BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis konsekuensi..., Imran Zulkarnain Gultom, FKM UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis potensi ledakan..., Hadi Cokro D, FKM UI, 2009

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

NITROGEN. Nama Kelompok :

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI SISTEM PENYIMPANAN AMONIAK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus di PT Pupuk Kaltim)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

Oleh : Novita Kurnia Putri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Penilaian risiko..., Adis Arzida Lanin, FKMUI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

(Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)

Martiningdiah Jatisari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB 7 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 5 GAMBARAN UMUM PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

1 Universitas Indonesia

ANALISA BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA STORAGE TANK BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PREMIUM DENGAN METODE DOW S FIRE AND EXPLOSION INDEX

I. INHERENTLY SAFER DESIGN ( perancanagn berbasiskan keselamatan )

REFRAKTORI ( BATU TAHAN API )

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM. antara/sampingan amonia, oksigen, dan nitrogen. Badan hukum pabrik ini

PABRIK PUPUK ZA (AMONIUM SULFAT) DARI AMONIAK DAN ASAM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI

Evaluasi Bahaya Menggunakan Metode HAZOP Dan Manajemen Risiko Pada Sistem Penguapan Asam Fosfat Di Pabrik III PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

I. PENDAHULUAN. produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja

Kata Kunci Risk Management, boiler, HAZOP, emergency response plan, SIL

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Petroleum menangani sejumlah besar material yang mudah terbakar

APA YANG SALAH? Kasus Sejarah Malapetaka Pabrik Proses EDISI KEEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

Disampaikan oleh: Kasubdit Tanggap Darurat dan Non Institusi Jakarta, 23 November 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

Pengalaman. Client : PT DEN, Surabaya. Tahun : 2005

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

Penilaian Risiko Menggunakan Metode SWEHI (Safety Weighted Hazard Index) Pada Unit Gas Station PT. Indonesia Power UP Perak Grati

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

Pembuatan Operator Training Simulator Unit Metanasi Pabrik Amonia Menggunakan DCS Centum CS3000 Yokogawa

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Risk Based Design Receiving Terminal LNG di Teluk Benoa Bali

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

BAB KE 7 INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA. Bab ke 7,Instrumentasi dan keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.

18

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

COOLING WATER SYSTEM

dan berkesinambungan. Sebagai perusahaan jasa Keselamatan kesehatan Kerja (PJK3), PT. JAHERMOSA mengemban tugas

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

MENURUNKAN KANDUNGAN AMMONIA DI GAS BUANG PT.DSM KALTIM MELAMINE BONTANG

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

Prarancangan Pabrik Akrilonitril dari Asetilen dan Asam Sianida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

Dina Ramadhani dan Chandra Satrya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

VII. TATA LETAK PABRIK. Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang

VII. TATA LETAK PABRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

Tugas 4 softskill Etika Profesi

Kajian Perencanaan Gas Handling System dan Transportation System: Studi Kasus Distribusi di Bali

ASME B31.3: Chapter 1

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PENERAPAN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU TERHADAP BENCANA INDUSTRI DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

VII. TATA LETAK PABRIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan pupuk untuk menunjang perkembangan industri pangan, menyebabkan industri amonia menjadi salah satu bisnis yang terus tumbuh pesat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 produksi amonia seluruh dunia diperkirakan mencapai 146.5 juta ton yang penggunaan utamanya sebagai pupuk (83% pada tahun 2003). Pada tahun 2004 produksi amonia mencapai 109 juta metrik ton dengan China memproduksi 28.4% dari produksi seluruh dunia diikuti oleh India 8.6%, Russia 8.4% dan Amerika Serikat 8.2%.(www.wikipedia.com). Di Indonesia sendiri yang merupakan negara agraris dan sedang gencar memulihkan status swasembada pangannya, memilki enam pabrik petro kimia yang masih beroperasi. Yaitu PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Kaltim. PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Petrokimia Gersik, PT. Pupuk Iskandar Muda dan PT Asean Aceh Fertilizer (AAF). Kapasitas produksi produksi pupuk Indonesia sendiri dapat mencapai angka 8.030.000 ton per tahun (www.datacon.co.id). Menurut Lees (1996) major hazard secara umum terdiri atas kebakaran, ledakan dan kebocoran bahan kimia. Kebakaran menurut Lees merupakan bahaya yang paling mengkhawatirkan dan memiliki frekuensi kejadian yang tertinggi dibandingkan major accident lainya. Kebakaran dapat terjadi akibat dari kebocoran ataupun tumpahan bahan kimia yang mudah terbakar. Bahaya ledakan menempati urutan kedua dalam hal tingkat keseriusannya, hal ini diakibatkan karena tingkat kerusakan yang ditimbulkan ledakan dapat melebihi kerusakan yang ditimbulkan olah kebakaran. Sedangkan bahaya kebocoran bahan kimia merupakan salah satu potensi major hazard yang patut mendapat perhatian. Walaupun kekerapan terjadinya kebocoran bahan kimia sangat kecil jika dibandingkan dengan kebakaran (Less, 1996), potensi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh kebocoran bahan kimia dapat melebihi bahaya kebakaran ataupun ledakan. Walaupun hal tersebut sangat di pengaruhi oleh karakteristik dari bahan kimia itu sendiri. 1

2 Menurut Flynn & Theodore (2002), kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan atau tidak diperkirakan. Kecelakaan biasanya kejadian yang kejadian yang tidak dapat dikendalikan. Kecelakaan biasanya hasil dari kondisi atau perubahan pada kondisi terkendali yang belum di perkirakan atau terlihat Suatu kejadian dapat disebut kecelakaan dengan menilai apakah keadaan diharapkan (expectedness), derajat kesengajaan (intention), derajat kesalahan penilaian (missjudgement), derajat peringatan (warning), derajat pengabaian (negliegence), derajat kejadian dapat dihindari (avoidable). Industri petrokima merupakan salah satu industri yang memiliki potensi menimbulkan kecelakaan dengan skala bencana, hal ini dimungkinkan karena proses industri petrokimia yang melibatkan zat-zat kimia berbahaya seperti Gas Chlorine (Cl 2 ), Sulfuric Acid (H 2 SO 4 ), Hidrogen (H 2 ), Carbon Monooxyde (CO), Nitrogen (N 2 ), Calcium Carbide (CaC 2 ), Toluene, (C 6 H 5 CH 3 ), Calcium Hypochlorite (Ca(OCl) 2 ), Carbon Dioxyde (CO 2 ) dan Amonia (NH 3 ) sebagai salah satu produk dari proses industri (ILO,1991). Selain dari pada zat kimia yang menjadi material dan produk hasil dari Industri petrokimia, proses-proses industri petrokimia juga melibatkan proses yang memiliki potensi terjadinya ledakan, kebakaran dan kebocoran bahan kimia berbahaya dalam jumlah besar seperti pada proses di reformer, reaktor atau proses kompresi menggunakan kompresor yang digunakan untuk proses penyimpanan amonia sehingga amonia dapat disimpan dalam bentuk cairan. Potensi bahaya pada perusahaan petrokimia seperti PT. Pupuk Kujang dapat diklasifikasikan sebagai major hazard yang memiliki potensi untuk menimbulkan major accident yaitu, kejadian tidak terduga dan tiba-tiba yang melibatkan kebakaran atau ledakan emisi dalam jumlah besar yang diakibatkan oleh perkembangan tidak normal dalam aktivitas proses industri yang dapat mengakibatkan bahaya serius bagi pekerja, publik ataupun lingkungan dengan efek yang instan ataupun jangka panjang, didalam ataupun diluar instalasi dan melibatkan satu atau lebih zat berbahaya (ILO,1991). Sehingga PT. Pupuk Kujang dapat diklasifikasikan sebagai salah satu instalasi major hazard.

3 Pada perusahaan pupuk seperti PT. Pupuk Kujang, salah satu zat yang memiliki potensi tersebut adalah amonia yang merupakan salah satu produk dari proses industri perusahaan ini. Walaupun zat amonia bukan termasuk dari jenis bahan mudah terbakar (autoignition 650 0, explosive limit 15-28%) dan membutuhkan jumlah yang relatif besar atau >500 ppm untuk membahayakan jiwa atau nilai Immedieately Dangerous To Life And Health (www.cdc.gov) untuk menimbulkan efek mematikan bagi manusia atau termasuk dalam kriteria Toxic Substance menurut (ILO, 1991). Walaupun demikian jumlah produksi pada industri petrokimia seperti PT. Pupuk Kujang dengan kapasitas produksi Amonia sebesar 660.000 ton pertahun dan proses penyimpanan pada storage tank dengan kapasitas 5000 MT tpada tanki 2102-FA dan 10.000 MT 2102-F menempatkan amonia sebagai salah satu produk perusahaan yang jika terjadi kebocoran memiliki potensi menimbulkan major accident. Pada industri petrokimia, menurut Flynn dan Theodore (2002), penyebab utama dari kecelakaan pada industri kimia kecelakaan pada industri kimia, adalah kesalahan mekanis (mechanical failure), kesalahan operasi (operational error), kesalahan desain (design error), gangguan proses (process upset) dan sebagian lagi tidak diketahui penyebabnya. Gambar 1, Penyebab Kecelakaan Kimia Dinyatakan Dalam Persen Flynn dan Theodore (2002)

4 Menurut Flynn dan Theodore (2002), terdapat tiga langkah yang biasanya menyebabkan kecelakaan. Yaitu: 1. initiation (pemulai) 2. propagation (peningkatan) 3. termination (penghancuran). Secara umum penyebab-penyebab kecelakaan pada industri kimia adalah sebagai berikut : Equipment Tabel 1.1Penyebab-Penyebab Kecelakaan Pada Industri Kimia Deviation / abnormal condition Operational failure Fondaition Stell made Structure Vessel dan tanki Pump Compressor Fan Heat exchanger Turbine Electric Sistem Control Instrument Piping sistem Valve and joints Mass transfer and unit operation Heater and furnace Chemical reactor Fire & Safety equipment Abnormal temperature Abnormal pressure Material flow stoppage Equipment leak Equipment spills Material failure due to wear Material failure due to imperfection Material failure due to poor maintenance Material failure due to corrosion Flynn dan Theodore (2002) blocked outlet opening/closing valve Cooling water failure Power failure instrument air Failure Thermal expansion Vacuum problems Kebocoran amonia yang disebabkan oleh kerusakan integritas dari tanki pernah terjadi di Chesapeake, Virginia pada desember tahun 2008 yang disebabkan kesalahan teknik pengelasan yang menyebabkan tangki roboh kerena tidak sanggup menahan beban isi dari amonia. Kecelakaan ini menyebabkan empat orang mengalami cidera dan harus dirawat dirumah sakit. (CBS. 2008) Di Indonesia, kerusakan yang pada storage tank amonia pernah terjadi pada tahun 2005 di Tanki penampung amoniak pabrik PT.Pupuk Sriwijaya (PT.Pusri) 1 B Palembang, (www.kapanlagi,com). Tanki penyimpanan amonia PT. Pusri mengalami

5 depresi atau kempot yang disebabkan oleh terjadinya shut down. Tidak terjadi kebocoran dalam jumlah besar serta korban jiwa pada kecelakaan yang terjadi jum`at pagi tersebut. Walaupun jumlah kejadian kerusakan tangki penyimpanan yang menyebabkan pelapasan amonia dalam jumlah besar jarang sekali terjadi, tanki penyimpanan amonia masih menyimpan potensi bahaya yang dapat menimbulkan bencana, maka dari itu penulis melakukan penelitian analisis konsekuensi menggunakan ALOHA yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan perencanaan kegawat daruratan. Perangkat ALOHA dipilih oleh penulis karena kemudahan akses dan penggunaan terlepas segala kelemahan yang dimiliki ALOHA. 1.2 Rumusan Masalah Pelepasan zat kimia berbahaya dalam jumlah yang besar adalah salah satu risiko Major Accident yang dapat terjadi pada perusahaan pupuk seperti PT. Pupuk Kujang yang memiliki kapasitas produksi amonia yang besar (660.000 ton/tahun). Dengan kapasitas tanki yang mencapai 10000 MT dan 5000 MT, jika terjadi pelepasan zat amonia tak terkendali yang berasal dari salah satu tanki penyimpanan tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dalam skala yang besar atau major accident. Maka dari itu, perencanaan kegawat daruratan sangat diperlukan sebagai salah satu langkah antisipasi dalam mengurangi konsekuensi yang mungkin terjadi. Hal ini diperlukan untuk melakukan analisis konsekuensi pada proses penyimpanan Amonia terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran yang kemudian akan menjadi acuan dalam perencanaan tanggap darurat bagi area terancam. 1.3 Pertanyaan penelitian 1. Apa saja variable yang memungkinkan terjadinya skenario kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009? 2. Dimanakah area yang berisiko terpapar penyebaran amonia jika terjadi kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009?

6 3. Seberapa banyak manusia yang berisiko terpajan zat amonia jika terjadi kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009? 4. Seberapa jauh penyebaran zat amonia jika terjadi kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009? 5. Seberapa jauh jarak aman dari keracunan amonia yang mematikan? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui konsekuensi yang diderita jika terjadi kebocoran amonia dari storage tank ammonia 2101-F PT. Pupuk Kujang Cikampek. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengteahui skenario kecelakaan yang mungkin terjadi. 2. Mengetahui area lingkup area yang terancam oleh kebocoran amonia jika terjadi kebocoran pada storage tank ammonia 2101-F 3. Mengetahui jangkauan penyebaran amonia jika terjadi kebocoran pada storage tank 2101-F. 4. Mengetahui jumlah jiwa yang terancam

7 1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Bagi penulis Mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari literature dan perkuliahan pada dunia kerja yang nyata. Serta dapat melakukan analisis potensi penyebaran zat kimia jika terjadi kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009. 1.5.2 Bagi perusahaan Menjadi rujukan untuk mengantisipasi potensi terjadinya Major Accident, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan tanggap darurat bagi perusahaan jika terjadi kebocoran pada storage tank amonia PT. Pupuk Kujang Cikampek 1.7 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah analisis konsekuensi yang ditimbulkan jika terjadi kebocoran amonia pada tanki penyimpanan amonia 2101-F dengan kapasitas penyimpanan 10000 MT PT. Pupuk Kujang pada tahun 2009. Penelitian ini hanya menganalisa konsekunsi kebocoran tanki penyimpanan tanpa mengikut sertakan proses loading dari tanki ke truk angkut tidak memperhitungkan sistem penangkal kebocoran seperti hydrant. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah jiwa terancam jika terjadi kebocora didasari besarnya potensi kerugian yang akan ditimbulkan jika terjadi kebocoran amonia pada tanki penyimpanan, sehingga diperlukannya analisis pada factor risiko penyebab terjadinya kebocoran dan pemodelan pola penyebaran bahan amonia jika terjadi kebocoran untuk mengetahui area yang berisiko terkena dampak dari kebocoran tersebut.