BAB III ANALISIS. Gambar 3.1 Process Sheet & NCOD.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS. Gambar 3.1 Process Sheet & NCOD."

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS 3.1 Tahap Persiapan Pada Tahap Persiapan Ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai proses pembuatan part Connecting Lever dengan Part No untuk bagian ACS Process Sheet & NCOD Sebelum membuat part Connecting Lever dengan no yang perlu diperhatikan disini adalah alur kerja dan proses yang akan dilaksanakan, maka informasi pada process sheet & NCOD harus dipahami terlebih dahulu guna meminimalisir kesalahan langkah kerja. Gambar 3.1 Process Sheet & NCOD 22

2 3.1.2 Drawing & Spesification Drawing atau gambar kerja merupakan alat informasi dan alat komunikasi antara perencana dengan operator yang mengerjakan suatu komponen. Gambar kerja digunakan untuk mengetahui ukuran dimensi, toleransi dan spesifikasi lainnya yang diinginkan serta digunkan sebagai acuan Quality Control untuk benda jadi Material Gambar 3.2 Drawing & spesification part connecting lever Gambar 3.3 Raw Material Steel 23

3 Material yang digunakan dalam proses pembuatan part connectin lever dengan part No adalah steel ( baja ). Tebal : 14 mm Lebar : 60 mm Panjang : 75 mm Bahan : Steel Bentuk : Persegi Panjang Kode : LN Pembuatan part connecting lever dengan part no membutuhkan material steel dengan Tipe LN Tabel 3.1 Presentase unsur kimia steel ( besi ) paduan tipe LN Komponen Wt.% C 2-4 % Si 1-3 % Mn 0.80 % P 0.10 % S 0.05 % 24

4 3.1.4 Mesin Mesin yang akan digunakan pada proses machining part connecting lever dengan part No salah satunya adalah mesin millac 4VA vertikal milling. Gambar 3.4 Mesin Millac 4VA Vertikal Milling Mesin CNC millac 4VA vertikal milling sendiri memiliki 3 (tiga) axis adalah kerjanya. Dimana arah masin-masing axis-nya sama seperti kebayakan mesin 3 axis ( X, Y, Z ). Dalam pembuatan part connecting lever dengan part no ini menggunakan mesin dengan spesifikasi sebagai berikut : Mesin CNC Milling Type Millac 4VA Vertikal. Spesifikasi Mesin: Machine : CNC Milling Type : Millac 4VA Vertikal Merek : OKUMA Dan HOWA Made in : Nogaya-Japan Langkah Gerak Mesin Langkah Gerak Sumbu X = 920 mm Langkah Gerak Sumbu Y = 450 mm Langkah Gerak Sumbu Z = 500 mm 25

5 Spindle Motor Power = 8 Kw Kecepatan Putaran = Rpm Proses permesinan memerlukan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh operator mesin CNC millac 4VA vertikal milling sehingga tercipta suatu kondisi mesin siap kerja.berikut beberapa persiaan sebelum pengoprasian oleh operator : a. Set-Up Fixture Nts b. Set-Up Cutter c. Set-Up Benda Kerja d. Set-Up NC Program Comond Tools Agar dalam pembuatan part connecting lever dengan part no lebih mudah dan efisien, diperlukan beberapa alat bantu (comond tools) Sehingga dapat mempermudah pekerjan serta menambah efisien waktu. Alatalat bantu (comond tools) yang Biasa digunakan adalah : 1. Kunci L. 2. Block Gauge. 3. Hand Gun. 4. Dll Set-Up Fixture Nts Set-Up fixture Nts pada proses ini adalah pemasangan fixture yang akan digunakan pada proses permesinan Langkah set-up fixture adalah sebagai berikut : a. Pilih fixture yang akan digunakan. b. Bersihkan dan rapihkan. c. Set-up kelurusan fixture terhadap sumbu X dan Sumbu Y. d. Set-up ketinggian fixture. 26

6 Gambar 3.5 Fixture yang digunakan Set-Up Cutter Pada waktu set-up cutter dan tipe holder harus sesuai dengan lembar nomor cutter list yang berada pada NCOD. Dikarenakan data ini sangat penting untuk penggantian data dan penggantian tool pada NC Program sesuai dengan nomor actual pada tool magazine. Untuk pengerjaan part dengan seri number dengan mesin yang digunakan CNC millac 4VA vertikal milling menggunakan beberapa tool yang bergerak secara otomatis yang disebut (Automation Tool Changing ). berikut cutting tool dan holder yang digunakan pada table sebagai berikut : Tabel 3.2 Cutting Tool & Holder yang digunakan TOOL NO Holder Cutting Tool Set Length Coolet Chuck Arbor BT Mill T-Slot Cutter NTS003- T x120-ATC 100x6x30x137-R3-12F-HSS T2 Coolet Chuck Arbor BT 50-8x150-ATC End Mill Cutter Short NTS002-08X19X069-HSSCO,4F-R T3 Coolet Chuck Arbor BT 50-8x150-ATC End Mill Cutter Short NTS002-05X13X057-HSSCO,4F-R T4 Coolet Chuck Arbor BT 50-16x72-ATC End Mill Cutter Short NTS002-16X32X92-HSSCO,4F-R T5 Coolet Chuck Arbor BT 50-20x120-ATC Mill T-Slot Cutter NTS003-50x6x30x137-R0-HSS

7 Pada set length L merupakan Panjang keseluruhan dari ujung spindle sampai ujung cutter sedangkan A merupakan panjang dari ujung collet sampai ujung cutter. Gambar 3.6 Cutting Tools. Gambar 3.7 Set Length Set-Up Benda Kerja Sebelum memasang benda kerja dimesin CNC millac 4VA vertikal milling terlebih dahulu memeriksa material tersebut,kondisikan material tersebut siap untuk dipasang pada fixture. Untuk pemasangan benda kerja pada mesin ini 28

8 adalah dengan mencekamnya di atas fixture pada bagian lubang-lubang yang disediakan untuk baut pencekaman pada benda kerja ke fixture Set-Up NC Program Langkah Set-Up NC program yang telah dimasukan ke dalam memori mesin adalah sebagai berikut : 1. Periksa NC Program,tanggal, media serta fungsi-fungsi yang digunakan. 2. Periksa dan setting offset yang terjadi untuk disetting di mesin. 3. Periksa nomor Cutter/Cutting tool yang tercantum pada NC program apakah sesuai dengan penomoran yang ada di tool magazine. 4. Periksa kecepatan makan (feeding) dan Kecepatan potong (speed). Gambar 3.8 Panel Control 3.2 Proses Pengerjaan Part Proses pengerjaan permesinan part connecting lever dengan part no untuk bagian ACS ini dilakukan beberapa tahapan. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari NCOD (Numerical Control Operator Document). Berikut ini akan dijelaskan tahapan proses permesinan mulai dari material dating di cutting, facing, roughing, finishing, & center drill. Membutuhkan waktu program 92 menit untuk dapat menyelesaikan satu kali proses pada main operation, part connecting lever dengan part no Dalam process sheet dijelaskan tentang proses main operation yang berada pada operation number Adapun langkah pengerjaanya yaitu : 29

9 Pada tahap awal proses ini adalah pemasangan fixture pada pallet (meja kerja). Setelah fixture terpasang pada pallet (meja kerja), maka tahap selanjutnya menyeting benda kerja pada fixture dengan memasang baut pada hold down yang dibuat saat proses Pre-operation. Gambar 3.9 pemasangan benda kerja pada fixture Tahap selanjutnya yaitu operator memasukan (input) program CNC part yang akan dikerjakan yang tersimpan dalam data memori mesin CNC memalui control panel pada mesin CNC millac 4VA vertikal milling. Gambar 3.10 Control panel pada mesin CNC millac 4VA 30

10 Setelah proses input program selesai, Selanjutnya operator melakukan setting tools. Yang dimaksud setting tools ini adalah memilih cutting tools yag akan digunakan dalam proses dan disesuaikan dengan cutter list dalam NCOD. Tahap selanjutnya adalah menjalankan program sesuai dengan program yang telah dimasukan. Pos Cut Material Proses ini Pemotongan material dengan ukuran yang sudah disesuaikan di process sheet. 2. Mill Facing Surface Melakukan proses facing surface (meratakan permukaan) kemudian dilanjutkan dengan proses finishing (Penghalusan) dengan diameter cutter end mill 16R0 ( R0 code kehalusan ), mengikuti alur pada permukaan part. 3. Mill Rough Periphery Melakukan proses rough (milling kasar) untuk membuat alur benda kerja sesuai dengan program dengan menggunakan cutter end mill 8R0. 4. Mill Rough and Finish Step Keep Angle 30 Degree. Melakukan proses rough ( milling kasar ) dengan menggunakan cutter T-slot 50R0, dilanjutkan proses finishing dengan menggunakan cutter T-slot 100R0. 5. Mill Rough and Finish Slot Keep 3,5mm & 2,5mm Melakukan proses pemakanan dibagian sloting side dengan ukuran 2,5 mm, dengan jarak 3,5 mm. Pos Mill rough and finish step keep size 6mm think with angle 30 degree. Melakukan proses pemakanan untuk membentuk part. 7. Mill rough and finish Periphery as per drawing. Melakukan proses pembuangan sisa-sisa geram yang menempel pada benda kerja ( part ),dengan menggunakan cutter end mill 5R0 dan dilanjutka proses finishing/penghalusan dengan menggunakan cutter end mill diameter 8R0. 8. Centter Drill on center of all holes. 31

11 Melakuakn proses terakhir yaitu membuat lubang pada bagian benda kerja (part). Gambar 3.11 Part connecting lever 3.3 Tahap Machining Operation Dalam NCOD Gambar 3.12 Tahap machining Tabel 3.3 List Cutter No Tool No LIST CUTTER SL FEED Rpm OPERATION DESCRIPTION 1. T5 T SLOT DIA 50 R ROOGITING SLOTING 2. T3 END MILL CUTTER 5 R PHERYPERI AND CONECTING PART 3. T2 END MILL CUTTER 8 R PHERYPERY 4. T1 T SLOT DIA 100 R3R SLOTING SIDE 5. T4 END MILL CUTTER 16 R SIDE AND FACE MILL 6. T4 END MILL CUTTER 16R FACING SLOPPING SIDE AND FACE MILL 32

12 3.4 Diagram Skema Proses Pengerjaan Part Connecting Lever Dengan Part No Process Sheet & NCOD Raw Material Fixture Mesin Cutting Tools Proses Machining Benda Jadi Gambar 3.13 Skema diagram proses pembuatan part conecting lever 33

13 3.5 Permasalahan Dalam Proses Dalam proses pembuatan part terkadang muncul beberapa permasalahan, terkadang terjadi masalah-masalah yang menyebabkan part berhenti diproduksi dan perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu. Salah satunya adalah permasalahan pada cutter yang tumpul saat proses pengerjaan. Proses pemotongan logam termasuk proses yang kompleks. Temperatur dan tegangan yang tinggi dapat dialami pahat potong. Temperatur dapat mencapai 1000 ºC dan tegangan dapat mencapai 700 MPa. Pahat dapat mengalami beban impak berulang selama proses pemotongan dan chip dapat berinteraksi kimia dengan material pahat. Masa pemakaian pahat pemotong dibatasi oleh berbagai proses keausan, seperti keausan kawah, keausan tepi atau keausan abrasif, built up edge (BUE) dan keausan ujung pahat. Hal tersebut yang menyebabkan ketumpulan pada cutter. Dibawah ini adalah ketumpulan cutter T-slot DIA 100R. Gambar 3.14 Cutter T-slot 100 yang tumpul Ada beberapa faktor yang menyebabkan cutter tumpul : a. Cutting Condition Cutting Speed. b. Supply Coolant c. Clamping Sistem. d. Umur Pemakain Cutter. 34

14 3.6 Cutting Condition Cutting Speed Salah satu faktor dalam ketumpulan cutter T-slot DIA 100 ini adalah mengenai cutting speed atau putaran saat pemakanan benda kerja ( part ). Saat pemakanan benda kerja ( part ), putaran mesin kadang tidak sesuai dengan NCOD ( Numerical Control Operation Document ). Dan untuk mengetahui umur cutter, saya menggunakan Software CCS ( Computer Cutting Data Service ) untuk membandingkan pemakaian cutter dari operator maupun programer. Di bawah ini adalah perbandingan perhitungan cutting speed dari programer dengan software CCS ( Computer Cutting Data Service ). Untuk beberapa cutting tool yang digunakan dalam dengerjaan part connecting lever dengan part No Data yang digunakan dari programer Perhitungan cutting speed menggunakan rumus : Keterangan π : 22/7 Atau 3,14 D : Diameter Cutting n : Revolution per menit ( Rpm ) 1000 : Konversi dari satuan meter pada Cs ke Milimeter. Cutting Speed Cutter End Mill 16R0 Cutting Speed Cutter T Slot Dia 100R3 35

15 Cutting Speed Cutter End Mill 8R0 Cutting Speed Cutter End Mill 5R0 Cutting Speed Cutter T Slot 50R0 Vc = 34,54 m/menit Data yang digunakan dari Software CCS ( Computer Cutting Data Service ). Perhitungan cutting speed menggunakan rumus : 36

16 Keterangan π : 22/7 Atau 3,14 D : Diameter Cutting n : Revolution per menit ( Rpm ) 1000 : Konversi dari satuan meter pada Cs ke Milimeter. Cutting Speed Cutter End Mill 16R0 Cutting Speed Cutter T Slot Dia 100R3 Cutting Speed Cutter End Mill 8R0 Cutting Speed Cutter End Mill 5R0 37

17 Cutting Speed Cutter T Slot 50R0 Dengan data perbandingan perhitungan cutting speed antara data dari programer dengan data dari software CCS ( Computer Cutting data Service ) jelas terlihat pada cutting speed, cutter T-slot dia 100R3 pada bagian data programer lebih cepat putaran pemakanannya di bandingkan dengan data dari software. 3.7 Supply Coolant Selain faktor cutting speed yang mempengaruhi ketumpulan cutting T- slot DIA 100R3 ada juga hal lain yang mempengaruhi ketumpulan cutter yaitu supply coolant, adalah pendingin yang berupa campuran dari oli dan air yang harus terus menerus dialirkan/diarahkan ke cutter yang sedang melakukan pemakanan terhadap benda kerja/part, dan pendingin harus tepat di arahkan ke cutter. Di bawah ini dalah gambar supply coolant yang tidak tepat. 38

18 Gambar 3.15 Supply coolant yang tidak tepat 3.8 Clamping System Clamping system, adalah pemasangan baut pada benda kerja yang tidak kuat,atau baut yang sudah aus yang mengakibatkan benda kerja tidak terpasang dengan kuat yang mengakibatkan getaran saat cutter melakukan pemakanan pada benda kerja/part. Jika hal tersebut terjadi akan berpengaruh pada ketumpulan cutter. Dibawah ini adalah gambar clamping system yang tidak tepat. Gambar 3.16 Clamping system yang tidak tepat 39

19 3.9 Umur Pemakaian Cutter Selain kedua faktor di atas ada satu faktor lagi yang mempengaruhi ketumpulan cutter T-slot DIA 100R3, yaitu masalah umur pemakain cutter yang digunakan oleh operator maupun oleh programer yang sudah ditentukan pada NCOD. Cutter memiliki standar dalam pemakaiannya jika standar tersebut di langgar maka cutter yang digunakan akan cepat tumpul lebih cepat dari waktu yang sudah ada, dan di bawah ini adalah data perbandingan pemakaian cutter dari programer dengan software CCS ( Computer Cutting Data Service ). Data-data yang digunakan dari programer dan di masukan ke dalam sofware CCS ( Computer Cutting Data Service ). 1. Data Umur Pemakain Cutter End Mill 16R0 Gambar 3.17 Data umur pemakaian cutter end mill 16R0 40

20 2. Data Umur Pemakain Cutter T Slot Dia 100R3 Gambar 3.18 Data umur pemakaian cutter T-slot dia 100R3 41

21 3. Data Umur Cutter End Mill 8R0 Gambar 3.19 Data umur pemakaian cutter end mill 8R0 42

22 4. Data Umur Cutter End Mill 5R0 Gambar 3.20 Data umur pemakaian cutter end mill 5R0 43

23 5. Data Umur Cutter T Slod 50R0 Gambar 3.21 Data umur pemakaian cutter T slot 50R0 44

24 Data-data yang digunakan dari sofware CCS ( Computer Cutting Data Service ). 1. Data Umur Cutter End Mill 16R0 Gambar 3.22 Data umur pemakaian cutter end mill 16R0 45

25 2. Data Umur Cutter T Slot Diaa 100R3 Gambar 3.23 Data umur pemakaian cutter T slot dia 100R3 46

26 3. Data Umur Cutter End Mill 8R0 Gambar 3.24 Data umur pemakain cutter end mill 8R0 47

27 4. Data Umur Cutter End Mill 5R0 Gambar 3.25 Data umur pemakaian cutter end mill 5R0 48

28 2. Data Umur Cutter T Slot 50R0 Gambar 3.26 Data umur pemakaian cutter T slot 50R0 49

29 3.10 Solusi Permasalahan Solusi Permasalah Pada Cutting Speed Berdasarkan hasil pengolahan data secara teoritis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, dapat terlihat beberapa perbedaan yang mengakibatkan umur cutter lebih pendek dan lebih cepat tumpul. Dibawah ini adalah tabel perbedaan Cutting speed antara data Programer dengan data CCS ( Computer Cutting Data Service ). Tabel 3.4 Pebandingan cutting speed data programer dengan data CCS Cutting Speed No List Cutter Data Programer Data Software CCS 1. End Mill Cutter 16R0 23,11 m/menit 23,009 m/menit 2. T Slot Dia 100R3 78,5 m/menit 27,946 m/menit 3. End Mill Cutter 8R0 5,526 m/menit 22,834 m/menit 4. End Mill Cutter 5R0 4,71 m/menit 24,209 m/menit 5. T Slot Cutter 50R0 34,54 m/menit 27,004 m/menit Dari tabel yang ditampilkan di atas, dapat terlihat bahwa cutting speed yang terdapat pada bagian data programer lebih kecil < dibandingkan dengan data dari CCS ( Computer Cutting Data Service ). Salah satu contohnya adalah pada bagian cutting T-slot dia 100R3 terlihat bahwa data programer adalah 78,5 m/menit dan pada data CCS adalah 27,946 m/menit, data dari programer terpaut lebih kecil 35% dari data CCS, itu sebabnya mengapa cutter T-slot Dia 100R3 lebih cepat tumpul. Karena pemakainya tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Pada dasarnya, cutter memiliki Standar kekuatan pemakaian,jika standar tersebut dilanggar maka cutter akan mudah tumpul atau umur cutter akan lebih pendek. Jadi untuk pemakaian cutter harus sesuai dengan standar umur pemakaian cutter, agar cutter yang digunakan memiliki umur yang lebih panjang dan tidak berpengaruh dengan pemakanan pada benda kerja. 50

30 Solusi Permasalahan Supply Coolant Sudah dijelaskan mengenai supply coolant adalah salah satu faktor yang menyebabkan ketumpulan pada cutter jika supply coolant tidak diperhatikan dengan baik oleh operator maka umur cutter akan lebih pendek dan akan mengakibtkan ketumpulan pada cutter sehingga cutter tidak bekerja secara maksimal saat pemakanan pada benda kerja/part. Dan di atas sudah dijelaskan mengenai penyebab cutting yang tidak sesuai dengan prosedur. Dibawah ini adalah solusi yang mungkin bisa memperbaiki umur dari cutter. Supply coolant, Diatas sudah dijelaskan mengenai supply coolant yang tidak tepat terhadap benda kerja/part. Yang seharusnya supply coolant harus tepat mengarah ke bagian cutter yang sedang memakan benda kerja/part dan supply coolant harus terus menerus di arahkan ke cutter yang sedang bekerja,agar cutter tidak cepat panas. Dibawah ini adalah Supply coolant yang tepat. Gambar 3.27 Supply coolant yang tepat mengarah ke cutter Solusi Permasalahan Clamping System Salah satu yang mengakibatkan cutter tumpul adalah clamping system yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan prosedur, terkadang dari baut yang sudah aus tetapi tetap dipaksakan untuk menjepit benda kerja,jika hal tersebut tetap dilakukan maka benda kerja/part akan longgar atau tidak terjepit dengan kuat yang mengakibatkan cutter tumpul. Karena saat pemakanan, benda 51

31 kerja/part bergetar atau terguncang dan pemakanan tidak merata. Jadi operator harus melihat dengan teliti apah baut yang digunakan sudah aus atau belum,dan operator harus memperhatikan saat mengencangkan baut. Dibawah ini adalah contoh gambar clamping system yang tepat. Gambar 3.28 Clamping system yang tepat Solusi Permasalahan Umur Cutter Berdasarkan hasil pengolahan data secara teoritis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, dapat terlihat beberapa perbedaan yang mengakibatkan umur cutter lebih pendek dan lebih cepat tumpul.terutama pada cutter T-slot DIA 100R3. Dibawah ini adalah tabel perbedaan Pemakaian Cutter antara data Programer dengan data CCS ( Computer Cutting Data Service ). Tabel 3.5 Perbandingan pemakaian cutter Data Umur Cutter No List Cutter Data Programer Data Software CCS 1. End Mill Cutter 16R0 32 menit 22 menit 2. T Slot Dia 100R3 233 menit 32 menit 3. End Mill Cutter 8R0 30 menit 111 menit 4. End Mill Cutter 5R0 26 menit 17 menit 5. T Slot Cutter 50R0 246 menit 109 menit 52

32 Dari Tabel yang ditampilkan di atas, dapat terlihat bahwa Perbandingan pemakaian cutter yang terdapat pada bagian data programer lebih besar > dibandingkan dengan data dari CCS ( Computer Cutting Data Service ). Salah satu contohnya adalah pada bagian Cutting T Slot Dia 100R3 terlihat bahwa data Programer adalah 233 menit dan pada data CCS adalah 32 menit, data dari programer terpaut lebih besar 75% dari data CCS, itu sebabnya mengapa cutter T-slot DIA 100R3 lebih cepat tumpul. Karena Pemakaiannya melebihi standar yang sudah ditentukan. Pada dasarnya, cutter memiliki standar kekuatan pemakaian,jika standar tersebut dilanggar maka cutter akan mudah tumpul atau umur cutter akan lebih pendek. Jadi untuk pemakaian cutter harus sesuai dengan standar umur pemakaian cutter, agar cutter yang digunakan memiliki umur yang lebih panjang dan tidak berpengaruh dengan pemakanan pada benda kerja Saran permasalahan ketumpulan cutter a. Untuk pemakaian cutter harus sesuai dengan standar umur pemakaian cutter, agar cutter yang digunakan memiliki umur yang lebih panjang dan tidak berpengaruh dengan pemakanan pada benda kerja. b. Supply coolant harus tepat mengarah ke bagian cutter yang sedang memakan benda kerja/part dan supply coolant harus terus menerus di arahkan ke cutter yang sedang bekerja,agar cutter tidak cepat panas. c. Operator harus melihat dengan teliti apah baut yang digunakan sudah aus atau belum,dan operator harus memperhatikan saat mengencangkan baut. d. Untuk pemakaian cutter harus sesuai dengan standar umur pemakaian cutter, agar cutter yang digunakan memiliki umur yang lebih panjang dan tidak berpengaruh dengan pemakanan pada benda kerja. 53

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tahapan Persiapan

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tahapan Persiapan BAB III PEMBAHASAN Dalam setiap perancangan proses produksi dari pembuatan part, harus mempertimbangkan dulu mesin yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk alasan efesiensi waktu pengerjaan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengolahan Data Manufaktur Dalam setiap perancangan proses produksi dari pembuatan part, harus mempertimbangkan dulu mesin yang akan digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk alasan

Lebih terperinci

BAB III. G a m b a r p Gambar.3.1. process sheet dan ncod.

BAB III. G a m b a r p Gambar.3.1. process sheet dan ncod. BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA 3.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai proses pembuatan part pesawat Backet dengan part number D57450081200

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tentang mengenai proses pembuatan part hinge rib 4 L5745744320101 komponen pesawat Airbus A380 sampai tahap pengerjaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan Laboratorium Metrologi Universitas Lampung serta Laboratorium Material ITB Bandung

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Pustaka Persiapan Spesimen dan Peralatan Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah Permesinan dengan Pemakaian Jenis Pahat

Lebih terperinci

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) IRVAN YURI SETIANTO NIM: 41312120037 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk penyusunan karya ilmiah. Tahapan tersebut diperlukan agar penulisan dapat secara urut, sistematis

Lebih terperinci

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Penjepit Pisau Dan Benda Kerja Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Alat Penjepi Pisau Frais: 1. Drill Chuck Arbor Alat ini

Lebih terperinci

BAB III Mesin Milling I

BAB III Mesin Milling I BAB III Mesin Milling I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin milling. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin milling 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia robotika yang semakin meningkat, bentuk desain dan fungsi robot pun semakin bervariasi. Pada umumnya komponen rangka dan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING UNIVERSITAS RIAU MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING LABORATORIUM CAD/CAM/CNC JURUSAN TEKNIK MESIN Disusun oleh: Tim Praktikum CNC II (Dedy Masnur, M. Eng., Edi Fitra,) JOB LATHE I. Gambar Kerja

Lebih terperinci

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST 3.1 Langkah Proses Pembuatan Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda kerja yang sebagian besar digambarkan dalam diagram alir,

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN 3.1 Instalasi Alat Percobaan Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah mesin CNC 5 axis buatan Deckel Maho, Jerman dengan seri DMU 50 evolution. Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK 3.1 Perancangan dan Tahap-tahap Perancangan Perancangan adalah tahap terpenting dari seluruh proses pembuat alat. Tahap pertama

Lebih terperinci

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL FRAIS VERTIKAL 1. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais b. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais c. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis Mesin Frais

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang industri khususnya di bidang manufaktur sekarang ini sangatlah pesat. Perkembangan yang pesat itu diiringi tingginya tuntutan nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL SOFTWARE Tampilan untuk program konversi khusus untuk kasus general_revolution dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Tampilan program konversi Pada jendela

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pemesinan Untuk membuat suatu alat atau produk dengan bahan dasar logam haruslah di lakukan dengan memotong bahan dasarnya. Proses pemotongan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal. METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC (CNC Machine) Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC. Telah dilaksanakan kajian penggunaan tentang kinerja mesin CNC yang biasa digunakan untuk proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur TI-2121: Proses Manufaktur Operasi Pemesinan & Mesin Perkakas Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 2003 1. Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar

Lebih terperinci

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen 27 BAB IV SOP PENGOPERASIAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL UNTUK MEMBUBUT PERMUKAAN 4.1. Ukuran Benda Kerja Sebelum melakukan proses pembubutan, langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang operator adalah

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN Setelah dilakukan penentuan dimesin cetakan, maka selanjutnya dilakukan proses permesinannya. Untuk mensimulasikan proses permesinan cetakan botol digunakan perangkat

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Proses Frais Metal Cutting Process Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Cutting tools review questions: Penentuan parameter pemotongan manakah yang paling mempengaruhi keausan alat potong?

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Benda Kerja Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan dilakukan

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. digilib.uns.ac.id 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. 2.1.1 Pengertian pengelasan Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal dari peleburan dan dua bagian yang digabungkan

Lebih terperinci

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Materi 3 Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Memasang benda kerja di mesin frais CNC Memilih alat

Lebih terperinci

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling Mesin Milling CNC Pada prinsipnya, cara kerja mesin CNC ini adalah benda kerja dipotong oleh sebuah pahat yang berputar dan kontrol gerakannya diatur oleh komputer melalui program yang disebut G-Code.

Lebih terperinci

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness Uji Kekasaran Permukaan Benda Kerja Pada Baja ST 37 Hasil Proses Milling Akibat Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan Menggunakan Surface Roughness Tester Widson*, Naufal Abdurrahman P, Cahyo Budi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB III PEMESINAN FRAIS B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 3 PROSES

Lebih terperinci

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Romiyadi 1 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Kampar Jl. Tengku Muhammad

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN digilib.uns.ac.id PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : SYLFIANUS

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JENIS PAHAT DAN VARIABEL PEMOTONGAN DENGAN

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 28 ISSN : 1979-5858 ANALISA PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN PENDINGIN (ETHYL ALCOHOL)PENGUCURAN LANGSUNG DAN PENGABUTAN (SPRAY) TERHADAP UMUR DAN KEAUSAN PAHAT HSS

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin PENGARUH JENIS PAHAT DAN CAIRAN PENDINGIN SERTA KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 PENDAHULUAN Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang memberikan umur pahat yang optimal dari pahat HSS dengan memvariasikan kecepatan potong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang

Lebih terperinci

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1. Teknobiologi JI SAT Jurnal Ilmiah Sains Terapan Lembaga Penelitian Universitas Riau Jurnal Teknobiologi, V(1) 2014: 31 36 ISSN : 2087 5428 Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan : 5.1. Pengujian Alat BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian alat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak. 5.1.1. Tempat dan Peralatan Tempat Melakukan

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR OLEH Sarwanto,S.Pd.T 085643165633 1 P a g e MESIN CNC MILLING Mesin Frais CNC (Computer Numerical Control) adalah sebuah perangkat mesin perkakas jenis frais/milling

Lebih terperinci

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan

Lebih terperinci

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN MAKALAH MESIN BUBUT, SEKRAP DAN FRAIS Disusun oleh : Nama : M. Fatkhul Amin No Mhs. : 111.33.1044 Jurusan : T. Mesin (D-3) JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PROSES PEMESINAN DENGAN AUTOMATIC TOOL CHANGER (ATC) DAN AUTOMATIC PALLET CHANGER (APC)

PENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PROSES PEMESINAN DENGAN AUTOMATIC TOOL CHANGER (ATC) DAN AUTOMATIC PALLET CHANGER (APC) PENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PROSES PEMESINAN DENGAN AUTOMATIC TOOL CHANGER (ATC) DAN AUTOMATIC PALLET CHANGER (APC) A. PENGANTAR Produktivitas dan effisiensi merupakan masalah pokok dalam setiap proses.

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Yovie Rahmatullah 1, Bayu Wiro K 2, Fipka Bisono 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA

PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA PROSES PEMBUATAN PADA ALAT BANTU JIG SLIPPER ETHANOL ( COMA RIGHT & LEFT ) DI PT. SUMBER TEKNIK SENTOSA NAMA : DIDI BACHTIAR NPM : 22412075 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : Irvan Septyan Mulyana, ST.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan : Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memilki kompetensi melakukan seting benda kerja, pahat dan zerro offset mesin bubut

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING

BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING 3. Deskripsi Pembuatan Bushing Pada proses pembuatan bushing yaitu menggunakan bubut. Gambar 3.1 Bushing Universitas Mercubuana 18 3.1 Deskripsi Mesin Bubut Proses bubut

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING 4.1 Proses Pembuatan Press Tool Diffuser Ducting Pembuatan press tool difuser ducting melalui beberapa tahapan proses pemesinan, baik secara konvensional maupun

Lebih terperinci

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL Benda Kerja Maksimal Titik Lokator Titik Cekam Titik X Y Z Titik X Y Z 1 45 0 7,5 a 22,5 60 15 2 90 0 7,5 b 45 60

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais.

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

APLIKASI NEW HIGH SPEED MACHINING ROUGHING STRATEGY PADA MESIN CNC YCM EV1020A

APLIKASI NEW HIGH SPEED MACHINING ROUGHING STRATEGY PADA MESIN CNC YCM EV1020A APLIKASI NEW HIGH SPEED MACHINING ROUGHING STRATEGY PADA MESIN CNC YCM EV1020A TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Edwin Bagus Yuwono 09 06

Lebih terperinci

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : Bagian Bagian Utama Mesin Milling ( Frais ) 1. Spindle utama Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : a. Vertical spindle b. Horizontal

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional R E.M. (Rekayasa Energi Manufaktur) Jurnal "" # $ $ % & %" % ' " () http://dx.doi.org/0.2070/r.e.m.v2i.842 Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Kegiatan Belajar MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Dwi Rahdiyanta FT-UNY Membubut Komplek : Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda a. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan dalam industri manufaktur terutama untuk pembuatan komponenkomponen mesin dari logam. Proses berlangsung karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 35 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses pemotongan benda kerja

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH/ LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSES PRODUKSI HOSE INLET PIPE PADA MOBIL MITSUBISHI DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO Nama : Abi Wiranto

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses manufaktur harus dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AGUS WIBOWO NIM : D200 08 0019 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2014. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MODUL II 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MESIN BUBUT 1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada mesin bubut. 2. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari mesin bubut. 3. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Mesin Bubut

Gambar I. 1 Mesin Bubut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kata manufaktur berasal dari bahasa latin manus dan factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul

Lebih terperinci

M O D U L T UT O R I A L

M O D U L T UT O R I A L M O D U L T UT O R I A L MESIN BUBUT LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR TERINTEGRASI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017/2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci