BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN


PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

Politeknik Negri Batam Program Studi Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

Pemrograman CNC 5-Axis untuk Pembuatan Runner Turbin Propeler berbasis Feature

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH SUDUT PENYAYATAN DAN JUMLAH MATA SAYAT ENDMILL CUTTER

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGARUH KEMIRINGAN SPINDEL DAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Data yang diperlukan dalam penelitian dapat membantu proses

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

BAB 6 KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

PENGARUH JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN ARAH PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA EMS 45 PADA PROSES CNC MILLING

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

ANALISIS PENGARUH TOOLPATH PADA PEMBUATAN KACAMATA KAYU DENGAN MESIN CNC MILLING ROUTER 3 AXIS

tiap-tiap garis potong, dan mempermudah proses pengeditan. Pembuatan layer dapat

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PADA PEMBUATAN TOPENG KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER 3 AXIS

BAB III Mesin Milling I

BAB 4 PEMBAHASAN. Bab 4 ini akan membahas setiap pengambilan keputusan yang dilakukan di Bab 3 disertai dengan alasan dan logika berpikirnya.

OPTIMASI PARAMETER PERMESINAN TERHADAP WAKTU PROSES PADA PEMROGRAMAN CNC MILLING DENGAN BERBASIS CAD/CAM

PENGEMBANGAN LINTASAN PAHAT DAN MANUFAKTUR MINI IMPELLER DENGAN PROSES MILLING 5-AXIS SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH MATA SAYAT END MILL CUTTER MENGGUNAKAN KODE PROGRAM G 02 Dan G 03 TERHADAP KERATAAN ALUMUNIUM 6061 PADA MESIN CNC TU-3A

BAB 3 STUDI KASUS. Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Cetakan untuk wax pattern START. Pemodelan runner turbin Francis dengan Pro/Engineer Wildfire 3.

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

Bab IV Data Pengujian

TI-2121: Proses Manufaktur

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB III ANALISIS. Gambar 3.1 Process Sheet & NCOD.

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

PENGARUH KETEBALAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL S45C

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

TEORY PENGERJAAN LOGAM MILLING SEMESTER GENAP ATMI SOLO

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

APLIKASI NEW HIGH SPEED MACHINING ROUGHING STRATEGY PADA MESIN CNC YCM EV1020A

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

Transkripsi:

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN 3.1 Instalasi Alat Percobaan Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah mesin CNC 5 axis buatan Deckel Maho, Jerman dengan seri DMU 50 evolution. Dalam melakukan percobaan ini, penulis melakukan kerja sama dengan ATMI Cikarang yang memiliki mesin CNC tersebut. Deckel Maho DMU 50 Evolution memiliki kecepatan putar spindel yang tinggi yaitu sekitar 18000 rpm. Mesin CNC ini adalah mesin 5 axis dengan tipe bed-transfer yaitu pergerakan 3 arah dari tool dan 2 arah dari bed atau meja kerjanya. Berikut gambaran dari alat percobaan yang digunakan. Gambar 3.1. Mesin CNC 5-axis Deckel Maho DMU 50 evolution 3.2 Komponen Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kekasaran (roughness) permukaan benda kerja (workpiece) hasil pemesinan milling dan kemungkinan terjadinya tekstur kegelombangan (waviness) pada benda kerja tersebut. Selain membuat program untuk proses penjejakan (toolpath generation), penulis juga menggunakan peralatan untuk mensimulasikan program yang telah dibuat. Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut. 3.2.1 Mesin Milling Deckel Maho DMU 50 evolution Mesin seri ini adalah mesin CNC terbaru buatan tahun 2005 yang dimiliki oleh Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) yang berlokasi di Cikarang. 33

34 Mesin ini memiliki putaran maksimum pada spindelnya sekitar 18000 rpm, tapi untuk keperluan percobaan yang dilakukan digunakan putaran spindel sebesar 2500 rpm. mesin tipe ini memiliki 3 axis pada spindelnya yang dinotasikan dengan x, y, dan z dengan jangkauan masing-masing adalah sebesar 497.84 mm, 449.8 mm, dan 398.78 mm. Sedangkan 2 axis pada bed atau meja kerjanya yang dinotasikan dengan b dan c dengan jangkauan putaran masing-masing adalah 115⁰ dan 360⁰. berikut adalah gambar dari mesin CNC yang digunakan untuk melakukan percobaan. Gambar 3.2. Deckel Maho DMU 50 evolution [11] 3.2.2 Material Benda Kerja Material benda yang digunakan sebagai workpiece adalah jenis Steel AISI 4140 yang lebih sering disebut dengan ST 41. Material ini secara luas digunakan untuk komponen mesin seperti gear, piston, dies, dan lain-lain. Dimensi dari benda kerja yang digunakan adalah tipe blok dengan ukuran 105 mm x 105 mm dan ketebalan yang sesuai. Berikut adalah material benda kerja yang digunakan. Gambar 3.3. Material Uji Steel AISI 4140 Material uji yang digunakan memiliki properties seperti dibawah ini.

35 Tegangan potong : 417 MPa Tegangan tarik : 655 MPa Modulus elastisitas (E) : 210 GPa (Sumber: (www.efunda.com) Saat akan melakukan proses milling 5 axis permukaan yang akan dimilling sebelumnya diratakan terlebih dahulu. Hal ini untuk menjamin kerataan yang seragam dalam proses milling yang akan dilakukan. Proses perataan ini dilakukan oleh mesin DMU 50e. Gambar 3.4. Proses Facing Workpiece 3.2.3 Pahat Material perkakas potong (cutting tool) adalah solid carbide dengan tipe flat end berdiameter 10 mm. Jenis mata pahat yang digunakan adalah sebagai berikut: Bahan : pahat Solid carbide keluaran 7-LEADERS Diameter : 10 mm Jumlah pisau (flute) : 4 Tipe : endmill flat Berikut ini adalah gambar dari pahat yang digunakan dalam percobaan

36 Gambar 3.5. Pahat Jenis Flat-end yang Digunakan dalam Percobaan 3.2.4. Tool Holder Tool Holder yang digunakan adalah tipe basic mills untuk tujuan umum penggunaan pahat dengan diameter tool yang digunakan 10 mm. Gambar 3.6. Standar Tool holder Tool holder ini diletakan pada bagian tool bank pada mesin dan pergantian tool dilakukan secara otomatis pada bagian mesin tersebut. Gambar dari tool holder yang digunakan adalah sebagai berikut. 3.2.5 Surface Roughness Tester Sebagai alat untuk melakukan pengukuran nilai kekasaran permukaan dari hasil pemesinan digunakan alat surface roughness tester FORMTRACER EXTREME SV-C3000 CNC yang dimiliki Mitutoyo. Tujuan dari pengukuran ini

37 adalah untuk mengetahui tingkat kekasaran permukaan hasil pemesianan dan mengenalisa kemungkinan adanya kegelombangan (waviness) pada permukaan akibat dinamika pada saat proses pemesinan. Gambar 3.7. Roughness Tester SV-C3000 CNC [12] 3.3 Kondisi Pemotongan Pahat (cutter) yang digunakan dalam percobaan ini adalah bahan solid carbide keluaran 7-LEADERS dengan informasi teknis sebagai berikut: - Kecepatan potong (Vc) = 150 meter per menit, untuk bahan mild steel - Laju pemakanan per gigi (fz) = 0,04 s.d. 0,1mm/flut, untuk diameter 10 mm - Kecepatan spindel (n) maksimum dalam rpm V n = 1000 πd c 1000 150 n = = 4774, 6rpm π10 Pada pengambilan data kali ini menggunakan kecepatan spindel 2500 rpm. Dengan feedrate yang ditentukan (dari program) sebesar 1000 mm/min kemudian turun secara gradual manjadi 500 mm/min pada daerah yang ditentukan, maka:

38 V f = f z n z n V f = 0,1 2500 4 = 1000 3.4 Prosedur Pengambilan Data Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai urutan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan semua data yang dibutuhkan dalam percobaan ini. Langkah-langkah tersebut dibagi menjadi tiga bagian penting yaitu tahap persiapan, tahap pemesinan, dan tahap pengukuran. 3.4.1 Tahap Persiapan Melakukan simulasi dengan bantuan salah satu software CAM yang digunakan yaitu PowerMILL v.8.0.09. Pemilihan software ini berdasarkan informasi dari pihak ATMI yang memiliki mesin milling 5 axis dan post processor yang dimiliki. Berikut contoh tampilan dari halaman PowerMILL. Gambar 3.8. Pemodelan pada Software CAM Kemudian setelah simulasi dibuat, langkah selanjutnya adalah dengan membuat post processor dari data simulasi yang dibuat. Pembuatan post processor langsung dilakukan di ATMI Cikarang yang memiliki mesin 5 axis yang akan digunakan kemudian. Data GM-Code hasil post processor dapat dilihat pada bagian lampiran di akhir laporan ini. Kegunaan utama dari aplikasi manufacturing adalah untuk menghasilkan NC-code atau GM-Code yang dikirim ke mesin CNC sebagai program untuk proses

39 pemesinan. Ada dua langkah yang mesti dilakukan untuk mendapatkan NC-code tersebut: 1. membuat simulasi toolpath pada program PowerMill 8.0 2. melakukan postprocess untuk mendapatkan NC-code/GM-code, dalam percobaan ini didapatkan ekstensi file (.h). proses pengubahan program simulasi toolpath menjadi kode pemesinan tidak bisa dilakukan langsung dengan PowerMill. Hal ini dikarenakan ada perbedaan karakteristik antara mesin yang satu dengan mesin yang lain dalam menggenerate program toolpath tersebut. Pada tahap postprocess ini digunakan postprocess DMU 50e, yaitu postprocess yang digunakan pada mesin DECKEL MAHO versi DMU 50e. Karakteristik dari mesin ini adalah mempunyai arah gerak 5 aksis yaitu x, y, z, b, dan c. Pada arah gerak x y z merupakan gerakan pada spindeltool alat tersebut, sedangkan arah b c adalah arah gerakan table (bed) dari mesin ini. 3.4.2 Tahap Pemesinan Pada tahap pemesinan, langkah pertama adalah mempersiapkan benda kerja untuk dilakukan proses pemesinan milling. Benda kerja diletakkan pada bed mesin milling seperti gambar berikut ini. Gambar 3.9. Pemasangan Benda Uji pada Bed Mesin Langkah selanjutnya adalah memasang tool/pahat pada tool holder kemudian dimasukan ke dalam tool bank pada mesin yang digunakan. Proses pemasangan tool adalah seperti gambar di bawah ini.

40 Gambar 3.10. Pemasangan Tool pada Tool Holder Langkah selanjutnya adalah proses meratakan material benda kerja dengan face milling agar menda kerja memiliki kerataan relatif terhadap tool-axis. Proses ini perlu dilakukan mengingat kedalaman pemakanan (depth of cut) yang hanya sedalam 1mm. Gambar di bawah ini adalah proses face milling yang dilakukan. Gambar 3.11. Proses Face Milling untuk Meratakan Permukaan kemudian penentuan base point atau titik awal dilakukan untuk mengetahui proses pemakanan yang akan dilakukan dari awal sampai akhir proses milling.

41 Gambar 3.12. Proses Penentuan Base Point pada Mesin langkah selanjutnya adalah dengan menjalankan program yang dibuat, untuk program yang dibuat, digunakan kecepatan spindel sebesar 2500 rpm dengan sudut inklinasi sebesar 10⁰, 20⁰,30⁰, dan 45⁰ dengan feed rate sebesar 1000 mm/min dan gradual turun ke 500 mm/min. Berikut ini adalah contoh gambar dari proses pemesinan. (a) (b) (c) Gambar 3.13. Proses Pemesinan Milling (a) Pemesian workpiece 10-20 (variasi miring-vertikal-miring) dengan variasi sudut 10 dan 20⁰ (b) Pemesian workpiece 30-45 (variasi miring-vertikal-miring) dengan variasi sudut 30 dan 45⁰ (c) Pemesian workpiece V10-20 (variasi vertikal-miring-vertikal) dengan variasi sudut 10 dan 20⁰ (d) Pemesian workpiece V30-45 (variasi vertikal-miring-vertikal) dengan variasi sudut 30 dan 45⁰ (d)

42 3.4.3 Tahap Pengukuran Setelah proses pemesinan selesai, langkah selanjutnya adalah dengan mengukur kekasaran dengan alat roughness tester FORMTRACER EXTREME SV-C3000 CNC milik Mitutoyo. Proses pengukuran dilakukan pada tiap path yang dihasilkan pada proses pemesinan pada bagian tengah (bagian CCP) sehingga kekasaran permukaan dapat diketahui. Berikut adalah dokumentasi penggunaan alat untuk pengukuran kekasaran permukaan. Gambar 3.14. Proses Pengukuran Kekasaran Permukaan Pada tahap pengukuran ini, digunakan beberapa parameter untuk menunjang data yang dihasilkan pada tiap bagian path sesuai dengan kondisi pemesinan. Parameter tersebut adalah seperti Gambar 3.15 di bawah ini. Gambar 3.15. Parameter Penggunaan Alat Ukur Kekasaran Secara umum, instalasi percobaan dan prosedur pengambilan data untuk melihat pengaruh perubahan sudut inklinasi pada proses pemesinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

43 Simulasi toolpath menggunakan PowerMILL Menentukan CLP dan CCP Menentukan arah pergerakan pahat Melakukan Proses Pemesinan Milling Sudut Inklinasi dan feed konstan Sudut Inklinasi dan feed gradual Melakukan Pengukuran Kekasaran Permukaan Mengukur tingkat kekasaran benda uji Mengidentifikasi adanya waviness pada benda uji Gambar 3..16. Prosedur Pengambilan Data Rangkaian instalasi alat dan prosedur pengambilan dataa tersebut adalah sebagai dasar untuk mendapatkan nilai kekasaran dan kegelombangan (waviness) permukaan hasil pemesinan. Berikut adalah tabel pengambilan data yang diinginkan. No. Pola Pemakanan 1 2 3 4 5 6 Inklinasi 7 vertikal 8 inklinasi 9 10 (INC-VER- 11 INC) 12 13 14 15 16 17 vertikal Tabel 3.1. Tabel Pengambilan Data Pergerakan Sudut (⁰) 10 0 10 20 0 20 30 0 30 45 0 45 0 10 0 Jarak Hasil Perubahan Sudut (mm) Ra (μm) Wa (μm) 30 20 10 5 30 20 10 5 30 20 10 5 30 20 10 5 30

44 18 inklinasi (lanjutan) 20 19 vertikal 10 20 5 21 (VER-INC- 0 20 0 30 22 VER) 20 23 10 24 5 25 0 30 0 30 26 20 27 10 28 5 29 0 45 0 30 30 20 31 10 32 5 33 10-0-10 34 20-0-20 35 30-0-30 36 45-0-45 Blend 20 20 37 V0-10-0 38 V0-20-0 39 V0-30-0 40 V0-45-0 Tabel diatas menunjukkan data yang harus didapatakan selama melakukan proses pemesinan. Data yang ingin didapatkan adalah data dengan pola pemotongan inc-ver-inc; ver-inc-ver; dan ditambah dengan pola blend 20 artinya adalah data diambil dengan masing-masing pola dan sudut yang sama hanya saja berbeda perlakuan feed yang ditentukan. Pada kasus ini feed diturunkan secara tiba-tiba dari 1000 mm/min ke 500 mm/min. Data ini kemudian akan dibandingkan dengan kondisi pemotongan awal (data yang didapatkan sebelumnya).