BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu hutan kerangas primer (Rimba), hutan kerangas sekunder (Bebak) dan hutan kerangas khusus (Padang). Waktu penelitian pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Gambar 1 Lokasi Penelitian. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan yaitu tambang plastik, tali raffia, kantong plastik, kertas koran bekas, alkohol, meteran (1,5 m dan 20 m), patok, kompas, jangka sorong, golok, label gantung, peta lokasi, buku identifikasi tumbuhan, kamera, papan jalan, tally sheet, alat tulis dan alat hitung.
11 3.3 Jenis Data Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil inventarisasi di lapangan. Data yang diambil meliputi data Nepenthes (nama spesies, karakteristik spesies, jumlah individu) dan spesies tumbuhan lain yang hidup di sekitar Nepenthes. 2. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berupa informasi terkait kondisi umum lokasi penelitian yang meliputi sejarah kawasan, letak, luas, kondisi tanah, topografi, iklim, kondisi vegetasi, satwa, dan masyarakat sekitar kawasan. Selain itu dikumpulkan juga informasi pemanfaatan Nepenthes oleh masyarakat. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer Data primer dikumpulkan dengan membuat jalur pengamatan. Ukuran jalur yang digunakan yaitu 10 m x 100 m, masing-masing lokasi sebanyak 10 jalur. Jarak untuk setiap jalur yaitu 50 m. Peletakan jalur dilakukan secara systematic sampling. Jalur tersebut dibagi menjadi petak-petak ukur berukuran 10 m x 10 m (Gambar 2). Jalur ini digunakan untuk mengidentifikasi keanekaragaman, pola penyebaran dan asosiasi Nepenthes dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Selain itu dilakukan pula pembuatan spesimen herbarium Nepenthes dan tumbuhan lain di sekitarnya. 10 m 10 m Arah jalur Gambar 2 Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak. 3.4.1.1 Keanekaragaman Nepenthes Nepenthes yang ditemukan dalam petak ukur dicatat nama spesies diukur diameter batangnya (diameter batang yang diukur 10 cm dari permukaan tanah),
12 panjang batang, panjang daun, kantong (bentuk, warna, tinggi dan lebar), kantong roset, kantong bawah, kantong atas dan bunga. 3.4.1.2 Pola Sebaran Nepenthes Setiap spesies Nepenthes yang ditemukan di jalur pengamatan, dicatat jumlah individu di setiap rumpun dan persebarannya di petak contoh. 3.4.1.3 Asosiasi Di dalam petak contoh dilakukan pencatatan spesies tumbuhan yang hidup di sekitar Nepenthes. 3.4.1.4 Pembuatan spesimen herbarium Pembuatan herbarium ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan dan Nepenthes yang belum teridentifikasi di lapangan. Tahapan pembuatan herbarium (Onrizal 2005) yaitu : 1. Spesimen herbarium diberi label gantung dan dirapikan. Label ini berisi informasi tentang nomor plot, nomor jenis, nama lokal, lokasi pengumpulan data dan nama pengumpul. 2. Kemudian dimasukan ke dalam lipatan kertas Koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen. 3. Lipatan kertas koran berisi spesimen herbarium tersebut ditumpuk. 4. Kemudian tumpukan tersebut dimasukan ke dalam kantong palstik dan disiram alkohol 70% hingga seluruh bagian tumpukan tersiram secara merata. 5. Setelah itu kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter agar alkohol tidak menguap ke luar kantong. 6. Herbarium yang akan diidentifikasi dioven pada suhu 80 C selama 48 jam. 7. Herbarium yang sudah kering, dapat diidentifikasi nama ilmiahnya berdasarkan ciri morfologi maupun keterangan yang tertera pada label. 3.4.2 Data sekunder Pengumpulan data sekunder berisi tentang keadaan umum lokasi, kependudukan dan sosial budaya masyarakat sekitar lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur yang meliputi buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan jurnal ilmiah lainnya.
13 3.5 Analisis Data 3.5.1 Keanekaragaman spesies Keanekaragaman spesies Nepenthes yang ditemukan dianalisis secara deskriptif. 3.5.2 Pola sebaran spesies Nepenthes Pola sebaran spesies setiap Nepenthes ditentukan menggunakan rumus Indeks Dispersi (ID) atau Indeks varians (Ludwig & Reynolds 1988). Adapun rumus indeks dispersi adalah sebagai berikut: ID = Dimana : = / Keterangan : ID = Indeks Dispersi S 2 = nilai ragam = = nilai rata-rata individu Xi = banyaknya individu suatu spesies pada petak contoh ke-i n = total petak contoh Kriteria pola penyebaran horizontal yaitu : a. Jika nilai ID = 1, maka individu tumbuhan berdistribusi acak (Random) b. Jika nilai ID > 1, maka individu tumbuhan berdistribusi mengelompok (Clumped) c. Jika nilai ID < 1, maka individu tumbuhan berdistribusi seragam (Reguler) 3.5.3 Asosiasi Analisis asosiasi Nepenthes dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya dilakukan dengan menggunakan tabel kontingensi 2 2. Bentuk tabel kontingensi 2 2 sebagai berikut :
14 Tabel 1 Tabel kontingensi 2 2 Spesies B (Non Nepenthes) Ada Tidak ada Jumlah A (Nepenthes) Ada a b a+b Tidak ada c d c+d Jumlah a+c b+d N= a+b+c+d Keterangan : a = jumlah petak ditemukan spesies A dan B b= jumlah petak ditemukan spesies A c= jumlah petak ditemukan spesies B d= jumlah petak tidak ditemukan spesies A dan B Untuk mengetahui adanya kecenderungan berasosiasi atau tidak digunakan Chi-square Test dengan rumus sebagai berikut : Chi-square hitung = Nilai Chi-square (X 2 ) hitung kemudian dibandingkan dengan nilai Chisquare (X 2 ) tabel pada derajat bebas = 1 dengan menggunakan taraf uji 5 % (3,84). Jika nilai X 2 hitung > X 2 tabel, maka asosiasi bersifat nyata. Sedangkan X 2 hitung < X 2 tabel maka asosiasi bersifat tidak nyata (Ludwig & Reynolds 1988). Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kekuatan asosiasi digunakan Indeks Jaccard (JI) : JI = Nilai Indeks asosiasi terjadi pada selang 0 1. Jika nilai indeks mendekati 1 maka asosiasinya kuat sedangkan jika nilai indeks mendekati 0 maka asosiasinya lemah.