1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadi suatu era atau masa yang tidak dapat diabaikan oleh masyarakat di seluruh dunia. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat mengubah dunia secara mendasar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong seseorang untuk terus memperbarui ilmu pengetahuannya. Kehadiran teknologi informasi tentu memberi manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Informasi sangat mudah didapatkan dalam hitungan menit bahkan detik, namun keberadaan teknologi tidak selalu memberikan dampak positif. Dampak negatif dari adanya teknologi salah satunya yaitu anak-anak hingga remaja lebih suka menggunakan gadget untuk bermain game daripada untuk membaca buku. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Fajrin (2015: 13-14) yang menyatakan bahwa siswa sekolah dasar pada saat ini sudah tidak asing lagi dengan benda digital khususnya gadget, beberapa siswa senang memainkan gadget untuk bermain game daripada untuk membaca pada jam bebas pelajaran di sekolah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia termasuk anak-anak usia sekolah belum melakukan kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan hidup. Kurniawan (2016: 32) menjelaskan bahwa dari hasil penelitian UNESCO, indeks baca nasional pada 1
2 tahun 2013, angka membaca seluruh Indonesia masih rendah yaitu 0,01 yang artinya 100 orang hanya ada 1 yang gemar membaca. Hasil penelitian melalui PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65 negara. Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan informasi dan untuk menambah pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh Musfiroh (2016: 5) bahwa membaca sangat penting, karena dengan membaca akan menambah pengetahuan, meningkatkan kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan berpikir dan berkreasi. Kebiasaan membaca tidak dapat muncul dengan sendirinya tanpa adanya suatu dorongan yang kuat dari dalam diri individu. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 Pasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan membaca harus dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan warga masyarakat yang memiliki budaya membaca. Budaya membaca dan menulis harus ditanamkan pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam pendidikan maupun di luar pendidikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan budaya membaca di masyarakat guna
3 menumbuhkan budi pekerti, seperti yang terdapat dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah merupakan kegiatan yang dikembangkan oleh pemerintah guna menumbuhkan budi pekerti siswa agar tercipta budaya literasi di lingkungan sekolah. Kemendikbud (2016: 17) menyatakan bahwa GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan GLS melibatkan warga sekolah (siswa, guru, kepala sekolah, orangtua), dan masyarakat. Tujuan dari adanya GLS salah satunya yaitu untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah. Kegiatan penumbuhan budaya literasi dapat dilakukan di perpustakaan sekolah, sudut baca kelas, dan area baca. Perpustakaan merupakan sarana penunjang pembelajaran di sekolah. Kalida (2015: 38) menjelaskan bahwa sekolah dan perpustakaan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran, seperti yang terdapat dalam Kemendikbud (2016: 16) bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai pusat pengelolaan pengetahuan dan sumber belajar di sekolah. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengkoordinasi pengelolaan Sudut Baca Kelas, area baca, dan prasarana literasi lain di SD. Sudut baca kelas merupakan sudut di ruangan kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku. Koleksi buku tersebut ditata secara rapi dan menarik di
4 dalam rak. Sudut baca digunakan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan, salah satu fungsi perpustakaan yaitu sebagai sumber belajar siswa di sekolah untuk mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan. Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa minat membaca buku siswa di SD Negeri Polomarto rendah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa pada waktu luang, siswa lebih suka bermain daripada menyempatkan untuk membaca buku. Siswa akan membaca buku ketika guru di sekolah menugaskan untuk membaca. Hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa siswa tidak suka membaca buku, alasannya karena membaca merupakan kegiatan yang membosankan. Siswa mengatakan lebih senang bermain bersama teman-temannya daripada untuk membaca buku pada waktu luang. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya literasi di SD Negeri Polomarto belum terbentuk. Perpustakaan di SD Negeri Polomarto belum digunakan sebagaimana mestinya, sehingga pihak sekolah mengadakan kegiatan literasi dengan memanfaatkan sudut baca kelas. Sudut baca kelas ini digunakan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan yang berguna untuk menumbuhkan minat membaca buku pada siswa dan adanya sudut baca diharapkan dapat memberikan stimulasi pada siswa untuk membaca. Fenomena tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan tema di atas penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk sekolah yang belum melaksanakan pemanfaatan sudut baca di lingkungan sekolah guna menumbuhkan budaya literasi siswa.
5 B. Fokus Penelitian 1. Pengelolaan Sudut Baca di SD Negeri Polomarto. 2. Pelaksanaan literasi di SD Negeri Polomarto melalui pemanfaatan sudut baca. 3. Faktor penghambat pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di SD Negeri Polomarto. 4. Upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di SD Negeri Polomarto. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan sudut baca di SD Negeri Polomarto? 2. Bagaimana pelaksanaan literasi di SD Negeri Polomarto melalui pemanfaatan sudut baca? 3. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di SD Negeri Polomarto? 4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di SD Negeri Polomarto? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengelolaan sudut baca di SD Negeri Polomarto.
6 2. Mengetahui pelaksanaan literasi di SD Negeri Polomarto melalui pemanfaatan sudut baca. 3. Mengetahui faktor penghambat pelaksanaan pemanfaatan sudut baca di SD Negeri Polomarto. 4. Mengetahui upaya mengatasi hambatan dalam pemanfataan sudut baca di SD Negeri Polomarto. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dunia pendidikan dalam pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa di sekolah dasar. Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan kepada sekolah dan guru khususnya dalam pemanfaatan sudut baca dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Menjadikan siswa lancar membaca, menjadikan siswa gemar membaca, menambah ilmu pengetahuan dan wawasan siswa, dapat memberikan pengalaman membaca siswa. b. Bagi Guru Memberikan informasi tentang pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa. Memudahkan dalam proses belajar mengajar terutama dalam hal membaca, membantu guru dalam
7 menumbuhkan budaya literasi siswa. c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan keilmuan dan sumbangan pemikiran berupa informasi tentang pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa. d. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman di lapangan terkait dengan pemanfaatan sudut baca guna menumbuhkan budaya literasi siswa di sekolah dasar.