PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN MELALUI WIRAUSAHA PENGOLAHAN LIMBAH PASAR MENJADI PUPUK KASCING DI DESA TEGALSARI, BRUNO, PURWOREJO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LIFE SKILL REMAJA USIA PRODUKTIF DALAM BIDANG PRODUKSI PUPUK ORGANIK KASCING BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI DESA BINANGUN, BUTUH, PURWOREJO

USUL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Selama ini sebagian besar

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pengolahan yang dapat dilakukan adalah pengolahan sampah organik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEBLUR DAUN INDIGO PENGHASIL PASTA PEWARNA ALAMI BAGI UKM PENGRAJIN BATIK DI KECAMATAN GUNUNG PATI SEMARANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN MEMBUAT DAN MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

H. Yulipriyanto, Suhartini, Sudarsono

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo

PENGELOLAAN SAMPAH BOTOL MINUMAN OLEH IBU PKK DESA BANTRUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

LAPORAN AKHIR HIBAH KKN PPM PENGELOLAAN SAMPAH SECARA TERPADU BERBASIS EKONOMI KREATIF DI DESA KRENDETAN, BAGELEN, PURWOREJO

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SAMPAH PASAR MENJADI KOMPOS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM)

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA CIA (CIHIDEUNG ILIR IN ACTION): GERAKAN CINTA LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN SITU CIHIDEUNG ILIR

Materi Pengantar Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 1 No. 2 Tahun 2016

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN MELALUI WIRAUSAHA PENGOLAHAN LIMBAH PASAR MENJADI PUPUK KASCING DI DESA TEGALSARI, BRUNO, PURWOREJO Budi Setiawan, Didik Widiyantono Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail : setiawanbudi75@gmail.com Abstrak. Kemiskinan yang terjadi pada tingkat rumah tangga merupakan masalah kompleks yang harus ditangani secara berkelanjutan. Program pengentasan kemiskinan harus direncanakan dan dilakukan berdasarkan potensi sumber daya yang ada di wilayah setempat. Kegiatan pemberdayaan rumah tangga miskin dalam bidang teknik produksi pupuk organik kascing berbasis kewirausahaan dengan memanfaatkan limbah pasar ini adalah bagian dari strategi pengentasan kemiskinan. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan rumah tangga miskin dibidang produksi pupuk organik kascing berbasis kewirausahaan yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012 - May 2012 yang diikuti oleh 30 peserta yang merupakan kepala rumah tangga dari rumah tangga miskin di desa Tegalsari, kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Pelatihan ini berisi materi tentang materi konsep dan pengembangan pertanian terpadu, teknik produksi pupuk organik kascing, teknik pengolahan limbah pasar, teknik berwirausaha dan teknik pemasaran. Kata kunci: kemiskinan, rumah tangga miskin, pupuk kascing, kewirausahaan, sampah pasar PENDAHULUAN Desa Tegalsari, merupakan salah satu desa miskin yang ada di wilayah kecamatan Bruno. Desa Tegalsari memiliki 1.734 keluarga dan dihuni kurang lebih 5.800 jiwa yang tersebar di empat dusun yaitu dusun Gubyakan, Teges, Krajan dan Silo. Penduduk desa Tegalsari sebagian besar mengandalkan dari sektor pertanian dan sebagian pada pekerjaan informal terutama pada profesi pertukangan kayu. Sebagai desa dalam kategori desa miskin, wilayah desa Tegalsari hampir setiap tahun menghadapi kondisi bencana tanah longsor. Bencana yang sering terjadi adalah tanah bergerak dan retak memanjang dan dapat berakibat pada turunnya permukaan tanah. Salah satu potensi wilayah desa Tegalsari adalah keberadaan Pasar Tegalsari yang berada tepat di depan Balai Desa Tegalsari. Pasar desa Tegalsari ini merupakan pasar terbesar di wilayah kecamatan Bruno. Meskipun hanya memiliki 2 hari pasaran yaitu Pon dan Kliwon, namun potensi ekonomi dari pasar Tegalsari sangat besar, karena cakupan pelaku pedagang pasar dari 2 kabupaten yaitu kabupaten Wonosobo dan kabupaten Purworejo. 21

22 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 Potensi besar pasar Tegalsari menyisakan permasalahan pegelolaan sampah pasar, seperti halnya juga terjadi di berbagai pasarpasar tradisional lainnya. Sebagian besar orang beranggapan bahwa sampah merupakan benda sisa atau yang sudah rusak atau yang dianggap sudah tidak terpakai. Selama ini sebagian besar pasar tradisional dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Selain diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengangkut sampah ke TPA, praktek pengelolaan sampah seperti ini berpotensi besar melepas gas metana (CH) yang merupakan salah satu gas rumah kaca (green house gasses) serta berkontribusi cukup besar terhadap pemanasan global. Pengelolaan sampah di pasar desa Tegalsari yang merupakan salah satu pasar terbesar pengumpul sayur dan buah terbesar di wilayah kecamatan Bruno menjadi permasalahan pelik yang dihadapi oleh pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Aktivitas perdagangan yang dominan dari pasar tradisional desa Tegalsari adalah jual beli antara petani sayur dan buah, dengan pedagang pengumpul dan pembeli akhir. Aktivitas perdagangan di pasar Tegalsari ini biasanya diikuti dengan pemilahan dan membuang bagian yang tidak layak jual sehingga ini menyebabkan semakin menggunungnya tumpukan sampah. Tumpukan sampah di pasar Tegalsari ini berakibat terganggunya estetika wilayah perkampungan desa Tegalsari dan menimbulkan bau menyengat. Pengelolaan sampah yang selama ini sudah berjalan tidak terlalu optimal karena banyaknya permasalahan mulai dari sistem pengangkutan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampai dengan personel pengelola sampah pasar desa Tegalsari. Mengingat potensi sumber daya yang dimiliki oleh wilayah desa Tegalsari dan kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo serta dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat maka perlu kiranya dilakukan pelatihan dan pendampingan khususnya para kepala kelaurga rumah tangga miskin tentang teknik produksi pupuk organik kascing yang berbasis kewriausahaan dengan memanfaatkan limbah pasar. Materi apa yang dapat dikembangkan, agar kelompok sasaran rumah tangga miskin di desa Tegalsari, Bruno dapat dengan mudah melaksanakannya. Memberikan pelatihan dan pendampingan di bidang Produksi Pupuk Organik Kascing berbasis kewirausahaan dengan memanfaatkan limbah pasar untuk peningkatan ekonomi keluarga dalam kerangka mengurangi angka kemiskinan. Membantu menurunkan jumlah keluarga miskin di Desa Tegalsari Kecamatan Bruno, sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari pemberdayaan. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya pengembangan konsep pertanian terpadu dan penggunaan pupuk organik. Membantu peningkatan produksi pupuk organik sebagai bagian pemenuhan Kebutuhan pupuk dan peningkatan pelestarian lingkungan. Kepala rumah tangga miskin di desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha dalam Pupuk Organik Kascing. Memberikan dasardasar keterampilan hidup sehingga para kepala keluarga miskin memiliki keunggulan dari aspek-aspek kecakapan hidup yang terdiri dari kemampuan bersosialisasi, bersikap dan berfikir di samping kemampuan akademik dan vokasional. Terbinanya kerjasama yang baik antara masyarakat di Desa Tegalsari, Bruno, Purworejo dengan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Purworejo. Kuncoro (1997) mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum. Amartya Sen dalam Anggraeni (2009) berpendapat bahwa kemiskinan merupakan ketiadaan

Budi Setiawan, Didik Widiyantono Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Wirausaha 23 satu atau beberapa kemampuan dasar yang diperlukan untuk memperoleh fungsi minimal dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini termasuk tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk memperoleh cukup makanan, pakaian, tempat berlindung (kemiskinan karena pendapatan) atau tidak mampu mengobati penyakit ke sarana kesehatan yang ada (kemiskinan karena kesehatan yang buruk), juga tidak memiliki akses terhadap pendidikan, partisipasi politik, atau peran di dalam masyarakat. Pemberdayaan rumah tangga miskin melalui pelatihan dan pendampingan produksi pupuk organik kascing dengan memanfaatkan limbah pasar adalah bagian dari strategi penanggulangan kemiskinan. Kegiatan pemberdayaan ini diharapkan akan mampu memberi kesempatan untuk mengakses usaha ekonomi dengan memanfaatkan potensi wilayah yaitu limbah pasar yang belum terkelola. Diharapkan kelompok sasaran rumah tangga miskin dapat menangkap dan membuka wirausaha bidang produksi pupuk organik kascing baik dilakukan secara kelompok maupun secara perorangan. Kascing merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki unsur hara yang lengkap dan dapat sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan Kascing sangat tergantung dengan bahan organic dan jenis cacing yang dipakai sebagai pengurai. Namun pada umumnya, pupuk Kascing mempunyai unsure hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan vitamin. Dengan kandungan unsure hara ini, maka kascing sangat layak untuk digunakan sebagai pupuk (Simanunglangit et al, 2006). Dari berbagai penelitian menunjukkan Pupuk organik kascing terbukti mempunyai beberapa keuanggulan, diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan tanaman, memperbaiki mutu buah, dan juga mencegah penyakit tanaman. Dengan potensi yang sangat besar dari pupuk organik kascing ini, maka penguasaan keterampilan dalam teknik produksi pupuk organik kascing sangat menguntungkan untuk dapat dimiliki oleh kepala keluarga rumah tangga miskin. Keterampilan penguasaan teknik poduksi pupuk organik kascing sangat diperlukan bagi rumah tangga miskin desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo mengingat potensi lokal di daerah tersebut, dimana Kebutuhan akan suplai pupuk yang besar dan banyaknya media bahan pupuk organik kascing baik berasal dari kotoran ternak, limbah pertanian (jerami) dan limbah rumah tangga, dan terutama berasal dari limbah pasar tradisional yang belum terkelola. Produksi pupuk kascing merupakan peluang wirausaha yang cukup bagus seiring dengan kebutuhan yang cukup besar akan suplai pupuk terutama pupuk organik. Konsep bisnis Pupuk Organik Kascing ini dapat dikembangkan dengan konsep bisnis industri kecil yang memiliki produk berupa pupuk. Untuk menghasilkan pupuk organik Kascing, industri ini akan memproduksi pupuk kascing, yang ruang lingkup kegiatan bisnisnya dapat dimulai dari beternak cacing dengan media kotoran ternak, limbah pertanian dan limbah rumah tangga. Dari hasil kascing ini, industri kecil ini dapat memasarkan produk pupuk organik kascing,atau dalam skala yang lebih kecil dapat menggunakan pupuk organik kascing untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi sektor pertanian. METODE Metode Pelaksanaan pemberdayaan rumah tangga miskin dalam bidang produksi pupuk organik ini menggunakan metode Education for Sustainable Development (EfSD). EfSD adalah pembelajaran untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu pembelajaran yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang terutama generasi mendatang untuk berkontribusi lebih

24 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 baik bagi pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang. Tahapan yang dilaksanakan dalam penerapan dari metode ini adalah:(1) Observasi Lapangan. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk menggali informasi yang akurat dengan melihat dan berdialog secara langsung baik dengan perangkat desa maupun kelompok remaja usia produktif di desa Tegalsari, (2) Sosialisasi Program. Pemaparan rencana kegiatan pengabdian disampaikan dalam forum resmi yang dihadiri tokoh masyarakat, perangkat desa dan kelompok sasaran, (3) Pelatihan & workshop. Pelatihan dan praktek secara langsung materi yang berkaitan dengan teknik produksi pupuk organik Kascing dan Kewirausahaan Pupuk Organik, (4) Studi Banding. Kunjungan pada kelompok industri yang sudah berkembang sangat penting, untuk menanamkan pengetahuan, pemahaman dan motivasi, (5) Bantuan Peralatan. Dalam upaya penguasaan akses produksi bagi rumah tangga miskin, maka bantuan peralatan adalah salah satu tahap yang strategis untuk percepatan akses produksi, (6) Pendampingan. Pendampingan dalam bentuk kunjungan dan konsultasi ke kelompok usaha atau kelompok produksi yang sudah terbentuk. dengan karakteristik sebagai berikut: a) jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang, b) usia kepala rumah tangga kurang dari 40 tahun, c) kepala rumah tangga berpendidikan SD, SMP serta putus sekolah, d) bekerja di sektor informal (buruh pasar, ojek, tukang potong kayu), e) bekerja sebagai buruh tani tanpa lahan, 2) limbah pasar tradisional Tegalsari sangat banyak terutama dalam bentuk sayur dan buah, 3) limbah pasar tradisional Tegalsari menjadi permasalahan bagi lingkungan karena sering menumpuk dan menyumbat saluran air di perkampungan seputar pasar, 4) pengelolaan limbah pasar tradisional Tegalsari belum optimal dan cenderung menghadapi kendala baik dalam teknis pengelolaan maupun tempat penampungan akhir sampah, 5) belum adanya kelompok usaha, industri di bidang pupuk organik HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Tegalsari merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Bruno kabupaten Purworejo. Sebagian besar penduduk di desa Tegalsari bermatapencaharian sebagai petani. Disamping aktivitas utama di sektor pertanian, penduduk desa Tegalsari juga beternak sapi dan kambing. Beberapa tahapan pelaksanaan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : Observasi Lapangan dilakukan untuk melihat sumber daya yang ada di desa Tegalsari. Beberapa hal yang dapat ditemukan dalam tahap observasi ini adalah 1) banyaknya rumah tangga miskin di wilayah desa Tegalsari Gambar 1. Pasar Tegalsari saat tidak hari pasaran Sosialisasi program dilaksanakan satu kali yaitu pada tanggal 4 Januari 2012. Sosialisasi ini dhadiri oleh pihak-pihak terkait seperti pemerintah kecamatan Bruno, Kepala Desa dan Perangkat Desa Tegalsari, Tokoh Masyarakat, Kelompok Sasaran, Kepala LPPM Universitas Muhammadiyah Purworejo dan tim pengabdian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Budi Setiawan, Didik Widiyantono Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin Melalui Wirausaha 25 Gambar 4.Pemaparan materi Potensi Wirausaha Pupuk Gambar 2. Sosialisasi Program Pada tahap ini dapat simpulkan bahwa kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari seluruh pihak terkait di Desa Tegalsari. Pada tahap Pelatihan dan Workshop ini di bagi menjadi 2 tahap utama yaitu ceramah, diskusi dan praktek. Secara keseluruhan tahap pelatihan dan workshop ini dilaksanakan selama 5 kali. Materi yang disampaikan dalam tahap ini adalah a) Konsep dan perkembangan pertanian terpadu, b) Kandungan unsur hara pada pupuk, c) Model penerapan pupuk organik pada budidaya tanaman, d) Model Bisnis pupuk organik, e) Metode pemasaran pupuk organic, f) praktek pembuatan pupuk organik. Gambar 5.Praktek penangan limbah/ sampah pasar Studi Banding Tujuan dilaksanakan studi banding adalah 1) pendalaman materi yang telah disampaikan pada tahap pelatihan dan workshop, 2) peningkatan motivasi, 3) menjalin mitra kerjasama. Gambar 3.Pemaparan materi pertanian terpadu dan potensi pupuk organik dari limbah pasar Gambar 6. Studi Banding pada Pengolahan Pupuk Organik di Joglo Tani Godean Pada tahap Bantuan Peralatan ini diberikan bantuan peralatan mesin pencacah sampah. Mesin ini telah desain untuk digunakan

26 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 mencacah sampah organic dari limbah pasar. Diharapkan dari bantuan peralatan mesin ini, kelompok rumah tangga miskin mempunyai peningkatan dalam akses asset produksi. rumah tangga miskin peserta pelatihan di desa Tegalsari, telah mempunyai motivasi yang kuat untuk berwirausaha khususnya di bidang pertanian, sehingga seyogyanya pemerintah dan pihak terkait dapat memfasilitasi, mendorong bagi tumbuhnya usaha baru yang berkelanjutan. Perlu dikembangkan kerjasama yang cakupannya lebih luas antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah untuk bersamasama mengurangi angka pengangguran. DAFTAR PUSTAKA Gambar 8.Kepala LPPM UM Purworejo sesaat sebelum penyerahan mesin Tahap pendampingan merupakan tahap akhir dari rangkaian metode kegiatan pengabdian ini. Pada tahap awal dari pendampingan, diadakan pendalaman melalui FGD kendala dan rencana aksi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberdayaan rumah tangga miskin dibidang produksi pupuk organik kascing berbasis kewirausahaan dengan memanfaatkan limbah pasar di desa Tegalsari, Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo berisi tentang berisi materi tentang a) Konsep dan perkembangan pertanian terpadu, b) Model Bisnis pupuk organik. Pelatihan dan pendampingan dibidang Produksi Pupuk Organik Kascing bagi rumah tangga miskin dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang pertanian terpadu dan pertanian organik. Saran Kelompok sasaran kepala keluarga Anggraeni, Ayu Dian., 2009, Profil Rumah Tangga Miskin dan Faktor Determinan Kemiskinan Di Kabupaten Bogor (Studi Kasus Desa Jogjoga, Cisarua,Bogor), Thesis Magister Ekonomi, Depok: FE Universitas Indonesia. http://eprints. ui.ac.id Bappenas, 2009, Data Kemiskinan Indonesia tahun 2009, Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. www.bappenas.go.id. BPS Kabupaten Purworejo, 2011, Kabupaten Purworejo dalam Angka 2011. Keputusan MenKo & PPK No 961/KEP/M/ XI/1995 Kuncoro, Mudrajad, 2010, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga. Kuruparan. P et al., 2005, Vermicomposting as a Eco Tools in Sustainable Soil Wate Management, Anna University. Maso, M.A. & Blasi. A. B., 2008, Evaluation of Composting as a strategy for managing organic wastes from a municipal market in Nicaragua, Bioresource Technology. Vol 99. Simanungkalit et al, 2006, Organic Fertilizer and Biofertilizer, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.