PENDAHULUAN Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dengan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invation) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan oleh kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi pada gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa kejadian mutasi dapat mentransformasi materi genetik sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut dapat diakibatkan oleh agen kimia, biologi maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker telah menjadi penyakit yang sangat ditakuti saat ini. Kematian akibat kanker di Amerika Serikat menempati posisi kedua setelah penyakit jantung. Diperkirakan satu dari tiga orang di AS mengalami perkembangan kanker dalam tubuhnya (Cooper, 1993). Kanker menyebabkan lebih dari 500.000 kematian tiap tahun di Amerika Serikat (Katzung, 1995). Laporan berbagai lembaga riset penelitian kanker di Indonesia menyatakan prevelensi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat. Insiden kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun (Puspitasari et al. 2003). Kanker terjadi pada sel-sel normal melalui suatu kesalahan genetika, kemudian berubah menjadi sel-sel ganas yang berploriferasi dengan cepat. Kanker lebih mudah tejadi pada sel yang terus menerus membelah dan memperbanyak diri, misalnya sel-sel kulit, sel-sel epitel lambung, saluran pencernaan dan paruparu sebagai akibat hubungan yang sangat intensif dengan faktor lingkungan (udara dan makanan) sehingga lebih mudah dipengaruhi senyawa karsinogenik. Proses perubahan ini dikenal dengan istilah karsinogenesis. Karsinogenesis dibagi dalam beberapa tahap yaitu inisiasi, promosi dan progresi (Contran et al. 1994). Tumor (bahasa Latin = pembengkakan) menunjukan massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat
2 kanker). Tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Perubahan pola makan di negara-negara berkembang seperti Indonesia mulai meninggalkan makanan tradisional ke makanan cepat saji (fast food) memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan. Makanan yang disukai masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini adalah makanan dengan kandungan lemak/minyak tinggi (gorengan), daging dan produk olahan daging, makanan dengan kandungan garam/penyedap tinggi serta makanan olahan dengan pengawet. Jenis-jenis makanan tersebut telah menjadi makanan idola jajanan anak-anak sekolah maupun masyarakat umum. Akibatnya muncul penyakit non infektif seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker. Disamping hal tersebut di atas, Indonesia sebagai negara dengan wilayah laut yang luas sehingga masyarakat sangat menyukai mengkonsumsi ikan. Konsumsi ikan laut sangat baik bagi kesehatan karena mengandung protein tinggi dan asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun bentuk olahan ikan yang mudah dan umum dilakukan dengan panggangan dan pengasapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan atau daging yang hangus setelah dipanggang mengandung senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon yang merupakan karsinogen kuat. Proses pengasapan daging atau ikan membentuk benzo(a)pirene yang bersifat karsinogen kuat. Penggunaan minyak goreng berulang kali dapat menyebabkan terjadinya oksidasi atau polimerisasi menghasilkan asam lemak trans atau bentuk-bentuk senyawa radikal bebas yang bila dikonsumsi dapat menimbulkan kerusakan seluler (Greenwald, 1996). Karsinogenesis berlangsung dalam waktu yang lama sekitar 10 sampai 20 tahun tetapi dapat juga terjadi lebih cepat tergantung pada intensitas paparan agenagen karsinogenik. Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, penderita kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi atau radiasi. Bila tidak segera di obati, kebanyakan kanker menyebabkan kematian.
3 Akhir-akhir ini upaya pengobatan kanker dengan kemoterapi banyak dilakukan. Bahan kemoterapi dari tumbuhan mempunyai prospek sebagai penghambat kanker yang lebih sedikit efek sampingnya. Distribusi senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antikanker sangat luas dalam tumbuhtumbuhan. NCI (National Cancer Institute) melakukan skrining sekitar 114.000 ekstrak tumbuhan dari tahun 1960 sampai 1982 dan menemukan sekitar 35.000 sampel tumbuhan memiliki aktivitas antikanker. Tahun 1991 sekitar 28.000 sampel tumbuhan dari seluruh dunia telah dikoleksi karena memiliki aktivitas antikanker. Sekitar 62% dari 87 jenis obat antikanker berasal dari bahan alam (Cragg, 1993). Hasil penelitian menunjukkan jenis buah-buahan dan sayuran segar berpotensi preventif dan antikanker. Konsumsi sayur dan buah yang mengandung flavonoid dapat menekan perkembangan kanker (Chatterjee, 1999). Apel kaya akan serat dan flavonoid. Flavonoid apel tertinggi dibandingkan dengan jenis buah-buahan lainnya. Flavonoid dilaporkan mampu menahan resiko terkena kanker paru-paru sampai 50%. Penelitian Cornell University membuktikan bahwa zat fitokimia yang terdapat dalam apel tersebut menghambat pertumbuhan sel kanker usus sebesar 43%. Apel juga memiliki komponen fitokimia antikanker seperti asam elegat, asam kafeat, asam klorogenat dan glutation. Asam elagat berperan sebagai "obat" antikanker generasi baru, dengan kerja utama melindungi kromosom dari kerusakan dan menghambat kerja dari banyak karsinogen, seperti asap rokok (dikenal secara kolektif sebagai polycylic aromatic hydrocarbons dan bahan-bahan kimia beracun seperti benzopyrene). Sementara glutation adalah bahan antikanker penting yang menangkal efek racun dari logam berat, seperti timah hitam. Zat tersebut juga dapat mengeliminasi pestisida dan bahan pelarut. Selain apel, jeruk juga dilaporkan mengandung glutation (senyawa antikanker dan antioksidan yang amat kuat) dengan kadar tinggi (Cooper, 1993). Beberapa tumbuhan memiliki komponen antitumor berupa senyawa fitokimia yang dikenal dengan pencegah kanker (cancer chemoprevention). Pencegahan kanker menggunakan senyawa fitokimia adalah salah satu upaya menggunakan bahan kimia alam yang diharapkan dapat mencegah tahap awal dari suatu karsinogenesis, sebelum terjadi penyebaran lebih jauh. Senyawa antitumor
4 dan antikanker pada tanaman diantaranya indol isothiosianat, dithiolthion dan organo sulfur yang banyak pada crucifera. Murakami et al, (1999) menyatakan bahwa dari 107 species tanaman yang diuji sebagai antitumor berasal dari famili Zingiberaceae dan Umbelliferae. Eksrak lengkuas mengandung ACA (1 asetoksi khavikol asetat). Kandungan tertinggi pada eksrak etil asetat dengan waktu maserasi 48 jam sekitar 1,62 ± 0,02 %. Memiliki potensi mengambat semua jenis alur sel kanker dan sel kanker primer manusia. Aktivitas antikanker ekstrak lengkuas disebabkan oleh kemampuan ekstrak ini meningkatkan interferon-y (INF-y) oleh alir sel kanker paru-paru, leukimia, melanoma primer, melanoma metastase dan kanker serviks (Rusmarilin, 2003). Kandungan isoflavon terdapat dalam tanaman sayuran, buah-buahan, padi-padian dan kacang-kacangan terutama banyak pada kedelai. Geneistein pada dosis 37 mm mampu menghambat aktivitas tirosin kinase, konsenterasi 20 mm menghambat proliferasi sel dan sel MCF-7 (sel kanker payudara). Daun, buah dan kulit batang tumbuhan mengandung senyawa golongan flavonoid dan polifenol (Sarjono, 2004; Harborne, 1996). Bioprospeksi dan eksplorasi tumbuhan yang berpotensi preventif kanker dan antikanker perlu terus dilakukan mengingat penyakit kanker diperkirakan prevelensinya akan terus meningkat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar bahan bioaktif farmasi atau produk jadinya sebagai obat antioksidasi dan terapi kanker masih diimpor dan juga harganya sangat mahal. Salah satu tanaman asli Indonesia yang diduga memiliki potensi anti kanker adalah langsat (Lansium domesticum L.). Daun tanaman langsat mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol. Secara empiris tanaman ini telah digunakan masyarakat pedalaman Kalimantan dan Minahasa Utara sebagai obat antimalaria, tumor dan kanker. Biji tanaman ini secara tradisional telah digunakan untuk mengobati penyakit parasitologis malaria. Namun belum ada laporan ilmiah pemanfaatan ekstrak bagian tanaman ini sebagai obat antikanker. Kearifan budaya etnomedikal masyarakat Indonesia yang diperoleh turun temurun perlu dilestarikan dan dikembangkan sehingga dapat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Adanya kandungan alkaloid, flavonoid dan polifenol lainnya pada tanaman langsat diduga berpotensi antikanker.
5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa fitokimia yang memiliki potensi antioksidasi dan antikanker dari ekstrak kulit batang langsat [L. domesticum L.] dan mengetahui aktivitas antioksidasi dan antikanker ekstrak kulit batang langsat [L. domesticum L.] in vitro pada sel kanker murine leukimia P388. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis bahwa terdapat senyawa fitokimia yang bersifat antikanker dari ekstrak kulit batang langsat [L. domesticum L.]. Senyawa tersebut memiliki aktivitas antioksidasi dan aktivitas antikanker yang kuat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang aktivitas antioksidasi dan aktivitas antikanker ekstrak kulit batang langsat [L. domesticum L.] dan juga diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis tanaman.