Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

Transkripsi:

HUBUNGAN KONSUMSI TEMBAKAU, JENIS KELAMIN, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN PESAWARAN Endah Kurniasari 1, Dessy Hermawan 2, Zaenal Abidin 3 ABSTRAK Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk usia lanjut (usila) meningkat. Di Puskesmas Bunut jumlah penderita hipertensi pada usila mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2010 jumlah kasus hipertensi sebesar 200 kasus, 2011 sebesar 247 kasus, dan tahun 2012 sebesar 274 kasus. Tujuan penelitian adalah diketahuinya gambaran hubungan konsumsi tembakau, jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada usila di wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran tahun 2013. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode survey analitik dan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah usila sebanyak 218 orang dan sampel 157 orang, analisa menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mengkonsumsi tembakau sebanyak 103 orang (65,6%), sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 88 orang (56,1%), sebagain besar responden tidak ada riwayat keluarga hipertensi berjumlah 119 orang (75,8%), dan responden yang menderita hipertensi sebanyak 77 orang (49%) Didapatkan ada hubungan konsumsi tembakau (p-value = 0,044), jenis kelamin (p-value = 0,041), riwayat keluarga (p-value = 0,011) dengan kejadian hipertensi pada usila. Saran, masyarakat dapat mengendalikan faktor resiko hipertensi dengan pengukuran tekanan darah secara berkala, menghentikan kebiasaan konsumsi tembakau secara bertahap, menjaga kebugaran dengan olahraga khusunya ORHIBA, konsumsi makanan yang rendah garam, rendah lemak dan makanan tinggi vitamin, protein dan mineral. Bagi Puskesmas Bunut meningkatkan kualitas Posyandu Usila. Kata Kunci : Usila, Hipertensi, Tembakau PENDAHULUAN Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakar industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular atau PTM (Bustan, 2007). Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk usia lanjut (usila) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi (Notoatmodjo, 2007). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Faktor risiko hipertensi di Indonesia adalah umur, 1. Puskemas Bunut Kab Pesawaran Lampung 2. PSIK FK Universitas Malahayati Bandar Lampung 3. FKM Universitas Malahayati Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014 33

pria, pendidikan rendah, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein >1 kali per hari, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, obesitas dan obesitas abdominal (Rahajeng dan Tuminah, 2009 dalam http://indonesiadigitaljournal.org diakses tanggal 3 Maret 2013). Menurut faktorfaktor pemicu kemunculan hipertensi dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu : genetik, jenis kelamin, dan umur. Kelompok kedua adalah faktor-faktor yang dapat dikontrol seperti kegemukan, kurang aktivitas fisik, merokok, pola konsumsi garam. (Kristanti, 2009). Menyirih di kalangan wanita merupakan suatu kebiasaan yang populer di Asia. Di Indonesia, campuran sirih dikunyah terlebih dahulu dan kemudian potongan tembakau yang besar digunakan untuk membersihkan gigi, kemudian dibiarkan di dalam mulut (repository.usu.ac.id diperoleh tanggal 11 Maret 2013). Penggunaan tembakau jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung dan pembuluh darah, dan menyebabkan kanker. Kebiasaan masyarakat terutama dikalangan wanita usila biasanya dilakukan sebelum memulai aktifitasnya maupun saat beristirahat mengkonsumsi sirih yang diiringi dengan mengkonsumsi tembakau kunyah dalam jumlah yang banyak. (Ilham, 2008 dalam repository.usu.ac.id diakses 27 Maret 2013). Bahan-bahan kimia dalam tembakau dapat merusak dindingdinding dalam arteri, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap akumulasi kolesterol yang mengandung endapan-endapan lemak (plak) yag menyebabkan penyempitan arteri. Tembakau juga memicu pelepasan hormon-hormon yang menyebabkan tubuh mempertahankan cairan. Kedua faktor ini, penyempitan arteri dan peningkatan cairan, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (Gardner, 2007). Pada wanita usila insiden hipertensi akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan masa menopause yang dialami perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum menopause wanita lebih terlindung dari hipertensi karena adanya hormon estrogen, sementara itu kadar hormon estrogen akan menurun pada wanita yang memasuki menopause (Dewi dan Familia dalam Chandra, 2011). Sekitar 70% - 80% kasus hipertensi esensial terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga sebelumnya. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kemunculan penyakit hipertensi (Dewi dan Familia dalam Chandra, 2011). Hipertensi erat kaitannya dengan umur, dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usila cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (http://infokesehatanhealthy.blogspot.com/2012 diakses 27 Maret 2013). Hasil Riskesdas 2007 berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di masyarakat. Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Rahajeng dan Tuminah, 2009 dalam http://indonesiadigitaljournal.org diperoleh tanggal 3 Maret 2013). Trend Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi Lampung selama tahun 2003-2011 setiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu dari 66,2 tahun pada tahun 2003 menjadi 69,75 tahun pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penyakit hipertensi menempati urutan kelima dari sepuluh besar penyakit dengan prevalensi 7,05% (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2011). Jumlah kasus hipertensi di Kabupaten Pesawaran 34 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014

tahun 2012 sebesar 12.712 dengan prevalensi 3,09%. Sedangkan jumlah kasus hipertensi pada usila di Kabupaten Pesawaran tahun 2012 sebesar 4112 kasus atau 14,51% (Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2012). Di Puskesmas Bunut jumlah penderita hipertensi pada usila mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tahun 2010 jumlah kasus hipertensi sebesar 200 kasus, 2011 sebesar 247 kasus, dan tahun 2012 sebesar 274 kasus. (SP2TP Puskesmas Bunut, 2010-2012). METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan metode survey analitik pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah usila yang mendapat pelayanan kesehatan selama Januari-Maret 2013 di wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran berjumlah 218 orang. Sampel dalam penilitian ini berjumlah 157 orang usila. Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah kuesioner, tensimeter, dan stetoskop. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan pengukuran. Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi square (p-value < 0,05). Uji statistik yang dilakukan menggunakan bantuan program komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Tembakau, Jenis Kelamin, Riwayat Keluarga, dan Kejadian Hipertensi pada Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran Tahun 2013 Variabel Jumlah Persentase Konsumsi Tembakau 103 65,6 Jenis KelaminPerempuan 88 56,1 Ada Riwayat Keluarga 38 24,2 Kejadian Hipertensi 77 49 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi tembakau sebanyak 103 orang (65,6%), jadi sebagian besar responden mengkonsumsi tembakau. Responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 88 orang (56,1%), jadi sebagian besar responden adalah perempuan. Responden yang tidak ada riwayat keluarga hipertensi berjumlah 119 orang (75,8%), jadi sebagain besar responden tidak ada riwayat keluarga hipertensi. Responden yang menderita hipertensi sebanyak 77 orang (49%) dan yang tidak menderita hipertensi sebanyak 80 orang (51%), jadi responden yang menderita hipertensi hampir sebanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi. Tabel 2 Kejadian Hipertensi Berdasakan Konsumsi Tembakau, Jenis Kelamin, dan Riwayat Keluarga pada Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran Tahun 2013 Variabel P- value OR 95% CI Kesimpulan Konsumsi Tembakau 0,044 2,107 Ada hubungan Jenis Kelamin 0,041 2,047 Ada hubungan Riwayat Keluarga 0,011 2,889 Ada hubungan Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik konsumsi tembakau dan kejadian hipertensi dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p-value = 0,044 (p-value < 0,05), sehingga secara statistik ada hubungan yang signifikan antara konsumsi tembakau dengan kejadian hipertensi. Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014 35

Hasil analisis juga didapatkan nilai OR = 2,107 (CI = 1,072-4,138), artinya resiko terjadinya hipertensi pada pengkonsumsi tembakau 2,107 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi tembakau. Dari data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kejadian hipertensi akibat konsumsi tembakau semakin diperkuat dengan frekuensi dan lamamya waktu responden mengkonsumsi, sehingga semakin banyak zat racun yang terakumulasi dalam tubuh responden. Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik jenis kelamin dan kejadian hipertensi dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p-value = 0,041 (pvalue < 0,05), sehingga secara statistik ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis juga didapatkan nilai OR = 2,047 (CI = 1,078-3,888), artinya resiko terjadinya hipertensi pada perempuan adalah 2,047 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan sangat dipengaruhi beberapa hormon termasuk hormon estrogen dan hormon progesteron. Hormon ini melindungi perempuan dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Setelah masa menopause efek perlindungan yang diberikan hormon mulai hilang, seiring cepatnya penurunan kadar hormon pada perempuan. Berdasarkan tabel 2 diketahui hasil uji statistik riwayat keluarga dan kejadian hipertensi dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p-value = 0,011 (p-value < 0,05), sehingga secara statistik ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Hasil analisis juga didapatkan nilai OR = 2,889 (CI = 1,332-6,267), artinya resiko terjadinya hipertensi pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi 2,889 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi.seseorang yang mempunyai sifat genetif hipertensi primer apabila dibiarkan secara alamiah bersama lingkungannya akan menyebabkan risiko hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul gejala-gejala. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi karena riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Salah satu upaya untuk menurunkan resiko terjadi hipertensi dengan adanya riwayat keluarga adalah dengan mengendalikan faktor resiko lain yang dapat dikontrol seperti kegemukan, kurang aktivitas fisik, konsumsi tembakau, dan pola konsumsi garam sehingga kemungkinan untuk menderita hipertensi dapat diminimalkan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi pada usila didapat seiring dengan bertambahnya usia, gaya hidup yang tidak sehat dengan konsumsi tembakau, dan karena adanya faktor genetik yang diturunkan. Hipertensi pada usila dapat bersifat menetap dan mengarah kepada penyakit stroke apabila tidak dilakukan upaya-upaya pengendalian terhadap faktor resiko. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol hipertensi pada usila agar tidak semakin parah dan tidak terjadi komplikasi antara lain dengan pengukuran tekanan darah secara berkala sehingga hipertensi dapat terkontrol. Pengukuran tekanan darah secara berkala dapat dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat yang dapat dijangkau oleh para usila. Selain itu, menghentikan kebiasaan konsumsi tembakau secara bertahap juga sangat berperan dalam proses pengendalian hipertensi. Para usila juga perlu menjaga kebugaran dengan olahraga. Salah satu olah raga yang cocok untuk usila adalah ORHIBA (Olah Raga Hidup Baru). Pada umumnya makanan yang disarankan bagi usila dengan hipertensi adalah makanan yang rendah garam dan rendah lemak. Hipertensi pada usila diharapkan bisa dikendalikan melalui pengaturan pola makan yang tepat, sehingga hipertensi dapat terkontrol dan dampak yang ditimbulkan oleh hipertensi tersebut dapat diminimalisasi. Pada usila konsumsi zat- zat gizi seperti vitamin, protein dan mineral diutamakan untuk mencegah proses penurunan fungsi tubuh. Makanan yang boleh dikonsumsi usila antara lain daging, ikan telur dan susu, buah-buahan, semua kacang- 36 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014

kacangan dan sayuran. dan makanan yang sebaiknya dihindari adalah ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng, udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak atau diawetkan dengan garam dapur. Selain upaya-upaya pengendalian tersebut, terapi secara farmakologis dengan obatobat anti hipertensi dapat diberikan berdasarkan derajat hipertensi yang diderita. Apabila upaya-upaya di atas dapat dilaksanakan maka pengendalian hipertensi pada usila akan tercapai dan usila dapat lebih menikmati hari tuanya. Puskesmas Bunut Kabupaten Pesawaran sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, diharapkan mampu untuk memfasilitasi para usila untuk mendapatkan derajat kesehatan yang lebih baik. Posyandu Usila merupakan salah satu wadah kegiatan luar gedung dengan sasaran kelompok usila. Pelayanan dan kegiatan Posyandu Usila di wilayah kerja Puskesmas Bunut hendaknya dapat lebih ditingkatkan sehingga tujuan Posyandu Usila dapat tercapai. Posyandu Usila yang selama ini kegiatannya hanya sebatas pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan saja diharapkan dapat lebih dikembangakan dengan kegiatan pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental emosional, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT), pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan adanya glukosa dalam air seni, pemeriksaan protein urine, pelaksanaan rujukan ke Puskesmas apabila ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan, penyuluhan kesehatan dan konseling, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usila, dan kegiatan olah raga ORHIBA untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran. Dengan meningkatnya kualitas Posyandu Usila diharapkan peran serta masyarakat dan derajat kesehatan usila juga dapat meningkat. KESIMPULAN Sebagian besar responden mengkonsumsi tembakau sebanyak 103 orang (65,6%). Sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 88 orang (56,1%). Sebagain besar responden tidak ada riwayat keluarga hipertensi berjumlah 119 orang (75,8%). Responden yang menderita hipertensi hampir sebanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi sebanyak 77 orang (49%) dan yang tidak menderita hipertensi sebanyak 80 orang (51%). Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usila adalah konsumsi tembakau (p-value = 0,044), jenis kelamin (p-value = 0,041), riwayat keluarga (p-value = 0,011). Saran bagi masyarakat diharapkan dapat mengendalikan faktor resiko hipertensi dengan pengukuran tekanan darah secara berkala, menghentikan kebiasaan konsumsi tembakau secara bertahap, menjaga kebugaran dengan olahraga khusunya ORHIBA, konsumsi makanan yang rendah garam, rendah lemak dan makanan tinggi vitamin, protein dan mineral. Bagi institusi pendidikan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dokumen, bahan perbandingan penelitian selanjutnya, dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Bagi Puskesmas Bunut hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan Puskesmas Bunut dalam meningkatkan kualitas Posyandu Usila Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian lebih lanjut tentang faktorfaktor lain yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi pada usila. DAFTAR PUSTAKA Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta, 2007 Chandra, Rudi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Kampung Pagar Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2011, Skripsi, FKM-UNIMAL Bandar Lampung, 2011 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014 37

Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, Laporan Bidang Yankes Tahun 2012, Gedong Tataan, 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2011,, Gedong Tataan, 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2011. Bandar Lampung, 2011 Gardner, F Samuel. Smart Treatment For High Blood Pressure. Panduan Sehat Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Prestasi Pustakarya, Jakarta, 2007 http://infokesehatanhealthy.blogspot.com/2012 diakses 27 Maret 2013 Ilham, 2008 dalam repository.usu.ac.id diakses 27 Maret 2013. Kristanti, Handriani. Waspada!!! 11 Penyakit Berbahaya, Citra Pustaka, Yogyakarta, 2009 Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007 Puskesmas Bunut Kecamatan Padang Cermin, Laporan SP2TP 2010-2012 Rahajeng, Ekowati dan Tuminah, Sulistyowati Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 59, Nomor: 12, Desember 2009 dalam http://indonesiadigitaljournal.org diperoleh tanggal 3 Maret 2013, 2009 repository.usu.ac.id diperoleh tanggal 11 Maret 2013 38 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari 2014