BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Terdapat 8 tujuan di dalam MDGs antara lain: 1. Memberantas Kemikinan dan Kelaparan Ekstrem 2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Menurunkan angka kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV dan AIDS, Malaria serta penyakit lainnya 7. Memastikan kelestarian lingkungan 8. Promote global partnership for development Melihat kedelapan tujuan tersebut diatasi dan dari beberapa pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa masih jauhnya tujuan yang masih ingin dipenuhi oleh kabupaten Takalar untuk mencapai MDGs taun 2019 nanti. Kesiapan pemerintah daerah serta komitmen dan perhatian akan penyediaan adanya prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan harus segera dioptimalkan. Seagai salah satu contoh penyebab dari hal tersebut diatas adalah kurangnya pembangunan komitmen bagi bidang kesanitasian di Kabupaten Takalar baik di tingkat Pemerintah maupun di tingkat masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak di kabupaten, kecamatan dan pedesaan adalah adanya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dimana didalamnya setiap kabupaten/kota diharuskan untuk menyusun dokumen perencanaan sanitasi. Didalam Dokumen Perencanaan Sanitasi kabupaten/kota harus menyusun tiga (3) dokumen yaitu Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota, Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS). Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang berjarak kuang lebih 40 KM dari arah selatan ibu kota Propinsi, Makassar. Dan sebagai kabupaten dimana Implementasi Otonomi Daerah yang berjalan sejak Tahun 2001 membawa konsekwensi pada tanggungjawab daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan bermakna bahwa pembiayaan dan penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan telah didelegasikan kepada pemerintah daerah. Pendelegasian tugas dan fungsi ini dimaksudkan agar kebutuhan masyarakat dapat lebih tepat dialokasikan, jika sejak awal pelaksanaan pembangunan yaitu tahapan perumusan kebijakan dilakukan oleh pemerintah daerah 1
dengan memperhatikan aspirasi masyarakat termasuk dalam pembangunan sektor sanitasi guna menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan sebagai dasar menuju kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan pelayanan penyehatan lingkungan. Hal ini disebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat, tercermin dari perilaku masyarakat yang hingga sekarang masih banyak yang buang air di tempat yang tidak semestinya (sungai dan kebun). Selain itu sumber air yang tidak higienis juga menyebabkan tingkat penggunaan air bersih masih meninggalkan masalah yang serius, seperti yang terjadi di beberapa kecamatan yang sulit mendapatkan sumber air bersih. Berdasarkan kondisi di atas, maka Pemerintah Kabupaten Takalar mempunyai kewajiban untuk mengambil suatu tindakan yang lebih konkrit dengan ikut melaksanakan kebijakan nasional tentang pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan yang diantaranya melalui penyusunan Memorandum Program Sanitasi sebagai salah satu langkah strategis dalam pelaksanaan komitmen pembangunan sanitasi yang pada akhirnya dapat digunakan secara efektif, tepat tujuan, tepat sasaran dan layak dimanfaatkan. Hadirnya Memorandum Program Sanitasi ini juga diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan,, dapat dilaksanakan oleh seluruh SKPD terkait, sekaligus menjadi referensi bagi Pihak Swasta dan Masyarakat, sehingga memudahkan pencapaian seluruh target dan sasaran pembangunan Sanitasi di Kabupaten Takalar dan pada gilirannya dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan produktivitas serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum Program investasi kabupaten/kota merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten/kota dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum Program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/ Walikota/ Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan kabupaten/kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten/kota. Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang 2
mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan 1.2 Maksud Dan Tujuan Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan terminal seluruh program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota, Provinsi, Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 tahun, yang pendanaannya berasal dari berbagai sumber: APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), swasta maupun masyarakat, dan sebagainya. Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi (MPS) merangkum masukan dari Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan dokumen lainnya yang sejalan sejalan dengan hal tersebut, maka dokumen MPS ini juga harusnya terintegrasi kedalam dokumen lainnya yang telah disusun ataupun sementara tersusun seperti RTRWK, RPJMD, Renstra Kabupaten/Kota, dan lain-lain sehingga mampu menjadi satu kesatuan integrasi pembangunan sanitasi kedepan di Kabupaten Takalar. Memorandum Program merupakan penjabaran program sanitasi yang nyata yang menggambarkan program kegiatan serta komitmen pendanaan dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat, atau dari lembaga lainnya untuk program/kegiatan yang telah teridentifikasi. Memorandum Program merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 tahun). berikut.: Maksud Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Memorandum Program ini adalah sebagai 1. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah Kabupaten dan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai Expenditure Plan khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi. 2. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan. Tujuan: 1. MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kota. 2. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Takalar selama 5 tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 baik 3
pendanaan yang dialokasikan dari APBD Kabupaten, Propinsi, Pemerintah Pusat maupun sumber pendanaan lain non pemerintah. 3. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. 4. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kabupaten Taklar 5. Sebagai dasar masukan bagi umpan balik (feed-back) RPJMD pada periode berikutnya. Gambar 1.1 Skema Perencanaan Sanitasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 4
1.3 Wilayah Perencanaan Di dalam kebijakan penataan ruang nasional (PP. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN) seluruh wilayah Kabupaten Takalar masuk dalam KSN Perkotaan Mamminasata bersamaan dengan kawasan perkotaan Maros, Kota Makassar, perkotaan Sungguminasata dan perkotaan Takalar (ibukota kabupaten Pattalasang). Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5 O 3 5 O 38 Lintang Selatan dan 119 O 22 119 O 39 Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km 2. Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang berjarak kurang lebih 40 KM dari arah selatan ibu kota Propinsi, Makassar. Dan sebagai kabupaten dimana Implementasi Otonomi Daerah yang berjalan sejak Tahun 2001 membawa konsekwensi pada tanggungjawab daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan bermakna bahwa pembiayaan dan penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan telah didelegasikan kepada pemerintah daerah. Cakupan Wilayah layanan sanitasi Pemerintah Kabupaten Takalar dalam Strategi Sanitasi Kabupaten Takalar meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Takalar dimana terdapat 76 Desa dan 24 Kelurahan di 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Takalar. Adapun jangka waktu Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Takalar adalah 5 (lima) tahun dan setelah itu akan dilakukan review terhadap pemutakhiran data sanitasi. Untuk peta Memorandum Program Sanitasi (MPS) dapat dilihat pada Peta 1.1. di bawah ini : 5
Gambar 1.2 Wilayah Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Takalar 6
1.3.2 Arah Pengembangan Sebagai dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Takalar sangat diharapkan sebagai salah satu acuan (RPJP) dan memperhatikan RPJM Nasional serta (RKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan juga menjadi salah satu dokumen penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang sesuai dengan visi Misi perencanaan Sanitasi Kabupaten Takalar Tahun 2013. Langkah awal yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Takalar dalam penyusunan Memorandum Program Sanitasi adalah sebagai pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan sanitasi yang harus disinkronkan oleh seluruh SKPD terkait, sekaligus menjadi referensi bagi pihak swasta dan Masyarakat, sehingga memudahkan pencapaian seluruh target dan sasaran pembangunan sanitasi dikabupaten Takalar dan dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan serta memperbaiki kesejahteraan Masyarakat. Beberapa hal tersebut diatas mendorong Pemerintah Kabupaten Takalar untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Memorandum Program Sanitasi ini diharapkan mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi skala kabupaten. Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja Sanitasi, Pokja Sanitasi diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya. Untuk perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah khususnya Rencana Lahan Permukiman di Kabupaten Takalar dapat dilihat pada Gambar 1.3 7
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Takalar menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar tahun 2010-2030 dengan Visi : Takalar Terdepan Dalam Pelayanan Menuju Masyarakat Sejahtera, Berkeadilan, Beriman Dan Bertaqwa Semua ini dirangkum untuk menjadikan satu pemikiran di dalam membangun dan memperbaiki Kabupaten Takalar secara bersama sama. Sehingga menjadi sebuah rumusan dan suatu Komitmen Politik kepada masyarakat yang mengandung makna : Terdepan dalam Pelayanan. Memiliki pengertian sebagai sebuah pemerintahan yang mampu memberi jaminan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Masyarakat Sejahtera. Kesejahteraan masyarakat yang dimaksud adalah mereka merasa aman, nyaman, sehat, bebas dari rasa tertekan dan terpenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Berkeadilan. Mengandung pengertian bahwa pelayanan yang memuaskan dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan. Beriman dan Bertaqwa. Dimaksudkan untuk memberikan pegangan bahwa landasan pembangunan senantiasa berdasarkan nilai-nilai agama, moral dan etika. 8
Gambar 1.3 Gambar Rencana Pola Ruang Kabupaten Takalar MEM ORANDU M PROGRA M SANITASI KABUPATEN TAKALAR 9
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka pemerintahan akan melaksanakan lima Misi yaitu: 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, 2. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, 3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, 4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, 5. Meningkatkan penghayatan nilai keagamaan. Untuk menjaga konsistensi visi dan misi terutama di dalam menjabarkannya ke dalam kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah selama lima tahun ke depan, maka harus dibingkai dengan nilai-nilai budaya lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Takalar. 1.4 Metodologi 1.4.1 Metodelogi Penyusunan Dokumen Meomorandum Program Sanitasi Kabpaten Takalar Metode penyusuanan sebagai berikut: 1. Review SSK dan penetapan program prioritas 2. Internalisasi program kegiatan dan anggaran 3. Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi 4. Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah 5. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme pengangaran. Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dan yang lain sebagai berikut; 1. Melakukan review SSK khususnya untuk kerangka kerja logis, program, kegiatan dan penganggaran serta prioritas program 2. Melakukan konsultasi dengan SKPD Kabupaten Takalar 3. Melakukan Konsultasi Teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait penyususan MPS Kabupaten Takalar 4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif dengan pemerintah tingkat Kabupaten Takalar 5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran. 10
1.4.2 Sistematika Penyajian Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Takalar Sistematika penyusunan MPS Kabupaten Takalar terdiri dari 5 Bab, sebagai berikut; Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen. Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis. Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur. Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev. 11