ASPEK BIOLOGI MAKANAN DAN MORFOMETRIK SALURAN PENCERNAAN IKAN BUNTAL MAS (Tetraodon fluviatilis) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS, RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK BIOLOGI MAKANAN DAN MORFOMETRIK SALURAN PENCERNAAN IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS

Meliawati, Roza Elvyra, Yusfiati

INVENTARISASI JENIS-JENIS IKAN BUNTAL (FAMILI TETRAODONTIDAE) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS, KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN HIDUNG BUDAK Ceratoglanis scleronema (Bleeker 1862) DI DESA MENTULIK SUNGAI KAMPAR KIRI PROVINSI RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PROVINSI RIAU

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SENANGIN (Eleutheronema tetradactylum Shaw) DI PERAIRAN DUMAI

Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata

Stomach Content Analysis of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake, Tobasa Regency, North Sumatra Province.

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

STUDI ISI LAMBUNG IKAN OPUDI (Telmatherina celebensis) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN

Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SENGARAT (Belodontichthys dinema, Bleeker 1851) DI SUNGAI TAPUNG PROVINSI RIAU. Devika Aprilyn 1, Roza Elvyra 2, Yusfiati 2

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

BAB I PENDAHULUAN UMUM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SELAIS DANAU (Ompok hypophthalmus, Bleeker 1846) DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN TAPAH (Wallago leeri) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS DESA KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

KORELASI ANTARA KERAPATAN AVICENNIA DENGAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI RAWA KABUPATEN SIAK, RIAU

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke yang di

STUDI KOMPOSISI MAKANAN IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Pallas) di RAWA TERGENANG DESA MARINDAL KECAMATAN PATUMBAK

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

STUDI PENDUGAAN STATUS PECEMARAN AIR DENGAN PLANKTON DI PANTAI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKURAN MORFOMETRIK KEKERANGAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

HUBUNGAN PANJANG-BERAT DAN FAKTOR KONDISI WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULONPROGO

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

Variasi Zooplankton di Kolam Budi Daya Ikan Air Tawar di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPOSISI MAKANAN IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) DI RAWA TERGENANG DESA MARINDAL KECAMATAN PATUMBAK HADI SYAHPUTRA

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

LIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

2.2. Struktur Komunitas

STUDI MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BUJUK (Channa lucius CV) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG KIRI, KAMPAR RIAU

Yusfiati Dosen Fakultas MlPA UNRI Jurusan Biologi, Riau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BEBERAPAASPEK BIOLOGI IKAN SEMBILANG (Plotosus canius) DI PERAIRAN ESTUARIA BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SENGARAT (Belodontichtys dinema, Bleeker 1851) DI SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU ABSTRACT

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

PENGARUH UKURAN BUTIRAN SEDIMEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DIATOM BENTIK. Anita Padang *) FPIK Unidar Ambon ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

KONDISI MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG DIDARATKAN DI WILAYAH PRIGI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ichtyofauna in the Sok-sok Holbung, Aek Isa small river, Simarpinggan Village, Sipoholon District, North Tapanuli Regency, North Sumatera Province.

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Morfologis Ikan Bilih

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

PENGAMATAN JENIS-JENIS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. * korespondensi:

Transkripsi:

ASPEK BIOLOGI MAKANAN DAN MORFOMETRIK SALURAN PENCERNAAN IKAN BUNTAL MAS (Tetraodon fluviatilis) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS, RIAU Nining Puji Lestari¹, Yusfiati², Roza Elvyra² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia nining_pujilestari91@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this study was to obtain an overview of the biological aspects of food and obtain the data base on some parameters of the gastrointestinal tract of golden puffer fish (Tetraodon fluviatilis) from estuary waters of Bengkalis, Riau. Organisms which were found from the stomach of golden puffer fish were identified using Sachlan (1974) and Kottelat et al. (1993). The ratio of stomach weight /body weight, intestinal length/total body length, the ratio of intestinal length /total body length, the ratio of intestinal weight/body weight were statistically processed with linear regression (Annuddin, 2005). The result indicated that within the stomach of golden puffer fish were found natural foods that its a piece of fish, shrimp, and debris. Phytoplankton which found from stomach were the Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, Phyrophyceae. Furthermore, the zooplankton which found were Nematoda, Rotifera, Ostracoda, Cladocera, Copepoda, Dapnia. Intestinal on male golden puffer fish was 0.5 to 1 times of its total body length and female fish is from 0.6 to 1 times of its total body length. The ratio of stomach weight, intestine length, the ratio of intestinal length and the ratio of ISI (intestinal Somatic Index) has a positive correlation with total body length of golden puffer fish. Golden puffer fish male and female was considered as a carnivorous fish based on the type of food and the length of gut. Keywords: Morphometric, gastrointestinal tract, Tetraodon fluviatilis. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran aspek biologi makanan dan memperoleh data dasar mengenai beberapa parameter saluran pencernaan ikan buntal mas (Tetraodon fluviatilis) di Muara Perairan Bengkalis, Riau. Organisme yang ditemukan dari dalam lambung ikan buntal mas diidentifikasi menggunakan buku acuan Sachlan (1974) dan Kottelat et al. (1993). Rasio berat lambung/berat tubuh, panjang usus/panjang total tubuh, rasio panjang usus/panjang total tubuh, rasio berat usus/berat tubuh diolah secara statistic dengan regresi linier menurut (Annuddin, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lambung ikan buntal mas ditemukan makanan alami yaitu potongan ikan, udang, debris. Fitoplankton yang ditemukan dari lambung adalah Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, Phyrophyceae. Repository FMIPA 1

Selanjutnya, zooplankton yang ditemukan adalah Nematoda, Rotifera, Ostracoda, Cladocera, Copepoda, Dapnia. Usus pada ikan buntal mas jantan 0,5-1 kali dari total panjang tubuhnya dan ikan betina adalah 0,6-1 kali dari total panjang tubuhnya. Rasio berat lambung, panjang usus, rasio panjang usus dan rasio ISI (Intestinal Somatic Index) memiliki korelasi positif dengan panjang total tubuh ikan buntal mas. Ikan buntal mas jantan dan betina merupakan ikan karnivora berdasarkan jenis makanan dan panjang ususnya. Kata Kunci: Morfometrik, Saluran pencernaan, Tetraodon fluviatilis. PENDAHULUAN Ikan buntal (Tetraodon spp.) adalah salah satu ikan yang memiliki sumber daya hayati perikanan. Ada beberapa karakteristik khusus yang dimiliki ikan buntal yang bisa dibedakan dari ikan lainnya, yaitu ikan buntal mampu menggelembungkan diri sebagai perlindungan diri dari musuhnya. Di dalam tubuh ikan buntal memiliki kandungan racun yang disebut tetradotoksin (Chen et al. 2002; Huda 2004). Berdasarkan penelitian di Jepang, tetrodotoksin ditemui tidak tersebar pada seluruh tubuh ikan. Zat beracun ini lebih banyak ditemui di bagian hati, telur, kulit dan usus sedangkan zat beracun tersebut memiliki konsentrasi yang rendah, pada beberapa jenis ikan buntal bahkan tidak ditemukan. Jenis-jenis ikan buntal, yaitu ikan buntal hijau, ikan buntal putih tutul, ikan buntal duren, ikan buntal tutul, ikan buntal pasir, ikan buntal pisang dan ikan buntal mas (Huda 2004). Habitat ikan buntal adalah di laut, muara sungai, dan perairan tawar kawasan iklim sedang dan tropis (Kottelat et al. 1993). Jenis ikan buntal mas seringkali ditemukan di muara perairan Bengkalis, menurut Setyono (2008) muara perairan Bengkalis merupakan daerah transisi antara lingkungan air tawar dan asin yang rentan terhadap perubahan lingkungan dan sangat mempengaruhi kondisi perairan abiotik maupun biotik. Ikan buntal mas merupakan kelompok ikan omnivora. Berdasarkan informasi terdahulu tentang jenis-jenis makanan yang ada di dalam lambung ikan buntal mas yaitu molusca berukuran kecil, keong, kepiting, kerang, bahan material tumbuhan, selada air dan beberapa tumbuhan air (Dawes 2003). Menurut hasil penelitian Fitriati (2008) tentang morfometrik saluran pencernaan ikan buntal mas di Perairan Sungai Ibu Mandah di Indragiri Hilir tergolong ke dalam ikan karnivora. Sedangkan menurut penelitian Mujiatin (2008) menyatakan bahwa ikan buntal termasuk ikan karnivora yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya menjadi golongan ikan omnivora. Hal ini dapat terjadi karena kelimpahan makanan di dalam perairan dipengaruhi oleh perubahan musim yang dapat mempengaruhi ikan merubah kualitas dan kuantitas makanannya (Lowe-Mc Connell 1987). Berdasarkan informasi diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai aspek biologi makanan untuk mengetahui makanan alami ikan buntal mas dan morfometrik saluran pencernaan yang berguna untuk menggolongkan ikan dengan tepat kekelompok ikan yaitu karnivora, Repository FMIPA 2

hebivora, dan omnivora yang terdapat di muara perairan Bengkalis. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan mulai bulan April 2014 sampai bulan Oktober 2014. Lokasi pengambilan sampel di 3 muara perairan Bengkalis yaitu Sungai Pakning, Sungai Bengkel, dan Sungai Jangkang. Tiap lokasi pengambilan sampel dikumpulkan sebanyak 30 ekor yang ditangkap dengan alat tangkap berupa pancing. Pengidentifikasian makanan ikan buntal mas yang ada didalam lambung ikan dan morfometrik saluran pencernaan dilakukan di laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi- FMIPA, Universitas Riau. Organisme makanan ikan buntal mas di muara perairan diidentifikasi berdasarkan buku acuan Sachlan (1974) dan Kottelat et al. (1993). Data pengukuran rasio berat lambung/berat tubuh, panjang usus/panjang total tubuh, rasio panjang usus/panjang total tubuh, rasio berat usus/berat tubuh diolah secara statistic dengan regresi linier menurut Annuddin (2005) sedangkan data hasil isi lambung di analisis dengan perhitungan sebagai berikut : Kepadatan Relatif (Kr) = jumlah satu jenis makanan/jumlah seluruh jenis makanan x 100%, Frekuensi Kehadiran (Fk) = jumlah lambung berisi satu jenis makanan/jumlah seluruh lambung yang berisi x 100% (Effendie 1979). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Buntal Mas Ikan buntal mas yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 90 ekor, yang terdiri dari 61 ekor ikan jantan dan 29 ekor ikan betina (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian berdasarkan bulan pengambilan sampel. Ikan Buntal Mas Jantan Betina Total April (2014) 26 ekor 21 ekor Agustus (2014) Oktober (2014) 17 ekor 18 ekor 6 ekor 2 ekor Total 61 ekor 29 ekor 90 ekor Ikan buntal mas yang di dapatkan selama penelitian memilki panjang total yang bervariasi. Kisaran panjang total ikan berkisar 37 sampai 147 mm dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok ukuran panjang (Gambar 1). 50 40 30 20 10 0 Jumlah 41 21 16 8 3 0 0 0 0 0 1 0 37-57 58-78 79-99 100-120 121-141 142-162 Selang kelas ukuran panjang tubuh (mm) Jantan Betina Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan buntal mas jantan dan betina yang tertangkap di muara perairan Bengkalis Kisaran panjang total ikan buntal mas jantan dan betina yang banyak tertangkap adalah 37-57 mm yang berada pada selang kelas ukuran kecil. Hal ini dikarenakan daerah yang agak dalam karena ikan buntal adalah ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar perairan (Kottelat et al. 1993). Oleh Repository FMIPA 3

karena itu perlu dilakukan teknik khusus dan alat tangkap ikan yang lebih tepat untuk memperoleh ikan yang berukuran lebih besar yang berada di dasar perairan. Kebiasaan Makanan Ikan Buntal Mas Pada ikan buntal mas jantan yang berjumlah 61 ekor terdapat 36 lambung ikan yang berisi dan 25 lambung ikan yang kosong sedangkan ikan buntal mas betina yang berjumlah 29 ekor terdapat 16 lambung ikan yang berisi dan 13 lambung ikan yang kosong. Jenis Makanan Jenis makanan yang ditemukan pada lambung ikan buntal mas dikelompokkan menjadi 3 yaitu potongan ikan, potongan udang, dan debris (kelompok potongan-potongan tubuh organisme dari kelompok yang sudah dicerna yang tidak dapat diidentifikasi lagi). Hasil frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal mas jantan disajikan pada Tabel 2 dan betina disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Jenis Makanan Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal mas jantan Jumlah Sampel (n=36) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi kehadiran (%) Potongan Ikan 10 7,75 27,77 Potongan Udang 16 12,40 44,44 Debris 6 4,65 16,66 Tabel 3. Jenis Makanan Potongan Ikan Potongan Udang Debris Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal mas betina Jumlah Sampel (n=12) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi kehadiran (%) 3 3,70 25 10 12,34 83,33 4 4,93 33,33 Pada hasil analisis frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif tersebut menunjukkan jenis makanan yang paling banyak atau disukai oleh jenis ikan buntal mas jantan, diantaranya potongan udang (44,44 % dan 12,40 %) dan potongan ikan (27,77% dan 7,75%) sedangkan pada ikan buntal betina adalah potongan udang (62,5% dan 12,34%) serta potongan ikan (18,75% dan 3,70%) sehingga ikan buntal mas termasuk kedalam kelompok ikan karnivora. Hal ini sesuai dengan yang dituliskan George (1976) bahwa Tetraodontidae merupakan pemakan organisme kelompok ikan karnivora. Pada lambung ikan buntal mas tersebut terdapat makanan yang lunak dan keras, bagian yang keras berupa potonganpotongan tulang, sirip ikan dan potongan-potongan kaki udang. Berdasarkan hasil penelitian Lopez-Jamar dalam Efriyeldi (1999) tingginya frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif potongan udang pada lokasi ikan buntal mas yang banyak ditemukan di muara perairan Bengkalis yang merupakan daerah estuaria dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi, karena menurut Knox (1986) dalam Efriyeldi (1999) sedimen yang berada di estuaria berasal dari beberapa sumber yaitu dari daratan yang dibawa air sungai (fluvial sediment) dan dari Repository FMIPA 4

laut (marine sediment) sehingga menurut Nybakken (1992) bahwa keberadaan sedimen di dasar perairan sangat dipengaruhi oleh banyaknya partikel tersuspensi karena semakin tinggi kandungan tersuspensi yang dibawa air tersebut maka semakin tinggi pula endapan lumpur di estuaria. Nybakken (1992) juga menjelaskan kebanyakan estuaria terdapat substrat lumpur yang mendominasi karena keberadaan lumpur merupakan penjebak bahan organik yang baik yang terdapat di dalam muara perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan tertinggi dari ikan buntal mas dari 3 lokasi pengambilan sampel yaitu Sungai Jangkang, Sungai Bengkel dan Sungai Pakning adalah potongan udang. Ikan buntal mas yang tertangkap pada 3 muara perairan Bengkalis terdiri dari 20 lambung ikan yang berisi dari Sungai Jangkang, 17 lambung ikan yang berisi dari Sungai Bengkel, dan 15 lambung ikan yang berisi dari Sungai Pakning. Hasil frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan di 3 muara perairan Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 4. Kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran memperlihatkan bahwa yang banyak ditemukan adalah potongan ikan dengan persentase tertinggi pada sungai Bengkel yaitu kepadatan relatif 76,92% dan frekuensi kehadiran 58,82%, potongan udang dengan persentase tertinggi pada sungai Jangkang yaitu kepadatan relatif 68,75% dan frekuensi kehadiran 55%, sedangkan yang sedikit bahkan tidak ditemukan adalah potongan ikan di sungai Jangkang dan udang tidak ditemukan pada sungai Bengkel. Hal ini menunjukkan bahwa pada 3 muara perairan Bengkalis yaitu sungai Jangkang, sungai Bengkel dan sungai Pakning memiliki jumlah persentase makanan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyebaran organisme sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan tersebut (Efendie 1979). Jenis makanan dari kelompok fitoplankton dan zooplankton juga terdapat didalam lambung ikan buntal mas jantan dan betina. Hasil frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan fitoplankton dan zooplankton dalam lambung ikan buntal mas jantan dapat dilihat pada Tabel 5 dan betina pada Tabel 6. Air yang mengisi lambung pada saat terjadi pengosongan kantung di lambung dikeluarkan melalui celah insang yang berada di bagian anterior sirip dada. Hal ini diduga pada saat ikan buntal mas kehilangan makanan utamanya di perairan maka ikan buntal mas akan memakan fitoplankton dan zooplankton yang jumlahnya melimpah untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya pada jumlah makanan utama yang berkurang di perairan tersebut. Di dukung oleh pernyataan Welcomme (2001), jenis makanan yang dimakan oleh ikan tergantung pada ketersediaan jenis makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis seperti panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk tubuh dan tingkah lakunya. Berbeda dengan hasil penelitian Suryani (2013),ditemukannya fitoplankton dan zooplankton di dalam lambung ikan buntal diduga pada saat ikan buntal mempertahankan diri dari predatornya, lambung ikan buntal akan membesar dengan cara memasukkan air dan udara ke dalam lambung air dan Repository FMIPA 5

Tabel 4. Frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan ikan buntal mas di tiga muara perairan Bengkalis No. Jenis Makanan Jumlah Sampel J (20) B (17) P (15) Kepadatan relatif (%) Frekuensi Kehadiran (%) J B P J B P 1. Potongan Ikan - 10 4-76,92 33,33-58,82 26,67 2. Potongan Udang 11-7 68,75-58,33 55-46,67 3. Debris 5 3 1 31,25 23,08 8,33 25 17,65 6,67 Ket : J = Jangkang, B = Bengkel, P = Pakning Tabel 5. Komposisi, frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal mas jantan No. Jenis Makanan Jumlah Sampel (n=33) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi kehadiran (%) A FITOPLANKTON I. BACILLARIOPHYCEAE 21 26,58 63,63 1. Synedra sp. 1 1,27 3,03 2. Navicula hustedii 2 2,53 6,06 3. Melosira sp. 4 5,06 12,12 4. Nitzchia sp. 5 6,33 15,15 5. Diatoma vulgare 9 11,39 27,27 II. CHLOROPHYCEAE 15 18,99 45,45 1. Volvox sp. 15 18,99 45,45 III. EUGLENOPHYCEAE 2 2,53 6,06 1. Euglena gracilis 2 2,53 6,06 IV. PHYROPHYCEAE 1 1,27 3,03 1. Ceratium fusus 1 1,27 3,03 B ZOOPLANKTON 40 50,63 121,21 1. Nematoda 14 17,72 42,42 2. Rotifera 10 12,66 30,30 3. Ostracoda 5 6,33 15,15 4. Copepoda 8 10,13 24,24 5. Cladocera 3 3,79 9,09 Repository FMIPA 6

Tabel 6. Komposisi, frekuensi kehadiran dan kepadatan relatif jenis makanan dalam lambung ikan buntal mas betina No. Jenis Makanan Jumlah Sampel (n=16) Kepadatan Relatif (%) Frekuensi Kehadiran (%) A FITOPLANKTON I. BACILLARIOPHYCEAE 19 23,43 118,75 1. Synedra sp. 3 3,70 18,75 2. Navicula hustedii 4 4,93 25 3. Diatoma vulgare 3 7,40 37,5 4. Melosira sp. 6 3,70 18,75 5. Pinnularia viridis 3 3,70 18,75 II. CHLOROPHYCEAE 10 12,34 62,5 1. Volvox sp. 10 12,34 62,5 III. EUGLENOPHYCEAE 2 2,46 12,5 1. Euglena gracilis 2 2,46 12,5 B ZOOPLANKTON 43 53,06 268,75 1. Nematoda 30 37,03 187,5 2. Rotifera 7 8,64 43,75 3. Cepepoda 4 4,93 25 4. Dapnia 2 2,46 12,5 di dalam lambung yang dikeluarkan melalui celah insang. Yusfiati (2006) mengemukakan bahwa fitoplankton dan zooplankton yang ditemukan di lambung ikan buntal mas tersebut diduga ikut termasuk bersama air ke dalam lambung ikan buntal mas tetapi tidak keluar melalui celah insang karena ikan buntal ini memilki tapis insang yang pendek, kaku dan tidak rapat serta tidak berfungsi sebagai alat penyaring makanan selain itu ikan buntal juga tidak memiliki gigigigi faring dan insangnya juga tidak mempunyai apparatus operculum dan hanya memilki celah insang tunggal sehingga fitoplankton dan zooplankton tertinggal di dalam lambung ikan buntal mas. Morfometrik Saluran Pencernaan Hasil penangkapan ikan buntal mas dari muara perairan Bengkalis diperoleh 90 ekor, yang terdiri dari 61 ekor jantan dan 29 ekor betina. Pada ikan buntal mas jantan memiliki berat tubuh 2,28-22,28 g dan panjang total tubuh 3,7-14,7 cm, sedangkan ikan buntal mas betina memilki berat tubuh 2,24-11,2g dan panjang total tubuh 4-6,5 cm. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga karena selektifitas alat tangkap yang mengakibatkan ikan buntal mas jantan yang tertangkap memiliki berat dan panjang lebih besar dibandingkan ikan buntal mas betina, secara umum seharusnya ikan buntal mas betina memiliki ukuran berat tubuh lebih karena ikan betina lebih aktif bertelur dan diam. Data morfometrik saluran pencernaan ikan buntal mas dari muara Repository FMIPA 7

perairan Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang usus ikan buntal mas jantan adalah 0,5-1 kali panjang tubuhnya dan ikan buntal mas betina 0,6-1 kali panjang tubuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa ikan buntal mas jantan dan betina termasuk jenis ikan karnivora. Hasil analisis persamaan regresi morfometrik saluran pencernaan ikan buntal mas jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 8. Panjang total tubuh ikan buntal mas dengan rasio berat lambung/berat tubuh mempunyai persamaan regresi positif yaitu pada jantan Y= 0.003 X + 0.014 dan betina Y= 0.006 X - 0.000 dan juga memiliki korelasi yang positif (korelasi sedang = 0.543 jantan dan korelasi sedang = 0.532 betina). Rasio berat lambung/berat tubuh ikan buntal mas jantan dan betina terhadap panjang total tubuh menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh mempengaruhi rasio berat lambung/berat tubuh. Peningkatan rasio berat lambung/berat tubuh selalu diikuti dengan peningkatan kapasitas lambung karena kapasitas lambung diukur dari volume lambung dan berat lambung (Steffens 1989). Ikan buntal mas jantan mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi makanannya sesuai dengan berat tubuhnya. Akan tetapi pada ikan buntal mas betina menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh tidak mempengaruhi rasio berat lambung/berat tubuh karena semakin panjang ukuran tubuhnya maka semakin menurun nilai rasio berat lambung/berat tubuhnya. Berarti ikan buntal mas betina tidak mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi makanannya. Tabel 7. Pengukuran morfometrik saluran pencernaan ikan buntal mas jantan dan betina No Parameter Hasil Pengukuran Rata-rata hasil pengukuran Pengukuran Jantan Betina Jantan Betina 1. Panjang tubuh ikan (cm) 3,7-14,7 4-6,5 5,61 5,33 2. Berat tubuh (gr) 2,28-22,28 2,24-11,2 5,85 5,42 3. Berat lambung (gr) 0,03-0,63 0,07-0,4 0,18 0,17 4. Rasio berat lambung/berat tubuh ikan 0,013-0,062 0,012-0,070 0,032 0,033 5. Panjang usus (cm) 2,6-12,2 3,1-5,8 4,059 4,36 6. Rasio Panjang usus/panjang total tubuh 0,54-0,96 0,59-0,98 0,81 0,82 7. Rasio berat usus/berat tubuh (ISI) 0,019-0,094 0,023-0,061 0,045 0,043 Ket.ISI= Intestinal Somatic Index Repository FMIPA 8

Tabel 8. Persamaan regresi morfometrik saluran pencernaan ikan buntal mas jantan dan betina No. Parameter pengukuran Persamaan rergresi R Korelasi 1. Panjang total tubuh dan rasio Y= 0.003 X + 0.014 0.295 0.543 berat lambung/ berat tubuh ikan jantan 2. Panjang total tubuh dan rasio Y= 0.006 X - 0.000 0.283 0.532 berat lambung/ berat tubuh ikan betina 3. Panjang total tubuh dan Y= 0.85 X + 0.177 0.921 0.960 panjang usus ikan jantan 4. Panjang total tubuh dan Y= 0.790 X + 0.147 0.495 0.704 panjang usus ikan betina 5. Panjang total tubuh dan rasio Y= 0.038 X + 0.602 0.270 0.520 panjang usus/ panjang total tubuh ikan jantan 6. Panjang total tubuh dan rasio panjang usus/ panjang total tubuh ikan betina Y= 0.068 X + 0.436 0.280 0.529 7. Panjang total tubuh dan Y= 0.002 X + 0.032 0.076 0.275 Intestinal Somatic Index (ISI) ikan jantan 8. Panjang total tubuh dan Y= 0.004 X + 0.019 0.230 0.479 Intestinal Somatic Index (ISI) ikan betina Keterangan : R = keragaman data Hal ini diduga karena kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran, serta makanan utama ikan buntal mas ini tidak banyak tersedia di muara perairan ini. Hasil analisis regresi linear pada panjang total tubuh ikan dengan panjang usus memiliki persamaan regresi positif yaitu pada jantan Y= 0.85 X - 0.177 dan betina Y= 0.790 X + 0.147 dan berkorelasi positif (korelasi sangat kuat = 0.960 jantan dan korelasi sedang = 0.703 betina). Pada panjang total tubuh dengan rasio panjang usus/panjang total tubuh juga memiliki persamaan regresi positif yaitu pada jantan Y= 0.038 X + 0.602 dan betina Y= 0.068 X + 0.436 dan juga berkorelasi positif (korelasi sedang = 0.520 jantan dan korelasi sedang = 0.529 betina). Parameter pengukuran panjang usus ikan buntal mas jantan dan betina terhadap panjang total tubuh, dan parameter pengukuran rasio panjang usus/panjang total tubuh ikan buntal mas jantan dan betina terhadap panjang total tubuh menunjukkan bahwa peningkatan panjang total tubuh ikan buntal mas jantan dan betina mempengaruhi panjang usus dan rasio panjang usus/panjang total tubuhnya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yusfiati (2006) yang menyatakan bahwa peningkatan panjang total tubuh ikan buntal pisang mempengaruhi panjang usus dan rasio panjang usus/panjang total tubuhnya. Repository FMIPA 9

Panjang usus ikan dipengaruhi oleh berat tubuh ikan tersebut karena ikan yang mempunyai panjang tubuh yang sama tetapi memiliki berat tubuh yang berbeda maka panjang ususnya juga akan berbeda (Kramer & Bryant 1995). Peningkatan panjang usus ikan, baik itu ikan herbivora, karnivora, maupun omnivora sejalan dengan meningkatnya panjang tubuh ikan karena usus akan mengalami pertambahan panjang apabila makanan yang masuk lebih banyak sehingga usus akan beradaptasi untuk menambah luas area pencernaannya dengan menambah panjang tubuhnya (Perez-Espana & Abitia-Cardenas 1996). Hasil analisis regresi linear pada panjang total tubuh dengan ISI (Intestinal Somatic Index) mempunyai persamaan regresi positif yaitu pada jantan Y= 0.002 X + 0.032 dan betina Y= 0.004 X + 0.019 dan berkorelasi positif (korelasi lemah = 0.275 jantan dan korelasi sedang = 0.479 betina). Rasio berat usus/berat tubuh (ISI) ikan buntal mas jantan dan betina terhadap panjang total tubuh menunjukkan adanya peningkatan panjang tubuh yang tidak mempengaruhi nilai ISI pada ikan karena bertambahnya panjang ukuran tubuh maka semakin menurunnya nilai ISI. Penurunan ISI pada ikan menunjukkan bahwa kondisi nutrisi ikan tersebut tidak baik untuk kebutuhan pertumbuhan tubuh ikan. Sedangkan pada ikan buntal mas betina menunjukkan peningkatan berat tubuh mempengaruhi ISI. Menurut Rios et al. (2004) memaparkan bahwa peningkatan ISI pada ikan menunjukkan kondisi nutrisi ikan tersebut baik untuk kebutuhan pertumbuhan tubuh ikan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa panjang total ikan buntal mas jantan adalah 37-147 mm sedangkan ikan buntal mas betina adalah 40-65 mm. Pada lambung ikan buntal mas ditemukan makanan alami yaitu potongan ikan, udang, debris, fitoplankton dan zooplankton. Ikan buntal mas jantan memiliki ukuran panjang usus 0,5 1 kali panjang tubuhnya dan ikan betina adalah 0,6-1 kali panjang tubuhnya. Rasio berat lambung, panjang usus, rasio panjang usus dan rasio ISI (Intestinal Somatic Index) memiliki korelasi positif dengan panjang total tubuh ikan buntal mas jantan dan betina. Ikan buntal mas jantan dan betina merupakan ikan karnivora berdasarkan jenis makanan dan panjang ususnya. DAFTAR PUSTAKA Annuddin. 2005. Statistika : Rancangan dan Analisa Data. IPB Press. Bogor. Chen TY. Hsieh YW, Tsai YH, Shiau CH, Hwang DF. 2002. Identification of Species and Measurement of Tetraodotoxin in Dried Dressed Fillets of the Puffer Fish, Lagocephalus lunalis. Journal of Food Protection. 65: 1670-1673. Dawes J. 2003. The Concese Encyclopedia of Popular Freshwater Tropical Fish. Queen Street Hause 4 Queen Street Bath BAI IHE. UK. Repository FMIPA 10

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara Sungai Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya dengan Budidaya KJA (Keramba Jaring Apung). Fakultas Perikanan. UR. Pekanbaru. Febrita, E., Suwondo, Umairah, D. 2006. Kandungan Logam Berat (Pb dan Cu) pada Sipetang (Pharus sp) sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Selat Bengkalis. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. Jurnal Biogenesis. Fitriati W.Y. 2008. Morfometrik Saluran Pencernaan Ikan Buntal Mas (Tetraodon fliviatilis H.B) dari Sungai Ibu Mandah Indragiri Hilir Riau. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. George B. 1976. Basic Well Log Analysis for Geologist. American Association of Petroleum Geologist. Oklahoma. Huda N. 2004. Laut dan Bahan Makanan Kita. UR Press. Pekanbaru Knox, G.A. 1986. Estuarine Ecosystems. A System Approach. Vol. 1. CRC Press. Inc. Boca Raton. Florida. Kottelat M.A.J, Whitten S.N, Kartikasari S, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hongkong. Kramer DL, Bryant MJ. 1995. Intestine length in the fishes of a tropical stream. Relationships to diet the long and short of a convoluted issue. Enviromental Biology of Fishes. 42: 129-141. Lopez- Jamar, E. 1981. Spatial Distribution of Infaunal Benthic Communities of the Ria de Muros. North-West Spain. Mar. BioL 63,26-37. Lowe-Mc CHRL. 1987. Ecological Studies in Tropical Fish Communities.Cambridge University Press. Sydney. Mujiatin. 2008. Morfometrik Saluran Pencernaan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) dari Sungai Ibu Mandah Indragiri Hilir Riau. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta. Penerjemah : Eidman dkk. Perez-Espana H, Abitia-Cardenas L.A. 1996. Description of the Digetisve Tract and Feeding Habits of the King Angelfish and the Cortes Angelfish. J. Fish Biol. 24:125-133. Rios F.S, Kalinin A.L, Fernandes M.N, Rantin F.T. 2004. Changes in Gut Gross Morphology of Traira Hoplias malabaricusa (Teleoistei, Erythrinidae) During Long- Repository FMIPA 11

Term Starvation and After Refeeding. Braz. J. Biol. 64 (3B): 683-689. Sachlan M. 1974. Planktonologi. Fakultas Perternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. Setyono, P. dan Endang S. S. 2008. Biomonitoring Degradasi Ekosistem Akibat Limbah CPO di Muara Sungai Mentaya Kalimantan Tengah dengan Metode Elektromorf Isozim Esterase. Biodiversitas Volume 9. Nomor 3. Hal: 232-236 Suryani A. 2013. Aspek Biologi Makanan dan Morfometrik Saluran Pencernaan Ikan Buntal Hijau (Tetraodon nigroviridis) di Muara Perairan Bengkalis (skripsi). Universitas Riau. Riau. Welcomme, R.L. 2001. Inland Fisheries, ecology and management. Lowa USE. Blackwell Science Company. Yusfiati. 2006. Anatomi Alat Pencernaan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris). Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Chinchester Brisbane Toronto. New York. Repository FMIPA 12