kepemilikan atas barang Penanggung Pajak kepada Negara, sehingga selama dalam masa penyitaan hakhak kepemilikan barang Penanggung Pajak menjadi hilang. Melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak. 3.3.4 Jurusita Pajak Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Tugas dan Wewenang Jurusita Pajak antara lain : Tugas Jurusita Pajak : 1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, 2. Memberitahukan Surat Paksa, 3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penangung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan 4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak dan harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak. Wewenang Jurusita Pajak : 1. Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan, di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. 2. Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertanahan

Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. 3.3.5 Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh Pejabat penerbit Surat Paksa. Adapun ketentuan umumnya antara lain : 1. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak. 2. Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. 3. Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. 4. Dalam hal Penanggung Pajak adalah Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan.

5. Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan dengan syarat salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat. 6. Dalam hal penyitaan dilaksanakan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita Pajak dan saksisaksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita harus memuat alasan ketidak hadiran Penanggung Pajak. 7. Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap mempunyai kekuatan mengikat, meskipun Penanggung Pajak menolak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita. 8. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita berada, dan di tempattempat umum. 9. Atas barang yang disita dapat ditempel atau diberi segel sita. 10 Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi penagihan pajak dan utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

3.3.6 Objek Pajak Penyitaan Objek Pajak Penyitaan adalah barang yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dimiliki oleh Penanggung Pajak baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau dijadikan jaminan sebagai pelunasan utang. 3.3.7 Barang-barang Yang Termasuk Dan Yang Tidak Termasuk Penyitaan Barang-Barang Yang Termasuk Penyitaan a. Barang Bergerak sebagai berikut : Kendaraan (mobil, sepeda motor dan sebagainya) Uang tunai Barang-barang perhiasan (kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan batu permata lainnya) Barang-barang mewah (TV, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagainya) Surat Berharga (obligasi, saham, deposito berjangka, saldo rekening koran, giro,atau lainnya yang dipersamakan dengan itu, atau surat berharga lainnya, piutang, penyertaan modal pada perusahaan lain) Kendaraan (mobil, sepeda motor dan sebagainya)

b. Barang Tidak Bergerak Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. Dalam golongan barang tidak bergerak yang boleh disita adalah sebagai berikut : Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan atau dikontrakan kepada orang lain. Kebun, sawah baik yang ditempati atau yang dikerjakan sendiri maupun yang disewakan ataupun dikerjakan Kapal dengan isi kotor tertentu Yang berada pada tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain, termasuk penguasaan pada pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan Barang-Barang Yang Tidak Termasuk Penyitaan : Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.

Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp.20.000.000 Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Perubahan besarnya nilai peralatan ditetapkan oleh Menteri dan penambahan jenis barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan diatur dengan Peraturan Pemerintah 3.3.8 Pencabutan Sita Pencabutan Sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak dengan tidak menggunakan harta kekayaannya yang disita berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak dan instansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada penanggung pajak.

Pelaksanaan pencabutan sita dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pencabutan Sita terhadap deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro dan lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada penanggung pajak dan tebusannya disampaikan kepada bank yang bersangkutan. 2. Pencabutan Sita terhadap surat berupa obligasi saham, atau sejenisnya, baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada penanggung pajak dan kepada pihak yang terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut. 3. Pencabutan Sita terhadap piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang. 4. Pencabutan Sita terhadap penyertaan modal pada peusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait serta membuat Akta Pembatalan Pengalihan hak.

3.3.9 Biaya Penyitaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pasal 16 angka 1, bahwa besarnya biaya Penagihan Pajak adalah Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Pemberitahuan Surat Paksa dan Rp.100.000,00 (seratus ribu Rupiah) untuk setiap pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Besarnya tambahan biaya penagihan pajak yang dibayar oleh Penanggung Pajak dalam hal barang yang telah disita dijual adalah sebagai berikut: a. Secara lelang, 1% (satu persen) dari pokok lelang. b. Tidak secara lelang, 1% (satu persen) dari hasil penjualan. Biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Tata cara pengelolaan dan penggunaan biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.4 Lelang 3.4.4 Definisi lelang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000, Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan minat atau calon pembeli.

Apabila utang pajak lunas dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang. Barang yang disita digunakan untuk membayar biaya penagihan pajak dan utang pajak dengan cara : 1. Uang tanai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah 2. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dipindah bukukan ke rekening Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan. 3. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek atas permintaan Pejabat. 4. Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh pejabat. 5. Piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang Pengalihan Hak Menagih dari Penanggung Pajak kepada Pejabat 6. Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan Pengalihan Hak Menjual dari Penanggung pajak kepada Pejabat 3.4.5 Pengumuman Lelang Setiap penjualan secara lelang harus didahului dengan pengumuman lelang (pasal 26 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14(empat belas) hari setelah penyitaan. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dua) kali. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak harus diumumkan melalui media masa. Sebelum pengumuman lelang dimuat di media massa, pejabat menulis surat kepada Kepala Kantor Lelang setempat untuk minta jadwal waktu dan tempat pelelangan diadakan. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita dan sekaligus pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang, dan menandatangani asli Risalah Lelang. 3.4.6 Larangan Terhadap Pejabat Dan Jurusita Pajak Pada Saat Pelelangan Pejabat dan Jurusita Pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan tersebut berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat Pejabat dan Jurusita Pajak yang melanggar ketentuan tersebut, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4.7 Syarat Lelang Syarat-syarat Lelang antara lain : 1. Lelang dilakukan di muka umum 2. Lelang dilakukan berdasarkan hukum 3. Lelang dilakukan di hadapan Pejabat 4. Lelang dilakukan dengan penawaran harta 5. Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan peminat 6. Lelang ditutup dengan Berita Acara 3.4.5 Pelaksanaan lelang Adapun Pelaksanaan Lelang antara lain : Jurusita pajak datang ke tempat di mana barang tersebut akan dilelang untuk mendampingi Juru lelang. Sesaat sebelum pelelangan dimulai sebaiknya Jurusita Pajak menanyakan kepada Wajib Pajak apakah utang pajaknya akan dilunasi. Seandainya WP dapat dan bersedia melunasi utang pajaknya, maka pelelangan dibatalkan, bila tidak maka pelelangan segera dilakukan. Saat pelelangan sebaiknya Pejabat yang bersangkutan atau wakilnya dapat menghadirinya. Juru lelang kemudian mengumumkan kepada calon pembeli tentang syarat apa yang harus dipenuhi serta cara penawarannya.

Wajib Pajak berhak untuk menentukan urutan barang-barang sitaan yang akan dilelang. Jika hasil penjualan barang telah mencapai jumlah utang pajak ditambah dengan biaya pelaksanaannya, maka penjualan tersebut dihentikan dan sisa barang dikembaikan segera kepada Wajib Pajak. Setelah selesai pelelangan, Kantor lelang, Jurusita Pajak, atau orang yang diserahi untuk menjual barang-barang sitaan, melaporkan kepada atasannya untuk membuat Laporan Hasil Pelaksanaan Lelang. Dengan telah dijualnya barang-barang sitaan itu, maka hak atas barangbarang tersebut berpindah dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada pembeli yang tawarannya telah diterima, segera setelah pembeli tersebut memenuhi syarat-syarat pembelian.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI 4.1 Tata Cara Penyitaan Terhadap Wajib Pajak Untuk Mengurangi Tunggakan Pajak Di KPP Pratama Medan Timur 4.1.1 Tata Cara Penyitaan Terhadap Wajib Pajak 1. Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, Penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. 2. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus :memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak, memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, dan memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. 3. Setiap melaksanakan penyitaan Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. 4. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-

saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat. 5. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa. 6. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat. 7. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum. 8. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: Penanggung Pajak, Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar, Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar, Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar,

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal. 9. Atas barang yang disita dapat ditempel atau diberi segel sita. 10. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi penagihan pajak dan utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. 4.1.2 Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 2 kali 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan. Formulir yang Digunakan 1. Bukti pelunasan (SSP/STTS/SSB/Bukti Pbk) 2. Surat Teguran Penagihan 3. Surat Paksa 4. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa 5. Surat ketetapan pajak (SKPKB/SKPKBT/Keputusan Keberatan/Putusan Banding) dan STP Dokumen yang Dihasilkan : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

Prosedur Kerja : 1. Kepala Kantor Pelayanan menugaskan Kepala seksi penagihan untuk membuat SPMP, kemudian Kepala seksi penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk membuat SPMP. 2. Jurusita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/buktiPbk) atau pengurangan (keputusan pembetulan/keputusan keberatan /putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi), membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 3. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep SPMP, serta menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP dan meneruskan kepada Kepala Seksi Penagihan. 5. Kepala Seksi Penagihan meneruskan SPMP kepada Jurusita pajak untuk menatausahakan, mengirimkan SPMP serta melakukan penyitaan. 6. Jurusita Pajak menerima SPMP yang telah disetujui dan menatausahakan, mengirimkan SPMP serta melakukan penyitaan. 7. Proses selesai. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 2 (dua) hari kerja

Bagan Arus 4.1.2 4.1.3 Tata Cara Penyitaan Terhadap Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Uang Tunai (Termasuk Mata Uang Asing), Emas, Permata, Dan Sejenisnya Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Tata cara penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berupa uang tunai (termasuk mata uang asing), emas, permata, dan sejenisnya, yang

dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Formulir yang Digunakan : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Dokumen yang Dihasilkan : 1. Berita Acara Pelaksanaan Sita 2. Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita Prosedur Kerja : 1. Berdasarkan SPMP yang telah diterbitkan (SOP Tata Cara Penerbitan SPMP), Jurusita Pajak menyampaikan SPMP kepada Penanggung Pajak dengan terlebih dahulu memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak dan memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. Dalam hal penanggung Pajak menolak menerima SPMP atau tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan (syarat salah satu saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, serendah-rendahnya setingkat Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa). Penolakan Penanggung Pajak dicantumkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2. Jurusita Pajak membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga barang yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita,

menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan menyampaikannya kepada Penanggung Pajak untuk ditandatangani. 3. Penanggung Pajak meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada saksi-saksi untuk ditandatangani. Dalam hal Penanggung Pajak menolak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, penolakan tersebut dicantumkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. 4. Saksi-saksi meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada Jurusita Pajak. 5. Jurusita Pajak menempelkan segel sita pada barang sitaan, menunjuk Penyimpan barang sitaan dan menitipkan barang sitaan kepada Penyimpan (uang tunai kepada Penanggung Pajak atau Bank, emas, perhiasan, dan sejenisnya kepada Penanggung Pajak kecuali apabila menurut Jurusita Pajak barang tersebut harus disimpan di Kantor Pelayanan Pajak, atau tempat lain seperti Kantor Penggadaian, Bank, dan Kantor Pos), yang dilakukan di depan saksi-saksi. 6. Penyimpan barang sitaan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyimpan barang sitaan, dan menyampaikan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Jurusita Pajak. 7. Jurusita Pajak membuat konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

8. Kepala Seksi penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita. 10. Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan Penyimpan Barang Sitaan melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 11. Proses selesai. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 1 (satu) hari kerja.

Bagan Arus 4.1.3

4.1.4 Tata Cara Penyitaan Terhadap Kekayaan Penanggung Pajak yang Disimpan Di Bank Berupa Deposito Berjangka, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro, dan Bentuk Lainnya yang Dipersamakan dengan itu Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak. Tata cara peyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di Bank berupa deposito berjangka, tabngan, saldo rekening koran, giro, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Formulir yang Digunakan : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Dokumen yang Dihasilkan : 1. Surat Permintaan Pemblokiran (Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank), dilampiri salinan Surat Paksa dan SPMP 2. Berita Acara Pemblokiran 3. Surat Perintah (untuk memberikan kuasa kepada bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank) 4. Surat Kuasa (memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada Bank) / Berita Acara Penolakan Pemberian Kuasa (oleh Penanggung Pajak kepada Bank untuk Memberitahukan Saldo Kekayaan di Bank kepada Jurusita Pajak)

5. Surat kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan (dilampiri konsep surat kepada Menteri Keuangan untuk Meminta Bank Indonesia agar memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank) 6. Surat Pemberitahuan (saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank) 7. Berita Acara Pelaksanaan Sita 8. Surat Pemberitahuan Penyitaan (Deposito berjangka, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro, atau Bentuk Lainnya yang Dipersamakan dengan itu) 9. Surat pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita Prosedur Kerja : 1. Berdasarkan SPMP yang telah diterbitkan (SOP Tata Cara Penerbitan SPMP), Jurusita Pajak membuat konsep Surat Permintaan Pemblokiran (dilampiri salinan Surat Paksa dan SPMP) dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Permintaan Pemblokiran dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Permintaan Pemblokiran. 4. Jurusita Pajak menyampaikan Surat Permintaan Pemblokiran kepada Bank terkait. 5. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima Surat Permintaan Pemblokiran, membuat Berita Acara Pemblokiran, dan menyampaikan salinannya kepada Jurusita Pajak dan Penanggung Pajak. 6. Jurusita Pajak membuat Surat Perintah (untuk memberikan kuasa kepada bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank) dan menyampaikannya kepada Penanggung Pajak. 7. Penanggung Pajak memberikan Surat Kuasa (untuk memeberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada Bank) kepada Bank terkait. Proses dilanjutkan ke poin 13. 8. Apabila Penanggung Pajak menolak memberikan Surat Kuasa, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penolakan Pemberian Kuasa (ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan Penanggung Pajak). 9. Jurusita Pajak membuat konsep surat yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan dilampiri konsep Surat Menteri Keuangan untuk meminta Bank Indonesia agar memerintahkan bank untuk memeberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank kepada Gubernur Bank

Indonesia, salinan surat permintaan pemblokiran kepada bank, Berita Acara Pemblokiran oleh bank, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan serta Berita Acara Penolakan Pemberian Kuasa oleh Penanggung Pajak kepada bank untuk memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak kepada Jurusita Pajak. 10. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep surat yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan tentang pemberitahuan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank dalam rangka penagihan dengan Surat Paksa. 11. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep surat yanng ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan tentang pemberitahuan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank dalam rangka penagihan dengan Surat Paksa. 12. Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan surat kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan perihal pemberitahuan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokkumen di KPP). 13. Jurusita Pajak menerima Surat Pemberitahuan saldo kekayaan Penanggung Pajak di bank dari bank terkait kemudian Jurusita Pajak

membuat dan menandatangani konsep Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta menyampaikannya kepada pimpinan bank atau Pejabat bank yang ditunjuk. 14. Bank (Pimpinan bank atau Pejabat bank yang ditunjuk) meneliti dan menandatangani konsep Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada kelapa seksi-seksi. 15. Seksi-seksi meneliti dan menandatangani konsep Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyampaikannya kepada Jurusita Pajak. 16. Jurusita Pajak membuat konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan (Deposito berjangka, Tabungan, Saldo Rekening Koran, Giro, atau Bentuk Lainnya yang Dipersamakan dengan itu) dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 17. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 18. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita.

19. Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Pemberitahuan Penyitaan dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Bank, Surat Pengantar dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak melalui Subbagian umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 20. Proses selesai. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 5 (lima) hari kecuali Penanggung Pajak tidak memberikan Surat Kuasa memberitahukan Saldo Kekayaan kepada Bank.

Bagan Arus 4.1.4

4.1.5 Tata Cara Penyitaan Terhadap Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Surat Berharga (Obligasi, Saham, dan Sejenisnya) yang Tidak Diperdagangkan Di Bursa Efek Dalam RangkaPelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Tata cara penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak berupa surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Formulir yang Digunakan : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Dokumen yang Dihasilkan : 1. Berita Acara Pelaksanaan Sita 2. Berita Acara Pengalihan Hak dari Penanggung Pajak kepada Pejabat 3. Surat Pemberitahuan Penyitaan (Obligasi, Saham, dan Sejenisnya) 4. Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita Prosedur Kerja : 1. Berdasarkan SPMP yang telah diterbitkan (SOP Tata Cara Penerbitan SPMP), Jurusita Pajak memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak, menyampaikan SPMP kepada Penanggung Pajak, dan memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. Dalam hal

Penanggung Pajak menolak menerima SPMP atau tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan (syarat salah satu saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, serendah-rendahnya setingkat Sekertaris Kelurahan atau Sekertaris Desa). Penolakan Penanggung Pajak dicantumkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2. Jurusita Pajak membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita, membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Berita Acara Pengalihan Hak, menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Berita Acara Pengalihan Hak dan menyampaikannya kepada Penanggung Pajak. 3. Penanggung Pajak meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Berita Acara Pengalihan Hak, serta menyampaikannya kepada saksi-saksi. 4. Saksi-saksi meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Berita Acara Pengalihan Hak, serta penyampaikannya kepada Jurusita Pajak. 5. Jurusita Pajak membuat konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pemberitahuan Penyitaan dan Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita. 8. Jurusita menatausahakan dan mengirimkan Surat Pengantar dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita serta salinan Berita Acara Pengalihan Hak kepada Penanggung Pajak, Surat Pemberitahuan Penyitaan, salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan salinan Berita Acara Pengalihan Hak kepada investee melalui subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 9. Proses Selesai. Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak SPMP disampaikan kepada Penanggung Pajak.

Bagan Arus 4.1.5

4.1.6 Tata Cara Penyitaan Terhadap Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Penyertaan Modal Pada Perusahaan Lain Yang Tidak Ada Surat Sahamnya Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Tata cara penyitaan terhadap kekayaan milik Penanggung Pajak yang berupa penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Formulir yang Digunakan : Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Dokumen yang Dihasilkan : 1. Berita Acara Pelaksanaan Sita 2. Akta Persetujuan Pengalihan Hak 3. Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita 4. Surat Pemberitahuan Penyitaan (Obligasi, Saham, dan Seterusnya) Prosedur Kerja : 1. Berdasarkan SPMP yang telah diterbitkan (SOP Tata Cara Penerbitan SPMP), Jurusita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak, memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan, dan menyampaikan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan terhadap

Penanggung Pajak. Dalam hal Penanggung Pajak menolak menerima SPMP atau tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan (syarat salah satu saksi berasal dari Pemerintah Daerah setempat, serendah-rendahnya setingkat Sekertaris Kelurahan atau Sekertaris Desa). Penolakan Penanggung Pajak dicantumkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. 2. Jurusita Pajak melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita, membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Akta Persetujuan Pengalihan Hak serta menandatangani, dan menyampaikannya kepada Penanggung Pajak. 3. Penanggung Pajak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Akta Persetujuan Pengalihan Hak dan menyampaikannya kepada saksisaksi. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Jurusita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. 4. Saksi-saksi menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Akta Persetujuan Pengalihan Hak dan menyampaikannya kepada Jurusita Pajak. 5. Jurusita Pajak membuat konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Surat Pemberitahuan Penyitaan, serta menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Surat Pemberitahuan Penyitaan, serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan Surat Pemberitahuan Penyitaan. 8. Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Pengantar dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, serta salinan Akta Persetujuan Pengalihan Hak kepada Penanggung Pajak, Surat Pemberitahuan Penyitaan, salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan salinan Akta Persetujuan Pengalihan Hak kepada perusahaan tempat penyertaan modal melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 9. Proses selesai Jangka Waktu Penyelesaian : Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan disampaikan kepada Penanggung Pajak.

Bagan Arus 4.1.6

4.1.7 Tata Cara Penerbitan Surat Peringatan Penyitaan Piutang Untuk Pelunasan Utang Pajak Dan Biaya Penagihan Pajak Tata cara penerbitan Surat Peringatan Penyitaan Piutang untuk Pelunasan Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak. Formulir yan Digunakan : Surat Paksa Dokumen yang Dihasilkan : Surat Peringatan Penyitaan Piutang (untuk Pelunasan Utang Pajak ada Biaya Penagihan Pajak) Prosedur Kerja : 1. Apabila setelah jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak (SOP Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Paksa), Penanggung Pajak belum melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, Jurusita Pajak membuat konsep Surat Peringatan Penyitaan Piutang. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Peringatan Penyitaan Piutang serta menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Peringatan Penyitaan Piutang. 4. Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Peringatan Penyitaan Piutang kepada Penanggung Pajak melalui Subbagian Umun (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) 5. Proses selesai Jadwal Waktu Penyelesaian : Paling lama 1 (satu) hari kerja Bagan Arus 4.1.7

4.1.8 Tindakan Penagihan Dengan Penyitaan, Penerimaan Penagihan Dan Saldo Akhir Tunggakan Di KPP Pratama Medan Timur pada Tahun 2014-2015. Tabel 4.1 Tindakan Penagihan Dengan Penyitaan Di KPP Pratama Medan Timur pada Tahun 2014-2015 TAHUN PAJAK JUMLAH SPMP YANG DIKELUARKAN NILAI PENERIMAAN PENYITAAN NILAI PENERIMAAN PENYITAAN YANG CAIR 2014 25 18,904,082,553 1,933,578,326 2015 14 33,377,094,885 66,000,000 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Keterangan : Dari Tabel 4.1 di atas dapat ditarik kesimpulan pada tahun 2014 SPMP (Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan) yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berjumlah 25 dengan nilai Rp.18.904.082.553 tetapi nilai penerimaan penyitaan yang cair hanya Rp.1.933.578.326 atau sekitar 10,2%. Sedangkan pada tahun 2015 SPMP yang dikeluarkan berjumlah 14 dengan nilai Rp.33.377.094.885 tetapi penerimaan penyitaan yang cair hanya Rp.66.000.000 atau sekitar 0,2%.

Tabel 4.2 Penerimaan Penagihan Di KPP Pratama Medan Timur pada Tahun 2014-2015 BULAN PENERIMAAN PENAGIHAN 2014 2015 TARGET REALISASI TARGET REALISASI JANUARI 439,866,568 895,914,394 FEBRUARI 435,584,064 1,363,358,369 MARET 1,885,825,467 1,369,114,018 APRIL 2,010.115,138 326,749,928 MEI 1,318,302,056 200,982,106 JUNI 761,118,635 3,790,671,508 JULI 4,028,809,099 605,647,479 AGUSTUS 2,147,720,930 1,223,174,009 SEPTEMBER 4,589,652,947 679,630,325 OKTOBER 3,700,257,176 810,148,545 NOPEMBER 1,773,422,590 1,611,675,522 DESEMBER 2,263,874,388 4,263,901,360 TOTAL 47,527,219,307 25,354,549,058 53,239,092,108 17,140,967,563 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Keterangan : 1. Pada tahun 2014 Realisasi Penerimaan Penagihan di KPP Pratama Medan Timur mencapai nilai Rp.25.354.549.058 atau sekitar 53,3% dari nilai Target yang ditentukan. 2. Sedangkan pada tahun 2015 Realisasi Penerimaan Penagihan di KPP Pratama Medan Timur mencapai nilai Rp.17.140.967.563 atau sekitar 32,2% dari Target yang ditentukan.

3. Nilai Target Penerimaan di tentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, dilihat dari pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Tabel 4.3 Saldo Akhir Tunggakan Di KPP Pratama Medan Timur pada Tahun 2014-2015 SALDO AKHIR TUNGGAKAN 2014 2015 144,449,284,372 194,322,122,742 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Keterangan : Dari tabel 4.3 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa saldo akhir tunggakan pada tahun 2015 meningkat dari tahun 2014. Peningkatan mencapai nilai Rp.49.872.838.370 atau sekitar 34,5% dari saldo akhir tunggakan. 4.2 Kendala-kendala Yang Dihadapi Jurusita Pajak KPP Pratama Medan Timur Dalam Melakukan Penyitaan Dan Upayanya 1. Kendala : Wajib Pajak tidak berada di lokasi penyitaan saat pelaksanaan sita. Upaya : Sita tetap dilaksanakan dengan menghadirkan Kepala Lingkungan dan Sekretaris Lurah untuk menjadi saksi dan tetap dibuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

2. Kendala : Wajib Pajak bersikeras menolak untuk dilakukan penyitaan terhadap objek sita dikarenakan masih belum mengakui asalusul timbulnya utang pajak. Upaya : Dilakukan penjelasan kepada Penanggung Pajka dan memberi kelonggaran dengan melunasi utang pajak untuk dapat mencabut Sita karena pelaksanaan sita tidak dapat ditunda ketika SPMP telah terbit. 3. Kendala : Wajib Pajak dalam hal Badan Usaha Tetap (BUT) tidak beroperasi lagi di Indonesia sehingga tidak ada lagi penanggung jawab secara langsung. Upaya : Mencari pengampu atau lawan transaksi BUT saat berada di Indonesia sehingga sita tetap dapat dilaksanakan dengan memberitahukan terlebih dahulu kronologis utang pajak kepada pengampu atau lawan transaksi BUT. 4. Kendala : Wajib Pajak telah meninggal dunia. Upaya : Mencari ahli waris dalam hal masih ada warisan belum dibagi sehingga pelaksanaan sita masih dapat dilaksanakan terhadap salah satu atau beberapa ahli waris. 5. Kendala : Wajib Pajak telah diputuskan pailit oleh Pengadilan Negeri Upaya : Berkas/salinan berkas penagihan disampaikan kepada kurator dan menjelaskan kepada kurator mengenai hak mendahului

negara sesuai peraturan dan perundang-undangan perpajakan dengan tetap menghormati Undang-Undang kepailitan. 4.3 Hak Dan Kewajiban Penanggung Pajak Saat Dilakukan Penyitaan Penyitaan merupakan tugas dan wewenang Jurusita Pajak. Dalam melakukan penyitaan Jurusita Pajak berhak memeriksa seluruh isi ruangan untuk menentukan Objek Sita Pajak. Walaupun demikian Penanggung Pajak juga memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Penanggung Pajak. Hak Penanggung Pajak 1. Menanyakan Tanda Bukti Pengenal Jurusita Pajak. 2. Meneliti Surat Perintah Melakukan Penyitaan 3. Menerima salinan Surat Perintah Melakukan Penyitaan beserta Berita Acara Pelaksanaan Sita 4. Melakukan sanggahan ke kantor Pengadilan Negeri setempat apabila dalam pelaksanaan penyitaan terdapat barang yang bukan milik penanggung pajak yang ikut disita. Apabila terbukti barang tersebut bukan milik Penanggung Pajak maka dapat dilaksanakan pencabutan sita pada barang tersebut. Setelah selesai dilaksanakan penyitaan maka petugas Jurusita Pajak wajib membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Saksi-saksi, dan Penanggung Pajak. Dan penanggung Pajak berhak menerima salinan SPMP dan BAPS. Hal ini berguna apabila Penanggung Pajak memiliki

keinginan untuk melunasi utang pajaknya sebelum 14 hari setelah dilakukan penyitaan. Penanggung Pajak dapat membawa salinan BAPS dan SPMP ke Kantor Pelayanan Pajak sehingga Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Surat Pencabutan Sita. Kewajiban Penanggung Pajak 1. Memberikan keterangan yang jelas dan lengkap mengenai keadaan barang sitaan 2. Tidak menghalangi Juru Sita Pajak dalam melakukan penyitaan 3. Memberi bukti- bukti pemilikan barang yang akan disita 4. Menyimpan dan menjaga barang yang telah disita sampai saat pelelangan 5. Tidak memindahkan barang sitaan, misalnya : menjual, ataupun disewakan. 6. Menandatangani Berita Acara Sita.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Penyitaan merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan Surat Paksa. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dilaksanakan apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah penyampaian surat paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, Penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan Jurusita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Penyitaan ini bertujuan untuk memperoleh jaminan pelunasan Utang Pajak. Penyitaan dilaksanakan terhadap semua barang penanggung pajak, Barang Penanggung Pajak yang pertama kali disita adalah barang bergerak, bila tidak mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak barulah dilakukan penyitaan terhadap barang tidak bergerak milik Penanggung Pajak. Penyitaan dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.