IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 SARI Kabupaten Pesisir Selatan adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2232 K/74/ MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prabawa tahun 2011. Jasa luar biasa yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri ESDM tersebut adalah kemampuan Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang utama Pemerintah Kabupaten sebagai penggerak perubahan mewujudkan penyediaan energi listrik membangun PLTMH dan PLTS dengan capaian Tahun 2011 sebanyak 2.263 KK pada Kampung/ Desa yang belum berkembang, terpencil, dan terlistriki, sehingga berdampak besar terhadap pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Masyarakat, Bangsa dan Negara. 1. POTENSI ENERGI KABUPATEN PESISIR SELATAN AN Kabupaten Pesisir Selatan (Gambar 1) memiliki berbagai macam potensi energi baru terbarukan seperti tenaga angin, biomassa, matahari dan energi air, namun semua itu belum termanfaatkan secara optimal. Kondisi topografi Kabupaten Pesisir Selatan yang berbukit - bukit dan jumlah sungai banyak menyimpan potensi energi primer yang dapat digunakan sebagao pembangkit energi yang cukup besar. Dari survei awal yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Barat terdeteksi 925 MW potensi teoritis sumber tenaga air di Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam rangka meningkatkan ratio elektrifikasi dan pemerataan penyediaan tenaga listrik terutama di pedesaan, Pemkab Pesisir Selatan mencoba mencari solusi dengan memanfaatkan potensi sumber energi alternatif yang ada. Tahun 2011, Ratio Elektrifikasi Kabupaten Pesisir Selatan mencapai 64% yang disuplai masingmasing oleh PLN 59% untuk 55.218 KK, PLTMH 4,3% untuk 1572 KK, dan PLTS 1,7% untuk 637 KK. Sementara, masih terdapat 48.029 jiwa atau 11.177 KK yang belum menikmati listrik yang tersebar pada 96 kampung. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki sumber energi primer berupa potensi energi lainnya yang cukup besar untuk memenuhi semua kebutuhan energi listrik di seluruh wilayahnya. Sumber energi tersebut harus dikembangkan namun perlu pendanaan dan perencanaan yang terpadu dan matang, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah bisa mendapatkan manfaat yang optimal dari sumber energi tersebut. 2. PERMASALAHAN DAN REGULASI DI BIDANG ENERGI Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam sektor ketenagalistrikan dewasa ini adalah 83
Gambar 1. Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat terbatasnya sumber energi lokal yang sudah beroperasi dan mahalnya biaya operasional PLTD dan kekurangan pasokan ditutupi oleh PLN Padang. Pasokan dari Padang dengan jaringan 20 KV yang terlalu panjang sering mengalami susut energi. Sumber pasokan tenaga listrik yang jauh dari pusat beban pada sistem ketenagalistrikan di Kabupaten Pesisir Selatan menimbulkan beberapa permasalahan pada distribusi ketenagalistrikan. Masalah pertama yang dihadapi adalah susut tegangan yang besar, yang berdampak kepada rendahnya kualitas tenaga listrik yang didistribusikan kepada masyarakat. Permasalahan kedua, panjang jarak penyaluran dan pendistribusian listrik dari sumber pasokan ke beban menyebabkan peningkatan susut energi. Peningkatan susut energi listrik dapat diartikan sebagai peningkatan biaya penyaluran dan pendistribuasian energi listrik. Kondisi ini sangat merugikan konsumen dan ditambah lagi dengan terjadinya pemadaman, maka Pemkab Pesisir Selatan harus menata dan merencanakan kebutuhan energi listriknya. Model yang dikembangkan Pemkab Pesisir Selatan untuk mengatasi permasalahan ketenagalistrikan dengan cara pengembangan aspek komersialisasi termasuk membuat kajian struktur usaha yang tepat dan segi pemasarannya. Kajian struktur usaha dapat mencakup keterlibatan usaha padat modal dan/ atau kemampuan lokal melalui pengembangan usaha kecil menengah (UKM)/koperasi. Pengembangan usaha pemanfaatan PLTMH, PLTS dan Biogas dapat dilakukan dengan sistem franchising dalam arti melibatkan badan usaha yang mempunyai kemampuan modal, kompetensi pengelolaan usaha (manajemen bisnis) dan penguasaan teknologi sebagai franchisor. Badan usaha lokal (dalam bentuk UKM/koperasi) yang mempunyai akses terhadap pasar, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat sebagai franchisee. Untuk mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dibidang energi, Pemkab Pesisir Selatan telah mengeluarkan beberapa produk peraturan daerah, yaitu: 1) Peraturan Bupati Pesisir Selatan Nomor 146 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Usaha Ketenagalistrikan. 2) Peraturan Bupati Pesisir Selatan Nomor 147 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Energi. 84
3) Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor: 540/481/Kpts/BPT-PS/2010 tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas Penghematan Energi dan Air di Kabupaten Pesisir Selatan. 4) Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Usaha Ketenagalistrikan sudah berhasil disusun dan saat ini dalam tahap pengajuan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. 5) Rancangan Peraturan Daerah tentang Penggelolaan dan Pemanfaatan, Konservasi Energi 6) Tahun 2012 akan disusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Energi dan Rencana Umum Energi Daerah di Bidang Energi Primer dan Energi Baru Terbarukan. 3. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ENERGI Implementasi dari regulasi tersebut di atas dalam rangka pengembangan infrastruktur energi ketenagalistrikan antara lain Pemkab Pesisir Selatan telah membangun PLTMH di Kampung/ Desa yang belum terjangkau aliran listrik dari PLN dengan Komponen hampir 100% produksi dalam negeri yang berjumlah sebanyak 16 unit PLTMH untuk 1.922 KK yang tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan. Disamping itu, telah dibangun pula 2 unit Piko Hidro untuk 30 KK, 605 unit PLTS tersebar untuk 605 KK, 22 unit biogas untuk 22 KK dan 1 PLTA yang dikelola oleh pihak swasta On grid PLN. Produk yang dihasilkan PLTMH dan PLTS berupa energi listrik, untuk PLTMH tegangan yang dihasilkan 220 volt dengan daya mulai dari 1 KVA s/d 200 KVA. Sedangkan untuk PLTS tersebar tegangan yang dihasilkan 12 volt dengan daya 5 s/d 10 watt dan PLTS terpusat tegangan yang dihasilkan 220 volt dengan daya 1 KW s/d 10 KW (Gambar 2). Rehabilitasi dilakukan terhadap PLTMH/PLTA Salido Kecil yang dibangun sejak tahun 1913 sebagai peninggalan Zaman Belanda, dikembangkan menjadi salah satu lokasi Demosite PLTA On Grid bekerjasama dengan Intregrated Microhydro Development and Application Program (IMIDAP) dengan tujuan sebagai contoh bagi daerah-daerah lain dalam melakukan pengembangan potensi energi air, perbengkelan PLTA dan pariwisata, yang sekarang pengelolaannya dilakukan oleh PT. Anggrek Mekar Sari. Dengan selesainya pembangunan PLTMH dihasilkan energi yang murah. Dalam peningkatan penggunaan energi mini hidro, tidak meningkatkan biaya. Listrik yang dihasilkan karena digunakan pada siang hari dan tidak digunakan untuk menyalakan lampu penerangan. Penggunaan alat untuk kegiatan produksi pada siang hari sangat menguntungkan, untuk mendapatkan nilai tambah dan mengurangi beban kerja manual. 4. DAMPAK DAN MANFAAT Dampak dan manfaat dibangunnya PLTMH terhadap perekonomian adalah meningkatkan perekonomian masyarakat dengan bermunculan home industry di desa/ kampung, yang dulunya masyarakat tidak bisa melakukan aktifitas atau kegiatan yang bersifat kegiatan ekonomi tapi sekarang siang atau malam masyarakat dapat melakukan aktivitas usaha ekonomi. Selain itu yang dulunya masyarakat masih melakukan kegiatan memakai peralatan tradisional tapi sekarang sudah memakai peralatan modern untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat lebih baik serta mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dengan ada listrik di desa tersebut otomatis media elektronik seperti televisi dapat dinikmati oleh masyarakat. Berbagai upaya yang dilaksanakan untuk memanfaatkan potensi energi dalam rangka pembangunan kelistrikan di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, telah memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat perdesaan dan daerah terpencil, berupa peningkatan kesejahteraan, membuka peluang kerja dan kesempatan berusaha, menambah wawasan dan terlibat langsung dalam pemanfaatan teknologi 85
Gambar 1. Lokasi Kecamatan dan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang bersumber dari energi terbarukan (elektronik dan komunikasi), serta meningkatkan aktivitas sosial budaya dan keagamaan dalam masyarakat. Sedangkan terhadap aspek sosial budaya masyarakat adalah terjadi perbaikan yang signifikan dalam kegiatan pendidikan masyarakat, anak-anak dapat belajar dengan lebih baik pada malam hari dibandingkan sebelumnya sehingga mutu pendidikan meningkat. Kemajuan lain yang terjadi dimasyarakat adalah perempuan-perempuan yang terdapat dilingkungan tersebut lebih berkembang karena perempuan dapat informasi dari luar melalui media elektronik sehingga dapat mengambil informasi tersebut untuk diterapkan dimasyarakat, dengan media elektronik itu juga masyarakat dapat informasi tentang pengetahuan energi dan teknologi yang sedang berkembang. Terhadap pengelolaan bidang energi adalah peran dan kinerja pemerintah menjadi lebih efektif dalam membantu masyarakat, baik sebelum dan sesudahnya, dengan adanya kegiatan ini masyarakat dapat menikmati listrik sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak khususnya dilingkungan kegiatan ini. 86
4. PROGRAM PEMANFAATAN ENERGI BARU TERBARUKAN Potensi tenaga air di Kabupaten Pesisir Selatan sangat besar yang diperkirakan mempunyai potensi 925 MW dengan 12 Batang Anak Sungai Besar. Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai luas wilayah 574. 989 Ha dengan luas Hutan 424.371 Ha (73,81%) merupakan hutan konservasi sehingga potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena terbentur dengan Undang-Undang kawasan hutan. Bupati Pesisir Selatan mempunyai visi yang kuat untuk membebaskan Kabupaten Pesisir Selatan dari daerah tertinggal menjadi daerah maju dimana salah satu programnya yaitu meningkatkan ratio elektrikasi di Kabupaten Pesisir Selatan dengan cara tetap memanfaatkan potensi alam khususnya air dan matahari sebagai tenaga listrik yaitu membangun PLTMH dan PLTS pada kampung-kampung yang belum teraliri listrik dengan harapan dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Sedangkan beberapa program ke depan yang sedang ditangani antara lain; 1) Menyiapkan Sumber Daya Manusia untuk bidang energi melalui pendidikan dan latihan, baik yang diadakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat maupun Pemerintah Pusat. 2) Memanfaatkan potensi alam khususnya sungai, gelombang laut dan matahari yang dapat menjadi potensi energi baru terbarukan. 3) Mendata potensi bio masa menjadi energi baru terbarukan 4) Memberikan peluang yang sebesarbesarnya pada pihak swasta maupun BUMN untuk melakukan penelitian tentang sumber energi baru dan terbarukan di Kabupaten Pesisir Selatan. 5) Memberikan peluang kepada pihak pengusaha yang bergerak di bidang energi untuk berinvestasi di Kabupaten Pesisir Selatan, sampai tahun 2011 telah mengeluarkan 11 izin prinsip untuk pengelolaan PLTM oleh pihak swasta. 6) Mendorong pihak swasta/bumn dalam pemanfaatan biomassa untuk sumber energi baru dalam pemakaian sendiri, contoh PT. Incasi Raya yang memanfaatkan cangkang sawit sebagai sumber energi dalam pembangkit tenaga listrik untuk kebutuhan industri CPO. 5. STRATEGI PENGEMBANGAN Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi energi untuk pembangunan kelistrikan di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, beberapa langkahlangkah strategis pengembangan yang akan dilakukan adalah 1) Sinkronisasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam mengatasi krisis energi, sehingga program Pemerintah Pusat akan sejalan dengan Program Pemerintah Daerah sesuai dengan tujuan yang diharapkan; 2) Adanya perubahan kebijakan yang mendasar dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kehutanan agar potensi air yang terdapat pada hutan konservasi dapat dimanfaatkan dengan memberikan kemudahan pengeluaran izin pemakaian kawasan hutan untuk pemanfaataan energi air melalui Pemerintah Provinsi melalui Surat Keputusan Gurbernur; 3) Adanya kompensasi yang diberikan negara maju kepada Pemerintah Daerah yang telah ikut berpatisipasi mengurangi pemanasan global dengan melakukan pembangunan PLTMH; 4) Adanya bantuan percepatan dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian terkait kepada Pemerintah Daerah yang mengalami kekurangan dana dalam pembangunan PLTMH tetapi mempunyai potensi energi baru terbarukan untuk mengatasi krisis energi. * Disusun oleh Bambang Yunianto, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara 87