TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB III METODE PERENCANAAN START

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

Perkerasan kaku Beton semen

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PERENCANAAN PELAPISAN TAMBAH PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) BERDASARKAN METODE BINA MARGA 2002 DAN AASTHO 1993 PADA RUAS

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

PENCAPAIAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU ANTARA BEBAN AKTUAL DAN STANDAR

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

Perencanaan perkerasan jalan beton semen

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA

Mahasiswa : Rahmat Jatmikanto Dosen Pembimbing : 1. Cahyono Bintang Nurcahyo, ST, MT 2. Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, MSc.

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

Study of Comparative Methods of Flexible Pavement and Rigid Pavement Alfikri 1), Hendra Taufik 2) 1)

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

Perbandingan antara Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Kapten Darmo Sugondo Gresik.

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 (Studi Kasus: Jl. Raya Bojonegara Serdang KM 2)

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN STA 0+1 KM KECAMATAN BINANGUN KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR. Abstract

BAB III METODE ANALISIS

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU/RIGID PAVEMENT PADA PROYEK REKONSTRUKSI JALAN SOEKARNO HATTA TEBING TINGGI

KOMPUTERISASI PENENTUAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE AASHTO 1993

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN

Pd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

PERENCANAAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003 DAN METODE BEAM ON ELASTIC FOUNDATION

ANALISIS PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU ( RIGID PAVEMENT ) PADA PROYEK PEMBANGUNAN FLY OVER JAMIN GINTING DENGAN MENGGUNAKAN METODE SNI

4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN TOL KARANGANYAR - SOLO NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB III PENYUSUNAN PROGRAM BAB 3 PENYUSUNAN PROGRAM

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN GEOMETRIK DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta Sta ) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH TUGAS AKHIR

ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

ROSEHAN ANWAR. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR - RC

Transkripsi:

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN PLTU BUNGUS- TELUK KABUNG PADANG Hendri Hidayat, Hendri GP dan Apwiddhal Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang email: hendribaso@yahoo.com, hendrigp@ft.unand.ac.id, widdpoli@yahoo.com Abstrak Jalan PLTU Bungus Teluk Kabung Padang ini merupakan akses utama penghubung antara kota Padang menuju pembangunan PLTU, jalan ini bertujuan juga untuk mendorong sektor pariwisata dan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan ini, maka sangat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai.untuk itu perlu dilakukan pembangunan jalan yang memadai sehingga bisa memberikan pelayanan lalu lintas yang optimal.berdasarkan data sekunder yang ada, penulis melakukan perhitungan perencanaan terhadap pembangunan jalan PLTU Bungus Teluk Kabung Padang.Perencanaan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) menggunakan Metoda Portland Cement yang dikeluarkan Bina Marga.Perencanaan tebal perkerasan didapat yaitu tebal perkerasan beton 200 mm beton K 350, d25 tulangan dowel, d16 tulangan tie bars. Setelah jalan ini selesai, diharapkan dapat memperlancar lalu lintas serta meningkatkan perekonomian dan pariwisata masyarakat Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kota Padang. Dalam melakukan perencanaan perhitungan tebal perkerasan, aspek keamanan, dan kenyamanan harus menjadi perhatian utama, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimalsebaiknya menggunakan banyak referensi, agar dapat menghasilkan perhitungan yang efektif dan efesien. Kata kunci :, Tebal Perkerasan Kaku, dowel, tie bars

THICKNESS CALCULATION RE-PLANNING REVIEW RIGID PAVEMENT ROAD PROJECT BUNGUS PLTU- TELUK KABUNG PADANG Hendri Hidayat, Hendri GP dan Apwiddhal Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University Padang email: hendribaso@yahoo.com, hendrigp@ft.unand.ac.id, widdpoli@yahoo.com Abstract Street PLTU Bungus - Teluk Kabung of Padang to is the main access between the city of Padang to PLTU development, the roads also aims to boost tourism and improve the economy around this area, it is very necessary facilities and adequate transportation infrastructure. It is necessary for the development of adequate roads so that traffic can provide optimal care.based on secondary data, the authors calculated the planning of the road construction of PLTU Bungus - Teluk Kabung Padang to. Planning rigid pavement thickness (rigid pavement) using Portland Cement Method of Bina Marga issued.planning pavement thickness obtained is 200 mm thick concrete pavement concrete K 350, D25 reinforcing dowel, D16 reinforcing tie bars. Once the road is completed, is expected to expedite traffic as well as boost the economy and tourism Bungus Teluk Kabung district community and the city of Padang. In the planning of pavement thickness calculations, safety aspects, and comfort should be the primary concern, to get more results maksimalsebaiknya use a lot of references, in order to produce an effective and efficient computation. Keywords: Rigid Pavement Road, dowel, tie bars Pendahuluan Jalan raya adalah suatu bagian jalur tertentu yang dilewati kendaraan dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Syaratsyarat tersebut sangat erat hubungannya dengan keadaan daerah setempat dan keamanan serta kenyamanan yang dituntut dalam suatu perjalanan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jalan terhadap perkembangan lalu lintas khususnya di bidang perekonomian dan kesejahteraan maka pemerintah melalui dinas Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat,melakukan pembangunan jalan antar kota dalam kegiatan PEMBANGUNAN JALAN PLTU BUNGUS TELUK KABUNG PADANG (sta 0+000 s/d sta 4+567) dengan panjang jalan adalah ± 4,5 km. Proyek ini merupakan jalan yang menghubungkan kota Padang dengan Teluk Sirih Sumatera Barat. Pembangunan

jalan yaitu memakai tebal perkerasan kaku (rigid pavement), ini disebabkan karena kondisi tanah dasar yang kurang baik dan kondisi beban lalu lintas yang tinggi. Metodologi Suatu jalan raya yang baik adalah jalan yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan lalu lintas dalam batas masa tertentu yang dikenal dengan umur rencana jalan Bagian perancangan terpenting dalam suatu jalan raya adalah Pertumbuhan lalu lintas, dan penentuan tebal lapis konstruksi perkerasan. Perencanaan lapis konstruksi perkerasan yang utama adalah perencanaan tebal lapis perkerasan yang sesuaidengan beban lalu lintas selama umur rencana. Lapis konstruksi pekerasan merupakan lapisan yang pertama menerima beban lalu lintas yang lewat di atasnya, Pada proyek pembangunan jalan PLTU Bungus - Teluk Kabung ini jenis lapisan perkerasan jalan yang dipakai adalah lapisan beton semen. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau lebih dikenal sebagai perkerasan beton semen, yaitunya dengan menggunakan Metoda Bina Marga, perkerasan ini merupakan suatu susunan konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat dan semen sebagai pengikatnya. Satu lapis beton semen mutu tinggi (sesuai kelasnya) pada konstruksi ini merupakan konstruksi utama, yang diletakkan diatas pondasi atau langsung diatas subgrade, Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pekerasan beton semen, yaitu: a. Tanah dasar Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744 - 1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%. b. Pondasi Bawah Pada proyek pembangunan jalan PLTU Bungus - Teluk Kabung menggunakan lapisan pondasi bawah yang berupa lantai kerja (Lean-Mix Concrete), karena pada umumnya di Indonesia tanah dasar memiliki nilai CBR yang tergolong baik sehingga tidak memerlukan pondasi bawah berupa tanah berbutir lagi. Namun antara tanah dasar dengan slab beton biasanya di buatkan lantai kerja sebagai dasar pembetonan yangdirancang dengan nilai karakteristik K-125, yang juga berfungsi sebagai penyalur beban dari slab beton ke tanah dasar. c. Beton semen (Slab Beton) Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength)

umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut : titik (ASTM C-78) yang besarnya secara Fcf= 1,37.fcs, dalam MPa tipikal sekitar 3 5 MPa (30-50 kg/cm2). atau..... Kuat tarik lentur beton yang diperkuat Fcf= 13,44.fcs, dalam dengan bahan serat penguat seperti serat kg/cm2..... baja, aramit atau serat karbon, harus (2.4) mencapai kuat tarik lentur 5 5,5 MPa (50- Dengan pengertian : 55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus fcs : kuat tarik belah dinyatakan dengan kuat tarik lentur beton 28 hari karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 Beton dapat diperkuat dengan serat baja MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut : lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan fcf = K (fc )0,50 dalam MPa perhentian bus. Panjang serat baja antara atau... (2.1) 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya fcf = 3,13 K (fc )0,50 dalam melebar sebagai angker atau sekrup kg/cm2 (2.2 penguat untuk meningkatkan ikatan. ) Dengan pengertian : Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke fc : kuat tekan beton dalam adukan beton, masing-masing karakteristik 28 hari (kg/cm2) sebanyak 75 dan 45 kg/m³. Semen yang fcf : kuat tarik lentur beton akan digunakan untuk pekerjaan beton 28 hari (kg/cm2) harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan K : konstanta, 0,7 untuk dimana perkerasan akan dilaksanakan. agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah. Kuat tarik lentur dapat juga d. Lalu-lintas Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam ditentukan dari hasil uji kuat jumlah sumbu kendaraan niaga tarik belah beton yang (commercial vehicle), sesuai dengan

konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut : Sumbu tunggal roda tunggal (STRT). Sumbu tunggal roda ganda (STRG). Sumbu tandem roda ganda (STdRG). Sumbu tridem roda ganda (STrRG 1. Lajur rencana dan koefesien distribusi Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niagaterbesar.jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan. Tabel 1. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C)kendaraan niaga pada lajur rencana 2. Umur rencana Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun. 3. Pertumbuhan lalu-lintas Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut : n (1 i) 1 R e log1 i dengan (i 0)..... (2.5) Dengan pengertian : R : Faktor pertumbuhan lalu lintas. I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %. n : Umur rencana (tahun). R dapat juga ditentukan berdasarkan

Tabel 2.Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R) Apabila setelah waktu tertentu (m tahun) pertumbuhan lalu-lintas tidak terjadi lagi, maka R dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : n (1 i) 1 m R (n m)(1 i) 1 e log (1 i)... (2.6) dengan (i = 0) Dengan pengertian : R : Faktor pertumbuhan lalu lintas. i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %. m : Waktu tertentu dalam tahun, sebelum UR selesai. n : Umur rencana (tahun). 1. Lalu lintas rencana Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kn (1 ton) bila diambil dari survai beban. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus berikut : JSKN JSKNH 365 RC (2.7) Dengan pengertian : JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana. JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka. R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (2.5) atau Rumus (2.6), yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana. C : Koefisien distribusi kendaraan 1. Faktor keamanan beban Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan telihat pada

Tabel 3 : Faktor Keamanan Beban (FKB) a. Prosedur perencanaan pelat Langkah-langkah dalam prosedur perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Pilih suatu tebal plat tertentu. 2. Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta harga k tertentu maka teganganlentur yang terjadi pada plat beton ditentukan dari grafik STRT, grafik STRG dan grafik SGRG. Berikut adalah cara menarik garis grafik perencanaan beban sumbu STRG atau STRT untuk mendapatkan tegangan berdasarkan beban sumbu, modulus reaksi subgrade dan nilai CBR yaitu : a. Tarik garis lurus secara horizontal yang menghubungkan antara titik nilai CBR rencana dan modulus reaksi subgrade (k) kearah kanan. b. Titik yang mewakili nilai beban sumbu yang telah diketahui ditarik ke atas sejajar dengan garis grafik hingga menyentuh garis lurus horizontal yang menghubungkan antara titik nilai CBR rencana dan modulus reaksi subgrade (k). c. Titik pertemuan antara garis nilai beban sumbu dengan garis nilai CBR dan (k) ditarik lagi secara lurus vertical ke atas sehingga menyentuh grafik yang menunjukan angka sesuai dengan tebal perkerasan beton rencana, lalu ditarik kea rah kiri grafik kenudian baca nilai tegangan (MPa) yang didapat. Nilai tegangan (MPa) yang didapat kemudian dikalikan dengan nilai MR yang diketahui sehingga didapat nilai tegangan dalam satuan (kg/ m 2 ) a. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang terjadi pada plat dengan Modulus of Rupture Beton b. Jumlah pengulangan beban yang diizinkan ditentukan berdasark:an harga perbandingan tegangan, seperti ditunjukkan pada Tabel 4 Tabel 4. Jumlah pengulangan Beban yang diizinkan.

a. Untuk perbandingan tegangan 0,50 jumlah pengulangan beban adalah tidakterhingga. b. Persentase fatique untuk tiap-tiap kombinasi konfigurasi/beban sumbu ditentukan dengan membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban yang diizinkan. c. Cara total fatique dengan menjumlahkan fatigue dari seluruh kombinasi konfigurasi/beban sumbu. d. Langkah-langkah a sampai d diulangi hingga didapatkan plat terkecil dengan total fatique yang lebih kecil atau sama dengan 100%. Ketebalan ini berlaku untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton bersambung dengan tulangan dan perkerasan beton menerus. berfariasi, kelompokkan nilai tersebut dengan nilai yang sama/ lebih besar. Berikut data CBR tanah dasar yang di dapatkan dapat dilihat pada tabel 5berikut : Tabel 5. Data Nilai CBR Lapangan dan grafik CBR Hasil dan Pembahasan Analisa Data Hidologi Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 2 arah dengan umur rencana 20 tahun. Data parameter perencanaan perkerasan beton semen yang dibutuhkan antara lain: CBR tanah dasar Dilakukan tes CBR pada tanah lapangan dengan jarak ± 100 meter dengan 20 kali pengetesan, sehingga didapat nilai CBR tanah asli yang Pada kontrak nilai CBR yang diambil adalah pada kepadatan 95 % maka didapat nilai CBR design pada kepadatan tersebut adalah 6 %. Kuat tekan beton Diasumsikan jalan yang dibangun akan dilalui kendaraan berat karena jalan tersebut dibangun untuk akses jalan

menuju pabrik, sehingga direncanakan lapis beton yang mempunyai mutu tinggi dengan kuat tekan beton 350 kg/cm 2. Bahan pondasi bawah Bahan pondasi bawah yang digunakan pada setiap konstruksi perkerasan beton semen berbeda-beda, tergantung kepada kekuatan tanah dasar (nilai CBR) dari lokasi proyek. Jika tanah dasar yang akan di gunakan kurang baik maka di buat lapisan pondasi bawah yang berada antara tanah dasar dan perkerasan beton semen. Pada umumnya tanah dasar di Indonesia memiliki kekuatan yang baik untuk di bangun konstruksi perkerasan beton semen, namun pada pelaksanaanya tetap dibuat lantai kerja biasa disebut campuran beton kurus (lean-mix concrete). Pertumbuhan lalu lintas (i) = 5 % per tahun Data pertumbuhan lalu lintas didapat berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh konsultan perencana, berdasarkan pengamatan itu didapat pertumbuhan lalu lintas 5% tahun. Umur rencana (UR) = 20 tahun Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi jalan yang bersangkutan (dapat ditentukan dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut, atau cara lain), yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan tebal beton semen direncanakan dengan umur rencana 20-40 tahun. Peranan jalan = arteri bebas hambatan Jenis peranan jalan ditentukan berdasarkan atas data lalulintas harian rata-rata berdasarkan perhitungan volume lalulintas dan konfigurasi sumbu serta fungsi jalan dalam menghubungkan suatu daerah. Data lalu lintas harian rata-rata berdasarkan perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data survey yang dilakukan oleh konsultan perencana, sehingga berdasarkan pengamatan itulah didapat data sebagai berikut : Data lalu lintas Harian ( LHR) - Mobil penumpang (1 + 1)ton = 1.920buah/hari - Bus(3 + 5) ton =483buah/hari - Truk 2 as kecil(2 + 4)ton =1.280buah/hari - Truk 2 as besar(5 + 8) ton = 920 buah/hari - Truk 3 as(6 + 14) ton =1.302buah/hari - Truk Gandeng (6+14+5+5) ton= 10 buah/hari

Penyelesaian : JKN 3653.995 33,886 Dari data diatas dapat dihitung jumlah sumbu kendaraan niaga (berat total 5 ton) selama umur rencana sebagai berikut: Tabel 6. Konfigu JKN 49.411.718, 05 kendaraan 2. Mengitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Tabel 8. JSKNH rasi beban sumbu 1. Mengitung Jumlah Kendaraan Niaga Harian (JKNH) Tabel 7. JKNH Maka JSKN 365 JSKNH R JSKN 3658.010 33,886 JSKN 99.070.803,90 kendaraan 3. Menghitung Persentase Beban Sumbu Tabel 9. Pembagian Beban Sumbu R = Maka R 1 i e UR log 1 1 i Faktor pertumbuhan lalu lintas yang besarnya berdasarkan faktor pertumbuhan lalu lintas (i) dan umur rencana (n) R 20 1 5% 1 33,886 e log 1 5% JKN 365 JKNH R Tabel 10. Persentase Beban Sumbu

4. Menghitung repetisi kumulatif masingmasing beban sumbu dengan koefesien distribusi ( C ) = 0.5,Jumlah Repetisi Kumulatif Selama Umur Rencana = JSKN X Persentase Konfigurasi Sumbu x C. Tabel 11. Repetisi Kumulatif Beban Sumbu dasar dengan tebal rencana pelat beton. Kekuatan tanah dasar dengan nilai CBR = 6% atau setara dengan nilai K = 42 kpa/mm. Coba tebal pelat beton 200 mm dengan K = 42kPa/mm Menghitung Tegangan yang Terjadi menggunakan grafik STRT, STRG, dan SGRG Tabel 13 Tegangan Yang Terjadi 5. Menghitung beban sumbu dengan faktor keamanan beban (F KB ) = 1.1 (dari table 2.5). Bban Sumbu Rencana = Beban Sumbu X Faktor Keamanan Faktor keamanan ini nilainya sesuai dengan klasifikasi jalan yang direncanakan (Jalan Arteri = 1,1). Tabel 12. Beban Sumbu dengan FK Gambar 1 : grafik STRT 6. Menghitung Tegangan yang Terjadi Ditentukan berdasarkan nomogram STRT, STRG dan SGRG, berdasarkan hubungan antara beban sumbu, Modulus Reaksi tanah dasar atau nilai CBR(California Bearing Ratio) tanah

Gambar 2 : grafik STRG Kuat Tekan Beton =350 kg/cm 2 f`c 350/9,8 = 35,71 Mpa > 30 Mpa (syarat Minimum) fr = 0,62 35,71 = 3,7 Mpa (37 kg/cm 2 ) > 3,5 Mpa (syarat minimum) Perbandingan Tegangan = Tegangan yang terjadi dibagi dengan fr Tabel 14. Perbandingan Tegangan Gambar 3: grafik STdRG 8. Menghitung Jumlah Repetisi Izin yang Terjadi Ditentukan dengan nilai dari Tabel 16. dengan nilai yang dimasukkan adalah nilai dari perbandingan tegangan Tabel 4.16 Repetisi izin 7. Menghitung Perbandingan Tegangan

9. Menghitung jumlah persentase fatique Tabel 16. Repetisi Kumulatif As 11,76( F. L. h) fs dimana Dari tabel persentase fatique jika menggunakan tebal rencana 200 mm terlihat bahwa total fatique yang terjadi 0 % < 100% maka tebal pelat boleh digunakan. Slab Beton K-350 Subgrade ( Tanah dasar ) 4.2 Perhitungan tulangannya Penulangan pada perkerasan beton semen ini bersambung dengan tulangan Dengan data : - Tebal plat beton = 200 mm - Lebar pelat = 8 meter (untuk satu lajur) - Panjang pelat = 20 meter (jarak antar sambungan) Penyelesaian : 4.2.1 Tulangan memanjang dan melintang Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung menggunakan persamaan berikut : 20cm As = luas tulangan yang diperlukan F = Koefesien gesekan antara pelat beton Dengan lapis dibawahnya L = jarak antar sambungan (m) h = tebal pelat ( mm) fs = tegang tarik ijin (Mpa) ( ± 230 Mpa), di misalkan U 24 dengan fs 240 Mpa a. tulangan memanjang 11,76.( F. L. h) As fs 11,76x(0.9x20x200) As 176mm 240 2 / ' mlebar As > A s perlu, Dipergunakan tulangan diameter 8 mm 2 ' 0,0014% x200x1000 200mm / m dengan jarak 150mm. b. Tulangan melintang 11,76( F. L. h) As fs 11,76x(0,9x8x200) As 240 As > A s perlu 70,56 2 ' mm m 2 ' 0,0014% x200x1000 280mm / m Dipergunakan tulangan diameter 8 mm, jarak 150 mm Pembebanan 1. Dowel

Untuk menentukan penulangan dowel yang akan digunakan, dapat menggunakan tabel 17 berikut ini Tabel 4. 19Penulangan dowel Gambar 4 Jarak Tie Bars maksimum menurut ASHTO (1986) untuk tulangan baja grade 40 dan F = 1,5 Berdasarkan pada tabel 17 dengan ketebalan pekerasan 200 mm deidapatkan diameter dowel 25 mm, panjang dowel 450 mm dan jarak 300 mm,. 1. Tie Bars Tie Bars merupakan batang pengikat berupa potongan baja yang diprofilkan yangdipasang pada sambungan lidah alur dengan maksud untuk mengikat pelat agar tie bars tidak bergerak searah horizontal. Batang pengikat dipasang pada sambungan memanjang. Untuk menentukan dimensi batang pengikat, menurut AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1986, dapat digunakan grafik gambar 4 Berikut adalah cara menarik grafik 4.11 untuk mendapatkan jarak Tie Bars maksimum adalah sebagai berikut : Tarik garis berdasarkan titik angka yang menunjukan lebar plat beton yang telah direncanakan secara lurus 90 ke bawah hingga memotong garis grafik yang menunjukan angka yang sesuai dengan ketebalan beton rencana. Titik pertemuan antara kedua garis tersebut ditarik ke arah kanan grafik secara lurus (horizontal) hingga di dapatkan

angka jarak tie bars yang di perlukan. Dari pembacaan grafik diatas untuk tebal pekerasan 200 mm digunakan Tie Bars berdiameter 16 mm, Jarak900 mm dan panjang 765 mm Kesimpulan Dari hasil perhitungan tinjauan ulang perencanaan tebal perkerasan proyek jalan PLTU Bungus Teluk Kabung Padang, dengan menggunakan Metoda Bina Marga maka dapat diambil kesimpulan : 1. Perkerasan jalan ini menggunakan perkerasan kaku ( rigid pavement ). 2. Tebal slab beton didapatkan 200 mm dengan panjang plat 20 m 3. Menggunakan Tulangan Wirm mesh D 8 mm jarak 150 mm 4. Menggunakan tulangan dowel D 25 mm, panjang 450 mm, jarak pemasangan 300 mm Menggunakan tulangan Tie Bar D 16 mm, panjang 765 mm, jarak pemasangan 900 mm..[2]hendarsin, Shirley L, (2000) Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Bandung: Politeknik Negeri Bandung [3]Dipohosodo, Istimawan (1994) Stuktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Jakarta : Pustaka Utama Daftar Pustaka Buku [1] Direktorat Jendral Bina Marga (1983) Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Raya, No.01/PD/B/1983, Departemen Perkerjaan Umum.