AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK METANOL BAKTERI BERASOSIASI SPONS DARI PULAU LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Efektifitas Ekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons dan Karang Lunak sebagai Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung

Koloni bakteri endofit

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT ACTINOMYCETES 9ISP1 DARI SPONS ASAL PERAIRAN PULAU RANDAYAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Ekstraksi, Fraksinasi dan Uji Bioaktivitas (Skrining Senyawa Bioaktif)

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Putri Ayuningtyas, 2015

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) ASAL KOTA WATAMPONE. St. Maryam, Saidah juniasti, Rachmat Kosman

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

APPLICATION OF STAR ANISE

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Dietil Eter Rimpang Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Vahl.) Terhadap Bakteri Patogen Secara Klt-Bioautografi

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

Penapisan Inhibitor β-laktamase Dari Bakteri Simbion Sponge Axinella sp. Screening inhibitors of β-lactamase Axinella Sponge Simbion Bacteria sp.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

ISOLASI DAN UJI POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ISOLAT AKTINOMISETES DARI SAMPEL TANAH ASAL TERNATE SERTA IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT AKTIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Uji Efek Antibakteri Jamur Endofit Akar Bakau Rhizophora stylosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

BAB 5 HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

5 AKTIVITAS DAN STABILITAS SENYAWA ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK Chaetoceros gracilis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr

TERHADAP PRODUKSI INHIBITOR PROTEASE YANG DIHASILKAN OLEH

Y ij = µ + B i + ε ij

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

ISOLASI BAKTERI SIMBION MOLUSKA PENGHASIL SENYAWA ANTIBAKTERI MULTI DRUG RESISTANT (MDR)

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB 5 HASIL PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KULIT BUAH CERIA (Baccaurea polyneura Hook.f.) TERHADAP Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

molase sebagai medium pertumbuhan Penicillium chrysogenum. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity)

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dr. Zaraswati Dwyana, M. Si dan Dra. Eva Johannes M.Si

Transkripsi:

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 33-41, Desember 2009 AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK METANOL BAKTERI BERASOSIASI SPONS DARI PULAU LEMUKUTAN, KALIMANTAN BARAT ANTIMICROBIAL ACTIVITIES OF METHANOL EXTRACT FROM UNIDENTIFIED SPONGE ASSOCIATED BACTERIA IN LEMUKUTAN ISLAND, KALIMANTAN BARAT Risa Nofiani 1, Siti Nurbetty 1, dan Ajuk Sapar 1 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. A. Yani, Pontianak E-mail: rnofiani@yahoo.com ABTRACT The increase of issues on the antibiotics resistant pathogenic bacteria has triggered high exploration for new antimicrobial compounds. One of the potential sources is sponge-associated bacteria. The aim of this study was to get sponge-associated bacteria extract containing antimicrobial activities. On the basis screening of antimicrobial activity using by streaking on agar medium, there were two potential isolates with antimicrobial activities namely LCS1 and LCS2. The two isolates were cultivated, then secondary metabolite product were extracted using methanol as a solvent. Minimum inhibitory concentrations (MICs) of extract LCS 1 were 1,000 µg/well for S. aureus, 950 µg/well for Salmonella sp. and 800 µg/well for Bacillus subtilis. Minimum inhibitory concentrations of extract LCS 2 were 500 µg/well for S. aureus, 1,050 µg/well for Salmonella sp., 750 µg/well for Bacillus subtilis, 350 µg/well for P. aeruginosa, 750 µg/sumur terhadap B. subtilis. Based on the MIC values, the two assay extracts have a relatively low antimicrobial activity. Keywords : Antimicrobial, Sponges associated bacteria, MICs ABSTRAK Peningkatan jumlah kasus resistansi bakteri patogen terhadap antibiotik akhir-akhir ini memicu peningkatan pencarian sumber senyawa antimikroba yang baru. Salah satu sumber potensial penghasil senyawa antimikroba adalah bakteri yang berasosiasi dengan spons. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh ekstrak bakteri yang berasosiasi dengan spons yang memiliki aktivitas antimikroba. Berdasarkan skrining aktivitas antimikroba dengan metode goresan pada agar diperoleh 2 isolat yang berpotensi menghasilkan senyawa yang mempunyai aktivitas antimikroba yaitu: LCS 1 dan LCS 2. Selanjutnya kedua isolat bakteri di perbanyak dan metabolit sekunder yang dihasilkan di panen dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut metanol. Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak LCS 1 terhadap S. aureus, Salmonella sp. dan Bacillus subtilis berturut-turut adalah 1.000 µg/sumur, 950 µg/sumur dan 800 µg/sumur. Nilai KHM ekstrak LCS 2 adalah 500 µg/sumur terhadap S. aureus, 1.050 µg/sumur terhadap Salmonella sp., 350 µg/sumur terhadap P. aeruginosa dan 750 µg/sumur terhadap B. subtilis. Berdasarkan nilai KHM tersebut, ekstrak senyawa dari bakteri LCS1 dan LCS 2 menunjukkan aktivitas antimikroba yang lemah Kata kunci : Antimikroba, bakteri berasosiasi spons, KHM Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 33

Nofiani et al. I. PENDAHULUAN Spons laut merupakan inang untuk bermacam-macam mikroba seperti bakteri. Hal ini disebabkan spons dapat melindungi mikroba dari predator dengan cara menghasilkan senyawa kimia. Senyawa kimia yang dihasilkan spons akan menginduksi mikroba yang hidup di dalam spons untuk menghasilkan metabolit sekunder spesifik. Metabolit sekunder spesifik terekspresi sebagai bentuk respon mikroba terhadap kondisi lingkungan. Metabolit sekunder spesifik memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antimikroba. Beberapa kasus jika mikroba ditumbuhkan pada kondisi berbeda metabolit sekunder spesifik tersebut tidak terekspresi, misalnya Fusarium solani menghasilkan warna ketika dilakukan kulturisasi sebanyak 4 kali tetapi pada kulturisasi kelima F. solani tidak menghasilkan warna (data tidak dipublikasikan). Hal ini diduga disebabkan karena metabolit sekunder terekspresi karena adanya induser yang berasal dari spons. Beberapa bakteri berasosiasi spons yang menghasilkan metabolit sekunder dengan aktivitas antimikroba adalah bakteri berasosiasi spons Himeniacidon parleve, yaitu NJ6-3-1 menghasilkan senyawa beta karbolin alkaloid bersifat antimikroba terhadap S. aureus (Zheng et al., 2005). Genus Bacillus dan Virgibacillus yang diisolasi dari spons Pseudoceratina purpurea menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Vibrio alginolyticus dan Vibrio fischeri (Kanagasabhaphaty et al., 2005). Microcccus spp. berasosiasi spons Tedania ignis menghasilkan senyawa diketopiperazin bersifat antibakteri (Schmitz, 1994). Studi tentang bakteri patogen resistan antibiotik telah banyak dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus bakteri patogen resistan antibiotik. Tahun 2005 lebih 19.000 kasus kematian di Amerika dan Inggris disebabkan Staphylococcus aureus resistan methicillin (SARM) (Kennedy et al., 2009). Kasus kematian yang disebabkan SARM meningkat tajam dari 51 kasus pada tahun 1993 sampai 1.652 tahun 2006 di Inggris. Strain Aeromonas hydrophila dan Aeromonas veronii yang diisolasi dari air minum, pasien rumah sakit dan daging menunjukkan resisten terhadap ampisilin, amoksilin, sefasetril, klokasilin, linkomisin, spiramisin dan penisilin G (Orozova et al., 2008). Kondisi tersebut memacu pencarian sumber antimikroba baru. Pencarian mulai diarahkan kepada mikroba yang berada di laut. Salah satu mikroba yang dapat dijadikan sumber bagi senyawa antimikroba adalah bakteri berasosiasi dengan spons. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak bakteri berasosiasi spons yang memiliki aktivitas antimikroba dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat. II. BAHAN DAN METODE 2.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel spons, agar, air laut, akuades, bacto yeast extract (Oxoid), glukosa (Merck), kertas saring Whatman No. 41, metanol teknis, dimetil sulfooksida (DMSO), natrium klorida (NaCl) (Merck) dan pepton (Oxoid). Mikroba uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Aeromonas hydrophila, Bacillus subtilis, Candida albicans, C. tropicalis, Citrobacter freundii, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, V. harveyi dan V. vara. 34 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri Berasosiasi Spons Dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat 2.2. Pengambilan Sampel Sampel spons diperoleh dari Perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat. Sampel spons dimasukkan ke dalam kantong plastik steril yang berisi air laut. Selanjutnya sampel spons dimasukkan ke dalan kotak es untuk dibawa ke laboratorium. 2.3. Isolasi Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Sebanyak 10 g sampel spons dipotong-potong kemudian dibilas dua kali dengan air laut steril sebanyak 25 ml. Potongan spons ditambah 90 ml air laut steril dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Suspensi bakteri yang diperoleh dilakukan inokulasi ke media padat M13 dengan metode tuang. Media padat M13 terdiri dari 0,25 g pepton, 0,25 g ekstrak ragi, 0,25 g glukosa, 18 g agar dan diencerkan hingga 1 L (750 ml akuades + 250 ml air laut) (Elardo et al., 2003). Masing-masing cawan petri ini diinkubasi pada suhu kamar selama 4 hari. Bakteri diisolasi berdasarkan perbedaan diameter, warna, bentuk, elevasi, dan tepian koloni yang tumbuh. 2.4. Penapisan Aktivitas Antimikroba Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Penapisan aktivitas antimikroba isolat bakteri dilakukan pada media padat M13 menggunakan metode Johnson et al. (1960) dengan modifikasi. Isolat bakteri digores berbentuk lingkaran dengan diameter 5-6 mm pada media padat M13 dan diinkubasi pada suhu kamar selama 48 jam. Cawan petri tersebut di sebarkan suspensi mikroba uji (500 μl kultur mikroba uji umur 24 jam disuspensikan dalam 50 ml larutan NaCl 0,9% steril) dengan menggunakan alat semprot. Cawan petri diinkubasi kembali pada suhu kamar selama 24 jam dan diamati zona hambat di sekitar koloni isolat bakteri. Zona hambat (zona bening) di sekitar koloni isolat bakteri menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki aktivitas antimikroba. 2.5. Produksi Dan Ekstraksi Metabolit Bakteri Produksi dan ekstraksi metabolit bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba dilakukan berdasarkan metode Isnansetyo and Kamei (2003). Bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba digoreskan pada media padat M13 dan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Koloni tunggal yang tumbuh pada media padat diinokulasikan ke media cair M13 (pepton 0,25 g/l, ekstrak ragi 0,25 g/l, glukosa 0,25 g/l, akuades 750 ml dan air laut 250 ml) dan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam sehingga diperoleh kultur starter. Sebanyak 200 μl kultur starter disebarkan pada media padat M13 kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. Media padat selanjutnya dipotong kecilkecil dan direndam dengan metanol selama 48 jam. Ekstrak metanol diperoleh dengan melakukan penyaringan dan sentrifugasi pada kecepatan 1.000 x g selama 15 menit. Supernatan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator. 2.6. Uji Aktivitas Antimikroba Eekstrak Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antimikroba adalah metode difusi agar (Valgas et al., 2005). Uji aktivitas antimikroba di awali dengan pembuatan sumur (diameter 5 mm) pada media NA. Selanjutnya, pada media tersebut disebarkan kultur bakteri uji. Akhirnya ekstrak bakteri dengan konsentrasi E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 35

Nofiani et al. tertentu dimasukkan ke sumur tersebut dan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Pengujian aktivitas antimikroba ekstrak bakteri terhadap jamur uji sama seperti dilakukan pada bakteri kecuali media yang digunakan adalah potato dextrose agar (PDA). memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut: berwarna merah dan memiliki bentuk seperti vas bunga (Gambar 1). 2.7. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Penentuan KHM ekstrak bakteri dilakukan berdasarkan metode Valgas et al. (2007). Pengujian dilakukan dengan metode yang sama dengan uji aktivitas antimikroba ekstrak bakteri hanya konsentrasi ekstrak yang digunakan bervariasi yaitu: 1.000μg, 950μg, 900μg, 850μg, 800μg, 750μg, dan 700μg. (a) III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengambilan Sampel Spons Bakteri yang diisolasi pada penelitian ini adalah bakteri yang berasosiasi dengan spons dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat (Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2008 pukul 14.00 WIB. Spons diambil pada kedalaman sekitar 6,5 meter dari permukaan air laut. Kondisi ph, kadar garam serta temperatur air laut berturutturut adalah 7,94; 36 0 / 00 dan 30 0 C. Bentuk spons yang diambil dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat (b) Gambar 1 Sampel spons: (a). Tampak atas; (b). Tampak samping 3.1. Isolasi Bakteri Berasosiasi dengan Spons Empat dari 135 isolat bakteri hasil pengenceran 10-2 telah berhasil diisolasi, yaitu: LCS 1, LCS 2, LCS 3 dan LCS 4 (Tabel 1). Pemilihan hasil pengenceran 10-2 untuk isolasi bakteri disebabkan jumlah koloni representatif untuk dilakukan isolasi. Tabel 1. Morfologi Isolat Bakteri Berasosiasi Spons Kode Bakteri Diameter (mm) Warna Bentuk Elevasi Tepian Koloni Yang Tumbuh LCS 1 4 Putih susu berbenangbenang datar bercabangcabang LCS 2 2 kuning Bundar cembung licin LCS 3 1 Putih susu Bundar datar licin LCS 4 2 Putih susu Bundar cembung licin 36 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri Berasosiasi Spons Dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat Tabel 2. Aktivitas Antimikroba Isolat Bakteri Berasosiasi dengan Spons Bakteri uji LCS 1 LCS 2 LCS 3 LCS 4 C. tropicalis - - - - P.aeruginosa + + - - S. aureus + + - - 3.2. Penapisan Aktivitas Antimikroba Penapisan aktivitas antimikroba bertujuan untuk menyeleksi isolat-isolat bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri dan jamur yang bersifat patogen, seperti: P. aeruginosa, S. aureus dan C. tropicalis. Aktivitas antimikroba ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar isolat bakteri. Hasil penapisan aktivitas antimikroba menunjukkan adanya 2 isolat bakteri (LCS 1 dan LCS 2) yang membentuk zona hambat terhadap P. aeruginosa dan S. aureus (Tabel 2). Senyawa antimikroba merupakan salah satu produk metabolit sekunder. Pembentukan senyawa metabolit sekunder dikode oleh sejumlah gen yang terdapat pada DNA kromosom atau DNA plasmid. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi metabolit sekunder yaitu: keterbatasan nutrisi yang tersedia di lingkungan tumbuh suatu bakteri, penambahan senyawa penginduksi dan penurunan kecepatan pertumbuhan (Demain, 1998). Umumnya metabolit sekunder tidak terbentuk jika lingkungan tumbuh mengandung cukup nutrisi untuk pertumbuhan bakteri karena senyawa tersebut bukan unsur esensial bagi pertumbuhan dan reproduksi sel (Barry and Wainwright, 1997). Aktivitas antimikroba yang dihasilkan oleh 2 isolat yaitu LCS 1 dan LCS 2 mengikuti pola penurunan kecepatan pertumbuhan. Ketika isolat bakteri tersebut berada pada fase pertumbuhan (fase logaritma), bakteri melakukan aktivitas pembelahan sel dengan mengonsumsi nutrien yang tersedia pada media tumbuh. Ketika nutrien mulai berkurang bakteri akan memasuki fase stasioner dan pada fase ini diduga terjadi pembentukan senyawa metabolit sekunder yang bersifat antimikroba. Aktivitas antimikroba yang terbentuk setelah memasuki fase stasioner dimungkinkan mengikuti mekanisme quorum sensing. Quorum sensing merupakan sistem komunikasi antar sel untuk merespon perubahan lingkungan. Komunikasi antar sel bakteri tersebut berperan penting dalam proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitar. Salah satu bentuk respon yang ditunjukkan bakteri adalah pembentukan senyawa metabolit sebagai bentuk pertahanan melawan mikroba lain dan menghindari senyawa toksik yang memiliki potensi bahaya terhadap bakteri tersebut. Salah satu contoh pemanfaatan quorum sensing adalah pembentukan antibiotik phenazine oleh Pseudomonas aureofaciens (Tinaz, 2003). Antibiotik phenazine merupakan sistem pertahanan diri bagi Pseudomonas aureofaciens dalam berkompetisi dengan organisme lain untuk tumbuh disekitar rizosfer gandum. Selain itu, phenazine juga dapat mencegah tumbuhnya jamur penyebab penyakit pada gandum. Bakteri tersebut mengandung protein PhzI dan PhzR dan sistem respon berupa HHL (N-hexanoyl- L-homoserine lactone) yang bertanggung jawab pada pembentukan phenazine. HHL yang terikat dengan PhzR akan mengaktivasi gen PhzI sehingga terjadi pembentukan phenazine. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 37

Nofiani et al. 3.3. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakteri Berasosiasi Spons Produksi dan ekstraksi bakteri berasosiasi spons dilakukan untuk semua isolat meskipun hanya dua isolat yang menunjukkan aktivitas antimikroba pada saat penapisan. Hal ini disebabkan ada kemungkinan bakteri menghasilkan senyawa antimikroba intraselular sehingga sel bakteri perlu dipecah untuk memperoleh senyawa antimikroba. Pemecahan sel dapat dilakukan pada saat maserasi bakteri dengan media tumbuh. Penambahan metanol pada saat maserasi akan menyebabkan ph ekstrasel menjadi asam dan berakibat pada peningkatan konsentrasi proton di dalam sel (Purwoko, 2007). Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah sel akan menggunakan energi berupa ATP untuk memompa proton keluar sel. Jumlah ATP yang digunakan berbanding lurus dengan jumlah proton yang dipompa keluar sel. Kondisi ini menyebabkan terjadinya hambatan pertumbuhan karena sel kekurangan energi. Ketika sel tidak cukup memiliki ATP untuk memompa proton keluar sel maka terjadi akumulasi proton di dalam sel dan dapat menyebabkan lisis sel dan senyawa metabolit berdifusi ke pelarut metanol. Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak bakteri berasosiasi spons terhadap 12 mikroba uji menunjukkan bahwa ekstrak yang aktif sama dengan hasil uji aktivitas antimikroba saat penapisan yaitu: ekstrak LCS 1 dan LCS 2 (Tabel 3). Ekstrak LCS 1 dan LCS 2 menunjukkan aktivitas antibakteri spektrum luas karena menunjukkan aktivitas terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif. Ekstrak LCS 1 memiliki daya antibakteri yang paling kuat terhadap B subtilis dibandingkan dengan aktivitasnya terhadap 2 bakteri uji yang lain yaitu: Salmonella sp. dan S. aureus. Hal ini dapat dilihat bahwa ekstrak LCS 1 dapat memberikan zona hambat sebesar 4,7 mm setiap 1.000 μg/sumur. Ada beberapa dugaan mengapa LCS 3 dan LCS 4 tidak menghasilkan senyawa antimikroba. Pertama, kedua isolat tersebut memiliki gen yang mengode pembentukan senyawa metabolit sekunder namun tidak terekspresi pada kondisi normal. Gen tersebut baru akan terekspresi ketika diinduksi terlebih dahulu. Proses induksi dapat berupa penambahan suatu senyawa prekursor ataupun penambahan sejumlah tertentu inokulum bakteri uji pada saat proses fermentasi isolat bakteri. Senyawa prekursor yang berperan sebagai induser antara lain: fenilalanin yang menginduksi produksi alkaloid benzodiazapene, penambahan etanol yang menginduksi Streptomyces venezuela untuk menghasilkan jadomycin B serta penambahan glisin, fenilalanin, tirosin dan arginin untuk menghasilkan vancomycin (Demain, 1998). Penambahan sel hidup S. aureus pada media tumbuh dapat meningkatkan aktivitas antimikroba dari strain Mbbc1121. Pada proses produksi S. aureus dan strain Mbbc1121 melalui membran dialisis semi-permeabel sehingga senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba terekskresi ke media tumbuh (Mearn- Spragg et al., 1998). Kedua, bakteri tersebut menghasilkan senyawa antimikroba namun tidak bersifat aktif terhadap bakteri uji. Ketiga, bakteri menghasilkan senyawa antimikroba secara intraseluler sehingga senyawa yang dihasilkan tidak terekskresi dan terakumulasi di media tumbuh. 38 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri Berasosiasi Spons Dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat Tabel 3. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Isolat Bakteri Zona hambat pertumbuhan (mm) Mikroba uji Ekstrak LCS 1 Ekstrak LCS 2 Ekstrak LCS 3 Ekstrak LCS 4 A. hydrophila - - - - B. subtilis 4,7 11,2 - - C. albicans - - - - C. tropicalis - - - - C. freundii - - - - E. coli - - - - K. pneumoniae - - - - P. aeruginosa - 15,3 - - Salmonella sp 1,2 1,6 * - - S. aureus 1,3 14,7 - - V. cholerae - - - - V. harvei - - - - V. vara - - - - Keterangan: * konsentrasi ekstrak LCS 2 = 1.050 μg/sumur, - = tidak aktif Tabel 4. Nilai KHM Ekstrak Isolat Bakteri LCS 1 dan LCS 2 terhadap Bakteri Uji Nilai KHM ekstrak isolat terhadap bakteri uji (μg/sumur) Isolat bakteri B. subtilis P. aeruginosa Salmonella sp. S. aureus LCS 1 800 - * 950 1.000 LCS 2 750 350 1.050 500 Keterangan: * = tidak diuji 3.4. Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) Nilai KHM adalah konsentrasi minimum dari suatu ekstrak yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Penentuan nilai KHM hanya dilakukan terhadap ekstrak LCS 1 dan LCS 2 yang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap 4 bakteri uji. Aktivitas antimikroba ekstrak LCS 1 terhadap B. subtilis merupakan nilai KHM terbaik dibandingkan dengan 3 mikroba uji yang lain, yaitu 800 μg/sumur (Tabel 4). Meskipun demikian, berdasarkan dari nilai KHM tersebut ekstrak bakteri LCS 1 menunjukkan lemahnya aktivitas antimikroba. Aktivitas antimikroba ekstrak LCS2 terhadap P. aeruginosa menunjukkan nilai KHM terbaik dibandingkan dengan nilai KHM dari 3 mikroba uji, yaitu 350 μg/sumur. Berdasarkan nilai KHM, aktivitas antimikroba ekstrak LCS 2 adalah lemah tetapi ekstrak ini menarik untuk diisolasi senyawa aktifnya karena P. aeruginosa merupakan mikroba yang resistan terhadap semua antibiotik yang ada dipasaran. Selain itu, ada kemungkinan kandungan senyawa antimikroba tersebut memiliki aktivitas antimikroba yang kuat tetapi produksi senyawa antimikroba oleh bakteri sangat kecil. IV. KESIMPULAN Ekstrak bakteri LCS 1 dan LCS 2 menunjukkan aktivitas antimikroba lemah terhadap B. subtilis, Salmonella sp., P. aeruginosa dan S. aureus. Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 39

Nofiani et al. untuk ekstrak isolat LCS 1 adalah 800 μg/sumur untuk B.subtilis, 950 μg/sumur untuk Salmonella sp. dan 1.000 μg/sumur untuk S.aureus. Nilai KHM ekstrak isolat LCS 2 terhadap B.subtilis, P.aeruginosa, Salmonella sp. dan S.aureus berturut-turut adalah 750 μg/sumur, 350 μg/sumur, 1.050 μg/sumur dan 500 μg/sumur. DAFTAR PUSTAKA Barry, K.J. and N. R. Wainwright. 1997. Biosynthetic Induction of a Secondary Metabolite by a Marine Bacterium under Nutritional Stress: Potential Role of the Incomplete Oxidation of an Organic Acid, Biol. Bull., 193: 274-275. Demain, A.L. 1998. Induction of Microbial Secondary Metabolism, Internationall Microbio., 1:259-264. Elardo, S.P., M. Wehrl, A.B. Friedrich, P.R. Jensen, and U. Hentschel. 2003. Isolation of Planctomycetes from Aplysina Sponges. Aquat. Microb. Ecol., 33:239-245. Isnansetyo, A. and Y. Kamei. 2003. MC21-A, A Bacterial Antibiotic Produced by a New Marine Bacterium, Pseudoalteromonas phenolica sp. nov. O-BC30 T, against Metchicilin-Resistant Staphylococcus aureus, Antimicrob. Agen. Chemother., 47:480-488. Johnson, L. F., E.A. Curl, J.H. Bond, and H.A. Fribourg. 1960. Methods and Studying: soil microflora-plants disease relationships, Burgess Publishing Company, Minneapolis, USA. Kanagasabhapathy, M., H. Sasaki, K. Nakajima, K. Nagata, and S. Nagata. 2005. Inhibitory Activities of Surface Associated Bacteria Isolated from the Marine Spons Pseudoceratina purpurea. Microbes and Environmets, 20:178-185. Kennedy, J., P. Baker, C. Piper, P. D. Cotter, M. Walsh, M. J. Mooij, M. B. Bourke, M. C. Rea, M. P. O Connor, P. Ross, C. Hill, F. O Gara, J. R. Marchesi, and A. D. W. Dobson. 2009, Isolation and Analysis of Bacteria with Antimicrobial Activities from the Marine Sponge Haliclona simulans Collected from Irish Waters. Mar. Biotechnol. 11:384-396. Mearns-Spragg, A., M. Bregu, K. G. Boyd, and J. G. Burgess. 1998. Crossspecies Induction and Enhancement of Antimicrobial Activity Produced by Epibiotic Bacteria from Marine Algae and Invertebrates, after Exposure to Terrestrial Bacteria, Letter. Appl. Microbiol., 27:142-146. Orozova, P., V. Chikova, R. Nenova, M. Konovska, and H. Najdenski. 2008. Antibiotic Resistance of Potentially Pathogenic Aeromonas Strains. Trakia Journal of Sciences, 6:71-77. Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba (1st Ed.). Bumi Aksara, Jakarta. Schmitz, F.J. 1994. Cytotoxic compounds from sponges and associated microfauna. In:, Van Soest, R.W.M., T.M.G. Van Kempen, J.C. Braekman (Eds.). Sponges in Time and Space. Biology Chemistry Paleontology. Proceedings of the 4 th International Porifera Congress. Amsterdam, 19-23 Apr 1993, A.A Balkema, Rotterdam. Tinaz, G.B. 2003. Quorum Sensing in Gram-Negative Bacteria. Turk. J. Biol., 27:85-93. 40 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri Berasosiasi Spons Dari Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat Valgas, C. S.M. Souza, E.F.A. Smania, and A. Smania. 2007. Screening Methods to Determine Antibacterial Activity of Natural Products. Braz. J. Microbiol., 38:369-380. Woo, J.H., E. Kitamura, H. Myouga, and Y. Kamei. 2002. An Antifungal Protein from the Marine Bacterium Streptomyces sp. Strain AP77 is Specific for Pythium porphyrae, a Causative Agent of Red Rot Disease in Porphyra spp.. Appl. Environ. Microbiol., 68:2666-2675. Zheng, L., H. Chen, X. Han, W. Lin, and X. Yan. 2005. Antimicrobial screening and active compound isolation from marine Bacterium NJ6-3-1 Associated with the Sponge Hymeniacidon parleve. J. Microbiol. Biotech., 21:201-206. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 41