BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sukoharjo yang beralamat di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yang rinciannya terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Jenis Kegiatan 1. Persiapan a. Pengajuan judul b. Praproposal Bulan (Tahun 2014) Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt c. Proposal (acc seminar) d. Revisi e. Perijinan f. Konsultasi instrumen 2. Pengembangan produk 3. Penelitian a. Uji coba instrumen b. Pengambilan data c. Analisa data 27
28 Jenis Kegiatan 4. Penyusunan laporan/skripsi a. Penyusunan draf Bulan (Tahun 2014) Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt b. Pengetikan skripsi 5. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi Penelitian dilakukan pada bulan Mei dan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran untuk mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014. B. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kelayakan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 407). Dalam penelitian ini akan dikembangkan media pembelajaran berbasis animasi. 2. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti. Prosedur kerja yang digunakan sudah terarah dengan baik sehingga diharapkan dapat terencana dengan baik. Prosedur kerja yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
29 Mulai Analisis kebutuhan Pembuatan media pembelajaran Validasi ahli materi Validasi ahli media Revisi Uji coba produk I Revisi Uji coba produk II Analisis hasil uji coba produk Ya Tidak Produk Media Pembelajaran Berbasis Animasi Selesai Gambar 3.1. Bagan Alur Prosedur Pengembangan
a. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan proses dimana peneliti menganalisis kekurangan tentang media pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Mekanika Teknik di SMK. Pada tahap ini juga akan dilakukan pengkajian materi Mekanika Teknik, penggunaan media. 30 perangkat pembuat media, dan Materi Mekanika Teknik dalam pembuatan media pembelajaran merupakan materi Mekanika Teknik semester dua. Pemilihan materi tersebut disesuaikan dengan waktu uji coba media pembelajaran di SMK dan materi tersebut diambil berdasarkan kurikulum dan silabus yang berlaku di SMK yaitu kurikulum 2013. Dalam penentuan perangkat pembuat media yang digunakan, disesuaikan dengan kondisi di SMK saat pembelajaran mata pelajaran Mekanika Teknik untuk Jurusan Teknik Gambar Bangunan. Kemudian pengkajian pengguna dari media pembelajaran ini adalah siswa SMK. b. Pembuatan Media Pembelajaran Pada tahap ini, materi yang sudah dikumpulkan kemudian didesain di dalam media pembelajaran berbasis animasi. Pembuatan media pembelajaran di sini adalah penataan materi pada slide PowerPoint meliputi tata letak dan juga bentuk slide yang digunakan. Setelah sebelumnya diatur tentang bentuk dan tata letak, maka selanjutnya slide dikembangkan dengan menggunakan visualisasi yang menarik, meliputi penggunaan gambar dan animasi. Beberapa faktor tersebut dibuat dengan disesuaikan dengan kondisi kelas, sehingga dapat menimbulkan minat siswa untuk memperhatikan slide. c. Pengujian Tahap pengujian merupakan tahap uji coba media pembelajaran berbasis animasi pada mata pelajaran Mekanika Teknik di SMK. Dalam pengujian dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
31 1) Alpha testing Tahap pertama pada pengujian media pembelajaran berbasis animasi adalah Alpha Testing. Pengujian pertama ini dilakukan oleh dua ahli media pembelajaran dan dua ahli materi, jadi jumlah ahli yang menguji media pembelajaran ini ada empat orang. Tujuan dari penilaian itu sendiri adalah untuk menguji kelayakan media pembelajaran berbasis animasi. Jika belum layak, maka media tersebut harus diperbaiki sebelum diujicobakan di SMK. 2) Beta Testing Tahap Beta Testing ini dilakukan dengan adanya penilaian dari siswa yang mengikuti mata pelajaran Mekanika Teknik terhadap media pembelajaran berbasis animasi dan juga dari hasil belajar siswa. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa kelas X TGB SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014, dengan uji coba terhadap siswa tersebut sebanyak dua kali. Uji coba pertama dilakukan dengan menyebar angket dan uji coba kedua dilakukan dengan diadakannya pre test dan post test. 3) Sumatif Testing Tahap terakhir pada pengujian media pembelajaran berbasis animasi adalah Sumatif Testing. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan hasil belajar siswa yaitu pre test yang dilakukan sebelum pemakaian produk dan post test yang dilakukan setelah pemakaian produk. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebermanfaatan produk yang dihasilkan sehingga dapat menentukan kelayakan produk tersebut. d. Revisi Tahap revisi ini dilakukan setelah adanya uji coba terhadap produk media pembelajaran. Uji coba yang dilakukan pada produk, membuat kekurangan
produk terlihat. Kekurangan produk tersebut diperbaiki pada tahap revisi ini, sehingga produk mengalami penyempurnaan. 32 e. Hasil Produk yang telah direvisi pada tahap akhir, selanjutnya akan dikemas dalam sebuah flashdisk dengan tujuan agar lebih mudah digunakan di komputer yang lain. C. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sumber Data a. Sumber Data Primer Pengambilan sumber data primer dilakukan dengan cara penyebaran angket dan diambil dari hasil belajar siswa. Penyebaran angket ini dilakukan kepada ahli materi, ahli media, dan siswa kelas X TGB SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 yang telah mengikuti proses belajar mengajar Mekanika Teknik dengan menggunakan produk media pembelajaran yang telah dibuat. Penyebaran angket ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk media pembelajaran Mekanika Teknik berbasis animasi dalam proses belajar mengajar. Sedangkan hasil belajar siswa dapat diketahui melalui diadakannya pre test dan post test untuk siswa. b. Sumber Data Sekunder Pengumpulan materi tentang mata pelajaran Mekanika Teknik dilakukan dengan mengambil dari modul dan buku yang digunakan di SMK serta buku-buku lain tentang Mekanika Teknik. Dan untuk pembuatan media pembelajaran berpedoman pada buku tentang Microsoft PowerPoint 2010.
33 2. Teknik Mendapatkan Data Teknik mendapatkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Pustaka Studi pustaka dalam penelitian ini, dilakukan dalam rangka mendapatkan data sekunder berupa materi tentang mata pelajaran Mekanika Teknik di SMK serta materi tentang pembuatan media pembelajaran berbasis animasi dengan menggunakan program Microsoft PowerPoint 2010. b. Angket Selain melakukan studi pustaka, peneliti juga melakukan penyebaran angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 199). Angket dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang diharapkan dari responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket terbuka. Angket ini diberikan kepada para ahli materi dan ahli media serta disebar kepada siswa kelas X TGB SMK N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 yang telah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan produk media. Dari angket yang disebar, maka peneliti dapat mengetahui kelayakan dari media pembelajaran Mekanika Teknik berbasis animasi. c. Tes Tes merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes tertulis yang dibuat berdasarkan pedoman tes yang telah dibuat oleh peneliti. Tes diadakan sebanyak dua kali pada saat uji coba produk yang kedua, yaitu pre test dan post test. Tujuan dari diadakannya tes ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah siswa tersebut mendapat materi mata pelajaran
Mekanika Teknik dengan menggunakan media pembelajaran berbasis animasi. 34 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun untuk mengukur fenomena sosial yang diamati. (Sugiyono, 2013: 148). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket Angket pada penelitian ini diberikan kepada dua ahli materi, dua ahli media, dan juga kepada para siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan produk media pembelajaran yang telah dibuat. 1) Angket ahli materi Angket ahli materi digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran menurut ahli materi. Angket ini berisi 12 pertanyaan yang terdiri dari 9 pertanyaan yang dilihat dari aspek relevansi materi dan 3 pertanyaan dilihat dari aspek manfaat. 2) Angket ahli media Angket ahli media digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran menurut ahli media. Angket ini berisi 12 pertanyaan yang terdiri dari 3 pertanyaan dilihat dari aspek elemen visual, 7 pertanyaan dilihat dari aspek elemen verbal, dan 3 aspek dilihat dari aspek pola desain. 3) Angket siswa Angket siswa digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran berdasarkan pendapat siswa. Angket ini berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari 3 pertanyaan dilihat dari aspek elemen visual, 7 pertanyaan dilihat dari aspek elemen verbal, dan 10 pertanyaan dilihat dari aspek pola desain.
b. Soal Tes Tes tertulis dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran Mekanika Teknik dengan media pembelajaran berbasis animasi dan dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes pertama (pre test) dan tes kedua (post test). Soal-soal tes dibuat berdasarkan materi yang telah diberikan melalui media yang telah dibuat. Hasil tes tertulis tersebut akan menentukan kelayakan dari produk media pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. 35 D. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 207). Untuk menentukan kategori kelayakan media pembelajaran ini, dipakai skala pengukuran skala likert. Variabel yang akan diukur, dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2013: 135). 1. Kelayakan Berdasarkan Pendapat Para Ahli Setelah diperoleh hasil pengukuran dari tabulasi skor maka perhitungan skor dapat diadopsi dari skala likert adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Kelayakan Menurut Para Ahli Kategori Penilaian Skor Sangat Layak 5 Layak 4 Cukup Layak 3 Tidak Layak 2 Sangat Tidak Layak 1
36 Tabel 3.3. Interpretasi Kriteria Hasil Penilaian Para Ahli Kategori Penilaian Sangat Layak Cukup Layak Tidak Layak Sangat Tidak Layak Interpretasi Ahli materi dan ahli media menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis animasi sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Ahli materi dan ahli media menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis animasi cukup layak digunakan sebagai media pembelajaran Ahli materi dan ahli media menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis animasi tidak layak digunakan sebagai media pembelajaran Ahli materi dan ahli media menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis animasi sangat tidak layak digunakan sebagai media pembelajaran Proses perhitungan persentase dilakukan dengan cara membandingkan frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi yang diharapkan. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Data yang diperoleh merupakan data berupa angka yang selanjutnya dikategorikan sesuai dengan pengukuran skala likert. Selanjutnya kelayakan media pembelajaran dalam penelitian ini digolongkan dalam lima kategori kelayakan dengan menggunakan skala. Skala kelayakan tersebut adalah sebagai berikut: 20% 40% 60% 80% 100% Sangat Tidak Layak Tidak Layak Cukup Layak Layak Sangat Layak Gambar 3.2. Skala Pengukuran Ahli Dari penggolongan skala pengukuran persentase di atas dikelompokkan kedalam kategori kelayakan sebagai berikut:
37 Tabel 3.4. Kategori Persentase Kelayakan Angket Para Ahli Kategori Kelayakan Skor (%) Sangat Tidak Layak <20% Tidak Layak 21%-40% Cukup Layak 41%-60% Layak 61%-80% Sangat Layakayak 81%-100% 2. Kelayakan Berdasarkan Pendapat Siswa Selain media pembelajaran divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, media tersebut juga diuji berdasarkan pendapat siswa. Perhitungan juga dilakukan dengan proses perhitungan yang mengadopsi dari skala likert, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Kelayakan Menurut Siswa Kategori Penilaian Skor Sangat Setuju 4 Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Tabel 3.6. Interpretasi Kriteria Hasil Penilaian Menurut Siswa Kategori Penilaian Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Interpretasi Siswa sangat setuju dengan penggunaan media pembelajaran berbasis animasi Siswa setuju dengan penggunaan media pembelajaran berbasis animasi Siswa tidak setuju dengan penggunaan media pembelajaran berbasis animasi Siswa sangat tidak setuju dengan penggunaan media pembelajaran berbasis animasi Proses perhitungan persentase dilakukan dengan cara membandingkan frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi yang diharapkan. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
38 Data yang diperoleh merupakan data berupa angka yang selanjutnya dikategorikan sesuai dengan pengukuran skala likert. Selanjutnya kelayakan media pembelajaran dalam penelitian ini digolongkan dalam lima kategori kelayakan dengan menggunakan skala. Skala kelayakan tersebut adalah sebagai berikut: 25% 50% 75% 100% Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Gambar 3.3. Skala Pengukuran Siswa Dari penggolongan skala pengukuran persentase di atas dikelompokkan kedalam kategori kelayakan sebagai berikut: Tabel 3.7. Kategori Persentase Kelayakan Angket Siswa Kategori Kelayakan Skor (%) Sangat Tidak Setuju <25% Tidak Setuju 26% - 50% Setuju 51% - 75% Sangat Setuju 76% - 100% 3. Kelayakan Berdasarkan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Setelah diperoleh nilai hasil belajar siswa, maka nilai ketuntasan siswa dapat diukur tingkat ketuntasan siswa sebagai berikut: Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kategori Penilaian Nilai Tuntas 77 Tidak tuntas <77 Tabel 3.9. Interpretasi Kriteria Ketuntasan Hasil Nilai Belajar Siswa Kategori Penilaian Interpretasi Tuntas Siswa dapat menerima, memahami dan menguasai materi yang telah diberikan dengan baik Tidak tuntas Siswa belum dapat menerima, memahami dan menguasai materi yang telah diberikan
39 Proses perhitungan persentase dilakukan dengan cara membandingkan banyak siswa yang mempunyai nilai tuntas ataupun tidak tuntas dengan jumlah siswa yang ada. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Data persentase jumlah siswa yang tuntas merupakan data berupa angka yang selanjutnya dikategorikan sesuai dengan pengukuran skala likert. Selanjutnya kelayakan media pembelajaran dalam penelitian ini digolongkan dalam lima kategori kelayakan dengan menggunakan skala. Skala kelayakan tersebut adalah sebagai berikut: 20% 40% 60% 80% 100% Sangatt Tidak Layak Tidak Layak Cukup Layak Layak Sangat Layak Gambar 3.4. Skala Pengukuran Berdasarkan Ketuntasan Dari penggolongan skala pengukuran persentase di atas dikelompokkan kedalam kategori kelayakan sebagai berikut: Tabel 3.10. Kategori Persentase Kelayakan Berdasarkan Ketuntasan Kategori Kelayakan Skor (%) Sangat Tidak Layak <20% Tidak Layak 21%-40% Cukup Layak 41%-60% Layak 61%-80% Sangat Layak 81%-100%
40 4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil antara pre test dan post test. Hasil kedua tes tersebut kemudian dihitung secara statistik menggunakan t-test berkorelasi atau berpasangan (related). Menurut Sugiyono (2013: 271), rumus t-test berkorelasi adalah sebagai berikut: Dimana: X 1 X 2 S 1 S 2 : Rata-rata sampel 1 (sistem kerja lama) : Rata-rata sampel 2 (sistem kerja baru) : Simpangan baku sampel 1 (sistem kerja lama) : Simpangan baku sampel 2 (sistem kerja baru) S 2 1 : Varians sampel 1 S 2 2 : Varians sampel 2 r : Korelasi antar kedua kelompok 5. Indikator Keberhasilan Pada penelitian ini, peneliti menentukan indikator keberhasilan untuk kelayakan produk media pembelajaran berbasis animasi. Indikator tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.11. Indikator Keberhasilan Kategori Penilaian Pendapat ahli Pendapat siswa Peningkatan kentuntasan hasil belajar siswa Persentase