BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja menurut Organisasi Kesegatan Dunia (WHO) adalah individu yang

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012, estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Api Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. massa, di antaranya pengaruh media komputer atau internet. Ditambah lagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. 1 Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. mencari data, tidak lepas bahwa data di internet selalu akurat dan up to date.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

PENDAHULUAN. Masa1 usia dini merupakan golden ageperiode, artinya merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini, permasalahan kesehatan mental sudah umum terjadi pada usia muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki masalah kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu fungsi serta peran serta anak dalam lingkungan rumah, sekolah, dan komunitas (Shanon & Cooper, 2010). Riset WHO pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 20% anak usia muda sampai usia remaja mengidap gangguan mental. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang menggunakan SRQ (Self Reporting Questionnaire) untuk menilai kesehatan jiwa penduduk, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun sebesar 6,0 %. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki prevalensi gangguan mental emosional di atas rata-rata yaitu sebesar 8,1% dan termasuk dalam kategori yang tinggi (Riskesdas, 2013). Sekitar 9,5% sampai 14,2% anak prasekolah memiliki masalah sosialemosional yang berdampak negatif terhadap perkembangan dan kesiapan sekolahnya (Brauner & Stephens 2006). Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 8 sampai 9% anak prasekolah mengalami masalah psikososial khususnya masalah sosial-emosional seperti kecemasan atau perilaku agresif (Velderman et al., 2010). Berdasarkan survey peneliti sebelumnya pada anak prasekolah di dua TK Kota 1

2 Yogyakarta, masalah perilaku seperti susah beradaptasi, susah bersosialisasi, susah berpisah dari orang tua, anak sulit diatur, dan perilaku agresif merupakan masalah yang paling sering muncul pada anak usia prasekolah. Kompetensi sosial-emosional selama masa prasekolah merupakan salah satu tugas perkembangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan mental di kemudian hari (Adela et al., 2011). Perkembangan sosial-emosional yang buruk pada anak usia dini merupakan faktor risiko masalah psikososial seperti depresi dan kesepian, penyalahgunaan obat, serta tindakan kriminalitas di usia dewasa (Segrin, 2000 cit., Saleem & Surkam, 2014). Anak mengalami perkembangan yang luar biasa pada tahun pertama kehidupan mereka, selain perkembangan fisik dan kognitif, di awal kehidupan anak terdapat pula perkembangan sosial dan emosional (Schwartz, 2011). Lima tahun pertama kehidupan anak sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan emosional mereka (Cooper, Masi & Vick, 2009). Selama tahap usia prasekolah, perkembangan fisik melambat sedangkan tahapan sosial-emosional dan kognitif semakin cepat (DeLaune & Ladner, 2011). Anak usia prasekolah perlu untuk mengatur emosi dalam dirinya dalam rangka mempertahankan interaksi sosial yang baik (Denham, 2006). Survey di Kanada menunjukan bahwa anak prasekolah yang tinggal di lingkungan dengan ikatan sosial yang buruk memiliki masalah kemampuan bahasa dan masalah perilaku yang lebih tinggi dibandingkan anak prasekolah yang tinggal di lingkungan sejahtera (Schwartz, 2011). Perkembangan memerlukan stimulasi/rangsangan khususnya dalam keluarga misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu terhadap

3 kegiatan anak (Depkes, 2010 ; Soedjatmiko, 2001 ; CSSP, 2012). Orang tua dan keluarga mempunyai peran besar dalam pembentukan perkembangan sosialemosional anak. Awal hubungan dengan orang tua menjadi dasar seorang anak membangun hubungan dalam kelompok (Boyd et al., 2005). Dukungan positif dari orang tua merupakan awal seorang anak untuk mengembangkan kompetensi emosional mereka, sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk menunjukkan masalah perilaku (Boyd et al., 2005). Sebagian anak telah membentuk kelekatan pada usia delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah, dan sisanya 17% pada pengasuh lain (Sutcliffe, 2002 cit., Haryati, 2010). Kualitas interaksi antara ibu dan anak berdampak pada perkembangan syaraf, regulasi emosional, dan respon stres masa kecil (Schore, 2001 cit., Escobar et al., 2014). Kualitas interaksi antara ibu dengan anak prasekolah merupakan faktor penting dalam perkembangan anak. Perhatian dan konsentrasi yang berkurang pada ibu juga dapat mengakibatkan penghindaran interaksi dengan anak-anak mereka, yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah perilaku (Barling, Macewen & Nolte, 1993 cit., Yurdus et al., 2012). Tugas seorang ibu dalam pengasuhan anak, membutuhkan dukungan sosial yang bisa didapatkan melalui hubungan sosial salah satunya melalui media-media sosial (McDaniel & Coyne, 2012). Internet dianggap dapat memberdayakan seorang ibu melalui komunitas online dan pertukaran informasi (Hall & Irvine, 2009) namun, pendapat lain mengatakan bahwa internet secara tidak langsung

4 dapat menyebabkan stres pada ibu yang dapat mempengaruhi kualitas perkawinan dan fungsi keluarga (McDaniel & Coyne, 2012). Smartphone memiliki sisi positif dan negatif tergantung cara orang tua menggunakannnya. Perangkat mobile seperti smartphone dapat digunakan sebagai hiburan keluarga, sumber dukungan sosial, atau akses materi pendidikan untuk anak-anak (Redesky et al., 2013) namun, penggunaanya juga dapat mengalihkan perhatian orang tua saat melakukan interaksi dengan anak yang sangat penting bagi perkembangan kognitif, bahasa, dan emosional anak (Glascoe & Leew, 2010). Penelitian terbaru dari Boston Medical Center dalam studi observasionalnya terhadap 55 orang tua, menunjukkan bahwa orang tua yang sudah terfokus terhadap e-mail, games, atau aplikasi lain pada smartphone-nya memiliki interaksi negatif terhadap anak mereka, dan membuat anak mereka merasa seperti berebut perhatian dengan smartphone orang tuanya (Redesky et al., 2013). Penggunaan perangkat mobile seperti smartphone di waktu pengasuhan anak telah menerima kritik di banyak media massa karena dapat mengganggu keselamatan anak bahkan kesejahteraan emosional dari anak (Salam, 2013). Smartphone merupakan perangkat sehari-hari yang digunakan untuk mengakses informasi, mengelola dan mengatur kegiatan harian. Sampai saat ini terdapat lebih dari 1,08 miliar pengguna smartphone secara global, dengan 84% pengguna menggunakan perangkat ini untuk browsing atau online, dan 69% untuk mendownload aplikasi (Glynn et al., 2012). Menurut hasil studi dari Yahoo dan Mindshare berjudul "Getting Mobile Right", saat ini terdapat 47,3 juta pengguna perangkat mobile di Indonesia dalam bentuk smartphone maupun tablet

5 dan diprediksi akan ada 119,7 juta pengguna di Indonesia pada tahun 2017 (Maulana, 2013). Sekitar 95% penggunanya menggunakan dirumah walaupun smartphone merupakan alat yang praktis dan mudah dibawa kemana-mana (Perdana, 2013). Hasil survei terbaru diantara 30 negara, Indonesia memiliki waktu interaksi tertinggi sebesar 9 jam dengan perangkat teknologi yang ada seperti smartphone, PC, laptop atau tablet (Alifah, 2014). Berdasarkan hasil survey peneliti di 2 TK negeri di Kota Yogyakarta, lebih dari 80% ibu yang anaknya bersekolah di TK tersebut merupakan pengguna smartphone aktif. Dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang hubungan intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah di Kota Yogyakarta. Penelitian tentang hubungan intensitas penggunaan smartphone terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah di Kota Yogyakarta sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Hal tersebut menjadi dasar penulis melakukan penelitian tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone Oleh Ibu Terhadap Hasil Deteksi Dini Perkembangan Sosial-emosional Anak Prasekolah Di Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan pertanyaan : apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah yang bersekolah di Kota Yogyakarta?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Mengetahui hubungan intensitas penggunaan smartphone terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah. 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui hubungan intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap interaksi ibu dan anak. b. Mengetahui hubungan interaksi ibu dan anak terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah. c. Mengetahui pengaruhlangsung dan tidak langsung intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan informasi dan ilmu pengetahuan tentang hubungan intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap hasil deteksi dini perkembangan sosial-emosional anak prasekolah di Taman Kanak-kanak negeri Kota Yogyakarta. 2. Manfaat praktis Menambah pengetahuan bagi keluarga tentang pentingnya mengetahui dan memperhatikan perkembangan sosial-emosional pada anak prasekolah dan

diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak terutama anak prasekolah oleh pihak terkait. 7 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Redesky et al tahun 2013 Pattern of Mobile Device Use by Caregivers and Children During Meals in Fast Food Restaurant. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan mengamati 55 pengasuh yang sedang makan dengan satu atau lebih anakanak di restoran cepat saji. Hasilnya 40 pengasuh menggunakan perangkat mobile selama mereka makan. Pengasuh lebih dominan terfokus pada perangkat mobile. Intensitas ditentukan berdasarkan frekuensi, durasi, dan modalitas penggunaan perangkat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada Variabel penelitian yakni mengenai penggunaan perangkat mobile yaitu smartphone oleh pengasuh dalam hal ini adalah ibu. Adapun perbedaan terdapat pada metode penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni cross sectional sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan metode observasi. Lokasi penelitian yang akan diambil oleh peneliti adalah Taman Kanak-kanak di daerah Kota Yogyakarta, sedangkan lokasi pada penelitian tersebut adalah Restoran cepat saji di Boston. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Natalia tahun 2012 tentang Perbedaan Perkembangan Sosial-emosional Anak Batita di Daerah Erupsi dan Nonerupsi Pasca Meletusnya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

8 Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan cross sectional. Responden pada penelitian yaitu anak toddler atau batita pada daerah bencana dan non bencana. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan sosial-emosional antara anak batita didaerah erupsi dan nonerupsi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diukur yaitu perkembangan sosial-emosional. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: yang pertama, responden penelitian tersebut adalah anak usia 1-3 tahun atau toddler, sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah pada usia 3-6 tahun atau prasekolah. Kedua, penelitian tersebut mengukur sejauh mana dampak bencana terhadap perkembangan sosialemosional anak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti mengukur adakah hubungan antara intensitas penggunaan smartphone oleh ibu terhadap perkembangan sosial-emosional anak. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Simamora tahun 2014 dengan judul Perbedaan Aktivitas Fisik Berdasarkan Penggunaan Telepon Pintar pada Remaja SMA di Yogyakarta. Penelitian ini merupuakan penelitian dengan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah Remaja yang bersekolah di SMA Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa ada perbedaan aktivitas fisik yang bermakna berdasarkan penggunaan telepon pintar pada remaja SMA di Yogyakarta. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diukur yaitu penggunaan smartphone atau telepon pintar dan kuesioner yang akan

9 digunakan yaitu Self Reporting Questionnaire. Perbedaan dengan penelitian ini adalah: yang pertama, responden penelitian tersebut merupakan remaja atau adolscent, sedangkan dalam penelitian ini adalah ibu atau adult. Kedua, penelitian tersebut mengukur sejauh mana hubungan intensitas penggunaan smartphone terhadap perilaku aktivitas fisik, sedangkan penelitian yang akan dialakukan peneliti mengukur adakah hubungan anatara intensitas penggunana smartphone oleh ibu terhadap perkembangan sosial-emosional anak.