BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

I. PENDAHULUAN. bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO tahun 2001 dalam buku karangan Haryadi, beras merupakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. pelindung alam sekitar (Zain, 1998). Menurut sumber dari Direktorat Jendral

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di. sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

BAB I PENDAHULUAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI..., RICKY SINGGIH PURNOMO,ARGOTEKNOLOGI, UMP 2017

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada masa pemulihan dari sakit. Kerena yoghurt mengandung

I. PENDAHULUAN. jenis jamur yang dapat serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur UKDW

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN. bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus serta memiliki kandungan gizi yang berfungsi untuk terapi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh serta memiliki aroma khas yang digunakan untuk penyedap masakan (Hartini, 2011). Dalam setiap 100 g umbi bawang merah terdapat kandungan protein 1,5 g; lemak 0,3 g; dan karbohidrat 9,3g. Selain itu, bawang merah mengandung tiamin 30 mg; riboflavin 0,04 mg; niasin 20 mg; dan asam askorbat 9 mg. Kemudian mengandung mineral kalium 334 mg; zat besi 0,8 mg; fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010). Bawang merah juga merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Selain sebagai bumbu masak, bawang merah juga bisa dimanfaatkan sebagai obat obatan berbagai penyakit seperti penyakit maag, masuk angin, kolesterol, kencing manis, menghilangkan lendir di tenggorokan sehingga memperlancar pernafasan dan peredaran darah (Samadi et al., 2005). Oleh sebab itu telah banyak petani yang membudidayakan bawang merah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Brebes. Di Kabupaten Brebes, ada 11 Kecamatan yang memproduksi bawang merah. Dua diantaranya yaitu berada di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan. Kedua Kecamatan ini memiliki 1

luas panen, kapasitas produksi serta kontribusi produksi yang tinggi diantara Kecamatan-Kecamatan lainnya di Kabupaten Brebes (Bahar, 2016). Tabel 1.1 menunjukan luas panen, produksi dan kontribusi produksi bawang merah Kabupaten Brebes menurut Kecamatan tahun 2014. Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Kontribusi Produksi Bawang Merah Kabupaten Brebes tahun 2014 No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Kontribusi produksi (%) 1 Larangan 8.335 100.486,5 26,73 2 Wanasari 7.075 102.568,0 27,28 3 Bulakamba 3.817 36.303,5 9,66 4 Brebes 3.269 38.230,0 10,17 5 Tanjung 1.873 18.488,6 4,92 6 Jatibarang 1.742 23.441,2 6,23 7 Songgom 1.336 15.728,8 4,18 8 Ketanggungan 1.272 19.080,0 5,07 9 Kersana 947 9.033,9 2,45 10 Losari 938 8.666,0 2,35 11 Banjarharjo 223 2.649,0 0,86 Jumlah 30.954 375.974,2 100,00 (Sumber: Anonim, 2014) Data produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2011-2015 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, walaupun pada tahun 2015 sempat mengalami penurunan. Adapun data produksi bawang merah tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Produksi Bawang Merah di Indonesia dari Tahun 2011-2015 Produksi Bawang Merah 2011 2012 2013 2014 2015 893,124 ton 964,195 ton 1,010,773 ton 1,233,984 ton 1,229,184 ton (Sumber: Anonim, 2015) Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah, petani petani di daerah semakin banyak yang menggunakan pupuk dan pestisida secara 2

berlebihan tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan pada lingkungan sekitar khususnya pada tanaman. Pada umumnya petani di daerah Brebes, menggunakan pestisida dengan mencampurkan 3 5 jenis pestisida dengan frekuensi menyemprot hampir setiap hari terutama pada musim penghujan (Hartini, 2011). Penggunaan pupuk dan pestisida yang melebihi batas dapat meningkatkan kandungan unsur logam berat di dalam tanah. Adanya logam berat dalam tanah pertanian dapat menurunkan produktivitas tanah dan kualitas hasil pertanian. Selain itu juga logam berat dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi produk pangan yang tercemar oleh. Hal ini karena logam berat terserap ke dalam jaringan akar yang selanjutnya masuk ke dalam rantai makanan (Subowo dalam Nurjaya et al., 2006). Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi sebesar lebih dari 5 g/cm 3 (Cornel et al., 2006). Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun terutama bagi manusia. Logam berat dalam tanah pada prinsipnya berada dalam bentuk bebas (mobil) maupun tidak bebas (immobil). Dalam keadaan bebas, logam berat dapat bersifat racun dan terserap oleh tanaman. Sedangkan dalam bentuk tidak bebas dapat berikatan dengan hara, bahan organik, ataupun anorganik lainnya. Dengan kondisi tersebut, logam berat selain akan mempengaruhi ketersediaan hara tanaman juga dapat mengkontaminasi hasil tanaman. Jika logam berat memasuki lingkungan tanah, maka akan terjadi keseimbangan dalam tanah, kemudian akan terserap oleh tanaman melalui akar, dan selanjutnya akan terdistribusi ke bagian tanaman lainnya (Charlena, 2004). 3

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pupuk fosfat mengandung logam berat Pb antara 5 156 ppm untuk tanah netral. Apabila pupuk tersebut digunakan secara terus menerus dengan dosis dan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan Pb yang tersedia dalam tanah sehingga meningkatkan serapan Pb oleh tanaman (Setyorini et al. dalam Kurnia et al. 1999). Selain terdapat dalam pupuk, logam berat Pb juga terdapat pada pestisida. Indikasi kemungkinan adanya Pb di dalam pestisida diduga pada bahan pestisida dimungkinkan mengandung logam berat Pb karena bahan baku pestisida berasal dari pengeboran minyak bumi (Hartini, 2011). Logam Pb (Plumbum) atau yang sering disebut timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya terutama bagi manusia karena merupakan zat beracun yang tidak dapat dihancurkan atau diubah bentuknya. Zat ini bersifat stabil dan terakumulasi di dalam darah (Parsa, 2001). Di dalam tubuh manusia, logam berat Pb dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil logam Pb dieksresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut (Widowati et al., 2008). Hasil penelitian pada sentra tanaman bawang di Kabupaten Tegal dan Brebes, diperoleh kadar Pb-total tanah tinggi berkisar dari 12,33-19,74 ppm, sedangkan kadar Pb-total dalam bawang merah berkisar dari 0,41-5,51 ppm (Nurjaya et al., 2003). Hasil penelitian Balai Penelitian Tanah pada tahun 2002, diketahui bahwa sebagian besar logam berat Pb dalam tanah dan bawang merah 4

sudah diatas ambang batas yang diperkenankan yaitu 12,75 ppm dan 2 ppm (Hartini, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mendalam dan berkesinambungan mengenai kandungan logam berat Pb di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapakah kandungan logam berat Pb dalam tanah dan bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. 2. Bagaimanakah pengaruh kandungan logam berat Pb pada tanah terhadap lahan dan umbi bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kandungan logam berat Pb dalam tanah dan bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. 2. Mengetahui pengaruh kandungan logam berat Pb pada tanah terhadap lahan dan umbi bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian sebagai bahan informasi bagi petani bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes dalam upaya menekan penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. E. Hipotesa 1 Diduga kandungan logam berat Pb pada tanah dan tanaman bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh Balai Penelitian Tanah. 2 Diduga kandungan logam berat Pb pada tanah dan tanaman bawang merah berpengaruh negatif terhadap lahan dan umbi bawang merah di Kecamatan Wanasari dan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. 6