B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I-29 Zona Sumbagteng mengalami perlambatan cukup tajam, dari 5,37% pada triwulan IV-29 menjadi 3,63% (tabel 1.1.). Realisasi pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada KER Zona Sumbagteng edisi sebelumnya yang diprediksi masih dapat tumbuh sekitar 4,-4,5%. Semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng disebabkan oleh turut melambatnya permintaan domestik khususnya investasi dan konsumsi rumah tangga yang sempat menjadi penopang bagi perekonomian Zona Sumbagteng. Lebih lagi, apabila dibandingkan triwulan IV-28, pertumbuhan sektor domestik pada triwulan I-29 hanya meningkat,2%, bahkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dibandingkan triwulan IV-28 berkontraksi sebesar 1,31%. Dari sisi perusahaan, pertumbuhan investasi menurun seiring dengan ekspektasi dunia usaha yang memperkirakan krisis akan semakin dalam menimpa perekonomian Indonesia dalam dua tahun ke depan. Dari sisi rumah tangga, konsumsi triwulan I-29 memasuki siklus yang menurun. Kurs rupiah yang masih cukup tinggi, serta tidak ada hari raya keagamaan merupakan faktor-faktor yang membuat pertumbuhan konsumsi melambat meskipun ekspektasi inflasi menunjukkan penurunan. Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Menurut Jenis Penggunaan (%, y-o-y) 27 28 29 Pertumbuhan Tahunan per triwulan Total PDRB 4.83 4.47 5.14 5.54 5.21 7.12 6.81 5.37 3.63 Domestik 3.81 9.74-1.72 8.4 7.44 8.58 11.44 1.72 1.9 Konsumsi Rumah Tangga 5.79 6.9 8.23 8.37 9.3 8.92 9.63 1.4 6.44 Konsumsi Pemerintah 4.2 6.9 8.68 8.65 1.76 7.77 8.56 7.49 7.74 Investasi PMTB 14.7 9.53 6.8 1.36 11.45 13.15 14.31 12.25 8.63 Perubahan Stok -264.87-46.75-117.78 27.36 112.28 88.26-6.49 9.39-51.74 Eksternal 7.9-5.93 75.65 -.53.34 3.76-3.65-6.98-11.42 Ekspor 11.48 4.94 38.2 9.45 8.66 1.16 6.14 1.58.34 Impor 16.32 17.66 15.19 19.78 17.1 16.14 15.2 8.94 1.56 Catatan : Komponen PDRB tidak termasuk perubahan stok dan statistical discrepancy Sumber : Estimasi Staf KBI Tabel 1.2. Pangsa PDRB Menurut Jenis Penggunaan (%) 27 28 29 Total PDRB 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. Domestik 68.49 69.69 69.32 69.78 69.95 7.64 72.32 73.32 74.31 Konsumsi Rumah Tangga 41.68 42.33 42.59 42.8 43.2 43.5 43.71 44.84 44.37 Konsumsi Pemerintah 7.12 7.3 7.33 7.47 7.5 7.34 7.45 7.62 7.79 Investasi PMTB 21.36 21.39 21.44 22.19 22.63 22.59 22.94 23.64 23.72 Perubahan Stok -1.67-1.34-2.4-2.68-3.38-2.35-1.79-2.78-1.57 Eksternal 31.51 3.31 3.68 3.22 3.5 29.36 27.68 26.68 25.69 Ekspor 62.6 62.72 63.85 65.33 64.66 64.5 63.45 62.98 62.61 Impor 31.9 32.41 33.16 35.12 34.6 35.14 35.77 36.31 36.92 Catatan : Komponen PDRB tidak termasuk perubahan stok dan statistical discrepancy Sumber : Estimasi Staf KBI Pangsa permintaan domestik semakin meningkat seiring dengan melemahnya kinerja sektor eksternal. Pada tabel 1.2. terlihat bahwa sumbangan permintaan domestik terhadap perekonomian Zona Sumbagteng terus meningkat dari 68,49% pada triwulan I-27 menjadi 74,31% pada triwulan I-29. Meningkatnya pangsa permintaan domestik tersebut bersumber dari
Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari unit pertumbuhan konsumsi dan investasi yang cukup stabil. Selama enam triwulan terakhir, konsumsi pemerintah rata-rata tumbuh di atas 8% sementara investasi PMTB tumbuh antara 11-13%, sedangkan konsumsi rumah tangga terpuruk di triwulan I-29 hanya tumbuh 6,44%. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi pergeseran struktur ekonomi akibat krisis keuangan global dimana peran permintaan domestik semakin penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 Penjualan sepeda motor SUMBAR JAMBI 1,4. 1,2. 1,. 8. 6. 4. 2. - Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb 28 29 28 29 Sumber : DPKD dan Grafik 1.1. Perkembangan Penjualan Sepeda Motor di dan Sumber : KBI Grafik 1.2. Pemasukan Kas Negara di dan 12 1,, 1 9,, 8,, 8 7,, 6 4 2 6,, 5,, 4,, 3,, 2,, Kepri 1,, Sumber : BPS Grafik 1.3. Nilai Tukar Petani Sumber : BI Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Beberapa indikator di atas menunjukkan bahwa permintaan domestik mulai menunjukkan arah yang melambat. Penjualan sepeda motor terus menunjukkan arah yang menurun sejak bulan September 28 (grafik 1.1.). Penerimaan kas negara dari pajak juga menunjukkan tren yang menurun sejak Desember 28 (grafik 1.2.). Nilai tukar petani yang menurun sejak September 28 mempengaruhi konsumsi rumah tangga hingga triwulan I-29. Penurunan NTP ini terutama disebabkan jatuhnya harga CPO internasional yang mengakibatkan anjloknya harga Tandan Buah Segar hingga mencapai Rp 3/kg di tingkat petani. Dari sisi pembiayaan oleh perbankan, pertumbuhan kredit konsumsi menunjukkan perlambatan yang terjadi hampir di seluruh provinsi di Zona Sumbagteng (grafik 1.4.) Hal ini diikuti dengan semakin memburuknya kolektibilitas kredit yang akan dijelaskan pada bab perbankan. Ekspor Sumbagteng masih menunjukkan arah yang menurun meski tidak setajam triwulan I-29. Grafik 1.5. menunjukkan bahwa hingga Januari 29, ekspor beberapa komoditas utama Sumbagteng masih mengalami tekanan meski tidak sekuat bulan-bulan sebelumnya. Faktor
Jan-8 Feb-8 Mar-8 Apr-8 May-8 Jun-8 Jul-8 Aug-8 Sep-8 Oct-8 Nov-8 Dec-8 Jan-9 Feb-9 Mar-9 Jan'6 Mrt'6 Mei'6 Jul'6 Sep'6 Nov'6 Jan'7 Mrt'7 Jun'7 Agst'7 Okt'7 Des'7 Feb'8 Apr'8 Jun'8 Agst'8 Okt'8 Des'8 Rp/Kg Jan'7 Mrt'7 Mei'7 Jul'7 Sep'7 Nov'7 Jan'8 Mrt'8 Mei'8 Jul'8 Sep'8 Nov'8 Jan'9 USD kenaikan harga CPO internasional yang disebabkan kenaikan permintaan CPO di India dan China diperkirakan akan meningkatkan ekspor komoditas ini pada bulan-bulan mendatang. Grafik 1.7. menunjukkan harga CPO mulai menunjukkan tren yang meningkat meski sangat jauh dari harga tertinggi pada triwulan I-28. Impor Sumbagteng yang didominasi dengan bahan baku juga menunjukkan arah yang menurun. Penurunan impor ini mengindikasikan bahwa kegiatan sektor-sektor yang membutuhkan barang-barang tersebut mengalami penurunan pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini dikonfirmasi dengan perlambatan sektor industri di Provinsi dan kontraksi di Kepulauan. Penurunan harga CPO pada triwulan sebelumnya juga mempengaruhi impor pupuk sebagai salah satu bahan baku utama perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan beberapa anekdotal informasi, perusahaan perkebunan kelapa sawit melakukan efisiensi dengan melakukan pengurangan pemberian pupuk seiring dengan jatuhnya harga CPO, juga melakukan penundaan perluasan areal lahan menunggu perkembangan harga CPO.,,,,,,,,,, 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS 75 - OFFICE MACH.& AUT.DATA PROC. 2,, 18,, 16,, 14,, 12,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, TOTAL NILAI EKSPOR 2 - CRUDE MATERIALS, INEDIBLE 5 - CHEMICAL 6 - MANUFACTURED GOODS 7 - MACHINERY & TRANSPORT EQP Grafik 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumbagteng Grafik 1.6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Sumbagteng Harga CPO Spot Medan 3. Impor Pupuk (Ribu Ton) 14 12 1 11969 25. 2. 8 6 4 2 4372 6517 15. 1. 5. - Sumber : Bappebti Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Grafik 1.8. Perkembangan Impor Pupuk
Ton Ton Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%, y-o-y) 27 28 29 Pertumbuhan Tahunan per triwulan Total PDRB 4.83 4.47 5.14 5.54 5.21 7.12 6.81 5.37 3.63 Tradeable 3.48 2.78 3.31 3.62 3. 5.89 5.51 3.63 2.17 Pertanian 5.7 5.51 6.2 6.32 5.46 5.66 5.72 2.89 3.78 Pertambangan dan Penggalian.42 -.26 -.25 -.32 -.2 5.43 4.9 3.6 2.54 Industri Pengolahan 7.2 5.27 6.54 7.44 5.75 6.78 6.22 4.31.29 Non Tradeable 7.71 8.6 9.2 9.54 9.93 9.73 9.33 8.6 6.27 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4.53 5.76 7.43 7.7 1.21 7.52 -.2.23 3.37 Bangunan 9.69 11.55 13.89 16.1 15.94 14.66 13.11 12.34 9.7 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.33 7.26 8.2 7.89 8.68 9.17 8.91 6.25 4.5 Pengangkutan dan Komunikasi 8.16 8.42 9.7 9.44 1.35 9.85 9.62 9.41 6.98 Keuangan 8.52 9.59 1.72 12.69 12.18 11.4 11.9 9.56 8.7 Jasa-Jasa 7.3 7.14 7.93 8.48 8.1 7.72 7.85 8.16 7.44 Sumber : estimasi Staf KBI Dari sisi penawaran, sektor-sektor tradeables kembali mengalami perlambatan ekonomi merespon menurunnya kinerja perdagangan internasional (tabel 1.3). Penurunan harga internasional pada triwulan sebelumnya dan krisis finansial global sangat mempengaruhi kinerja sektor-sektor terkait pada triwulan laporan. Sektor pertanian masih tumbuh dibawah ratarata selama tahun 27-28. Sektor industri pengolahan juga berada pada arah yang sama karena banyak industri yang terkait dengan sektor pertanian, seperti industri CPO, minyak goreng & kertas. Seiring dengan penurunan permintaan domestik, kinerja sektor non-tradeables juga mengalami perlambatan. Beberapa sektor penyumbang pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang melambat dibawah rata-rata selama tahun 27-28, antara lain sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor bangunan. 4,. 6,,. 35,. 5,,. 3,. 25,. 2,. 15,. Sumatera Bara 4,,. 3,,. 2,,. Sumatera Bara 1,. 5,. 1,,.. 22122232425262728. 221222324252627 28 Grafik 1.9. Perkembangan Produksi Karet Grafik 1.1. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dalam jangka panjang, sektor pertanian masih menjadi andalan Sumbagteng. Perkembangan produksi karet, kelapa sawit, dan padi (grafik 1.9-1.11) masih menunjukkan arah yang positif. Produksi yang menurun dalam jangka pendek merupakan hal yang wajar. Namun permintaan produk-produk pertanian tidak akan mengalami penurunan yang permanen. Hal yang patut mendapatkan perhatian adalah terus menurunnya kinerja sektor pertambangan. Lifting minyak mentah terus mengalami penurunan terutama di Provinsi (grafik 1.12-1.13). Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai kebijakan ekonomi untuk memperkuat sektor lainnya guna mengantisipasi penurunan sektor pertambangan.
Barrel Ton Barrel 2,5,. 3 2,,. 25 2 1,5,. 1,,. 15 1 & South Sumatera Kepulauan 5,. Bengkulu 5. 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 2 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber : Dep ESDM Grafik 1.11. Perkembangan Produksi Padi 3 Grafik 1.12. Perkembangan Lifting Minyak Mentah di Provinsi 25 2 15 1 5 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 1 4 7 1 2 21 22 23 24 25 26 27 28 Sumber : Dep. ESDM Grafik 1.13. Perkembangan Lifting Minyak Mentah di Provinsi PERKIRAAN EKONOMI DAERAH Pertumbuhan ekonomi Zona Sumatera Bagian Tengah diperkirakan masih menunjukkan arah perlambatan pada triwulan II-29 dengan angka pertumbuhan antara 2,5-3,%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terjadi seiring dengan dampak krisis keuangan global yang semakin dalam. Dampak krisis melalui jalur perdagangan (trade channel) akan berdampak pada pertumbuhan ekspor Zona Sumbagteng yang diperkirakan akan menurun akibat permintaan dunia yang rendah. Harga internasional beberapa komoditas ekspor unggulan di Zona Sumbagteng yang masih lebih rendah dibandingkan sebelum puncak krisis keuangan global turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ini. Nilai tukar rupiah yang diperkirakan masih berada pada level relatif tinggi, akan tetap menekan industri manufaktur dengan meningkatnya biaya bahan baku impor. Berbagai insentif yang diberikan pemerintah melalui pengurangan pajak, masih memberi harapan bagi perusahaan untuk mempertahankan produksi output-nya, namun ekspansi bisnis masih akan tetap sulit dilakukan. Tabel 1.4. Perkembangan Pertumbuhan PDRB dan Proyeksi Triwulan II-29 I-27 II-27 III-27 IV-27 I-28 II-28 III-28 IV-28 I-29 II-29P Konsumsi 5.55% 6.78% 8.29% 8.41% 9.28% 8.75% 9.47% 9.97% 6.63% 7.81% - 8.33% Investasi -.26% 17.83% -38.51% 8.38% 2.88% 8.14% 16.49% 12.65% 19.21% 16.45% - 17.1% Ekspor Neto 7.9% -5.93% 75.65% -.53%.34% 3.76% -3.65% -6.98% -11.42% -16.23% - -15.82% PDRB Zona Sumbagteng 4.83% 4.47% 5.14% 5.54% 5.21% 7.12% 6.81% 5.37% 3.63% 2.5% - 3.%