EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

BANDENG. Aylianawati. Surabaya, 21 Juni Abstrak. ikan bandeng. kolagen yang. 16,19% o C. 1.1 Latar Belakang. kuku, dan Bovine.

Doni Muhammad Irawan, Indra Kristiana, Mahrus Ali Samudra Aditia PS Tekn. Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( )

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DALAM ASAM TERHADAP RENDEMEN GELATIN DARI TULANG IKAN NILA MERAH

SKRIPSI KUALITAS FISIK DAN KIMIA GELATIN TULANG KEPALA SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA

SKRIPSI GELATIN DARI TULANG IKAN LELE

MATERI DAN METODE PENELITIAN

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

H. Yuniarifin, V. P. Bintoro, dan A. Suwarastuti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GELATIN DARI TULANG AYAM DENGAN METODE ASAM

untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA TERHADAP KUALITAS GELATIN DARI TULANG IKAN ANGGOLI (Pristipomoides multidens) JURNAL SKRIPSI

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

DENGAN METODE ASAM, KARAKTERISASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI CLARIFIER

Rendemen, Titik Gel dan Titik Leleh Gelatin Tulang Ikan Tuna yang Diproses dengan Cuka Aren

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN METODE ASAM, KARAKTERISASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI THICKENER

KARAKTERISASI MUTU FISIKA KIMIA GELATIN KULIT IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) HASIL PROSES PERLAKUAN ASAM. Oleh : Ima Hani Setiawati C

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH LAMA PERENDAMAN NaOH PADA PROSES PENGHILANGAN LEMAK TERHADAP KUALITAS GELATIN TULANG IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PERBEDAAN PENGGUNAAN KONSENTRASI LARUTAN ASAM SITRAT DALAM PEMBUATAN GELATIN TULANG RAWAN IKAN PARI MONDOL (Himantura gerrardi)

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN GELATIN DARI TULANG IKAN NILA MERAH

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

SKRIPSI UJI KUALITAS FISIK DAN KIMIA GELATIN TIPE A DARI TULANG RUSUK SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

EKSTRAKSI GELATIN DARI TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp) SECARA ASAM

OPTIMASI PROSES PERENDAMAN DALAM PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU LIMBAH TULANG IKAN

PENGARUH PERENDAMAN DALAM ASAM KLORIDA TERHADAP KUALITAS GELATIN TULANG KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

LAPORAN AKHIR. PENGARUH KONSENTRASI NaCl DAN WAKTU PENCAMPURAN α-casein PADA GELATIN DARI TULANG IKAN GABUS ( CHANNA STRIATA )

LAPORAN AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya

Ekstraksi Gelatin dari Hidrolisa Kolagen Limbah Tulang Ikan Tuna dengan Variasi Jenis Asam dan Waktu Ekstraksi

OPTIMASI EKSTRAKSI GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares) OPTIMIZATION OF EXTRACTING GELATIN FROM THE BONES OF TUNA (Thunnus albacares)

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Bab III Bahan dan Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

LAPORAN AKHIR PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM PADA PROSES PERENDAMAN TULANG IKAN GABUS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN LEM

OPTIMASI PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG IKAN KACI-KACI (Plectorhynchus chaetodonoides Lac.) MENGGUNAKAN BERBAGAI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU EKSTRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) MELALUI PROSES HIDROLISIS DENGAN LARUTAN BASA

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

Avaliable online at Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 3 Juli 2013

KUALITAS GELATIN TIPE A DENGAN BAHAN BAKU TULANG PAHA AYAM BROILER PADA LAMA EKSTRAKSI YANG BERBEDA

PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN DARI KULIT DURIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

SURIMI LIMBAH TUNA LOIN SEBAGAI BAHAN FORTIFIKASI DALAM PEMBUATAN BAGEA SAGU SURIMI WASTE MATERIAL AS TUNA LOIN FORTIFICATION IN MAKING BAGEA SAGO

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KARAKTERISTIK CANGKANG KAPSUL YANG TERBUAT DARI GELATIN TULANG IKAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUALITAS FISIK GELATIN HASIL EKSTRAKSI KULIT SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA (HCl) YANG BERBEDA

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

KUALITAS FISIK GELATIN HASIL EKSTRAKSI KULIT SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA (HCl) YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

KARAKTERISTIK MUTU GELATIN DARI KULIT AYAM BROILER MELALUI PROSES PERENDAMAN ASAM DAN KOMBINASI ASAM-BASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

PENGEMBANGAN PROSES PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG IKAN MACKEREL (Scomber scombrus) LIVIA ANGELA GUNAYASA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

III. BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI dari DAUN JATI (Tectona grandis) UNTUK MAKANAN RINGAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan singkong

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

Transkripsi:

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) EFFICIENCY OF CAPACITY BENCH SCALE IN GELATINE OF RED SNAPPER BONE S PRODUCTION Ivanti Lilianti Sari 1) ; Wignyanto 2) ; dan Nimas Mayang Sabrina Sunyoto 2) 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP Univ. Brawijaya 2) Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP Univ. Brawijaya Email: ivantililiantisari@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil penelitian gelatin yang diproduksi pada skala laboratorium dan skala bench serta mengetahui nilai efisiensi proses dan rendemen dalam merah pada skala laboratorium dan skala bench. Penelitian dilakukan dengan membuat gelatin laboratorium dan bench, kemudian dilakukan analisa proksimat (kadar air, abu, protein, lemak) dan kekuatan gel, serta menghitung nilai efisiensi proses dan rendemen dari kedua skala tersebut. Analisa gelatin laboratorium diperoleh nilai kadar air 4,64%, kadar protein 90,67%, kadar lemak 2,55%, kadar abu 2,14%, kekuatan gel 200,33 bloom dan rendemen 15,03%. Analisa gelatin tulang ikan kakap merah skala bench diperoleh nilai kadar air 4,28%, kadar protein 89,63%, kadar lemak 3,01%, kadar abu 3,08%, kekuatan gel 199,33 bloom dan rendemen 14,95%. Nilai efisiensi proses pada produksi gelatin tulang ikan kakap merah berturuturut adalah proses pencucian, degreasing 94,74%, pengecilan ukuran, demineralisasi 94,74%, pencucian, ekstraksi 89,47%, penyaringan, pengeringan 92,71% dan pengecilan ukuran. Nilai efisiensi rendemen yang diperoleh sebesar 86,62%. Kata kunci: efisiensi, gelatin, nilai analisa dan kekuatan gel, skala bench ABSTRACT The purpose of this research is to know the difference results of research that produced in laboratory-scale and bench-scale and to know the value of efficiency process and yield in manufacture gelatine of red snapper s bone on a laboratory-scale and bench-scale. Research done by making gelatine of red snapper s bone in laboratory-scale and bench-scale, then analyzed proximate (moisture, ash, protein, fat) and strength of a gel and counting the value of efficiency process and yield. Analysis gelatine of red snapper s bone on laboratory-scale obtained moisture content value of 4.64%, protein 90.67%, fat 2.55%, ash 2,14%, the strength of gel 200,33 bloom and yield 15,03%. Analysis gelatine red snapper s bone on bench-scale obtained moisture content value of 4.28%, protein 89,63%, fat 3.01%, ash 3.08%, gel strength 199,33 bloom and yield 14.95%. The value of efficiency process for the production of gelatine red snapper s bone in a row is the process of washing, degreasing 94,74%, size diminution, demineralisasi 94,74%, extraction 89,47%, filtering, drying 92,71% and size diminution. The yield efficiency values acquired for 86,62%. Keywords: efficiency, gelatine, value of analysis and strength of gel, bench-scale PENDAHULUAN Gelatin merupakan salah satu jenis protein konversi yang diperoleh melalui proses hidrolisis kolagen dari kulit, tulang dan jaringan serat putih (white fibrous) hewan. Gelatin banyak digunakan sebagai bahan pembantu produksi pada berbagai industri, misalnya digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan fotografi. Gelatin yang ada di pasaran umumnya diproduksi dari kulit babi, kulit sapi dan tulang sapi (Zainuddin, 2010). 67

Produk olahan dari hewan mamalia terkadang meresahkan masyarakat, karena lebih rawan terhadap penyakit yang berbahaya. Selain itu pembuatan gelatin dari kulit ataupun tulang hewan besar, prosesnya lebih lama dan memerlukan biaya lebih besar untuk pembelian bahan kimia. Kelemahankelemahan dari bahan baku pembuatan gelatin tersebut menyebabkan banyak dilakukannya penelitian untuk mencari alternatif bahan baku pembuatan gelatin, yaitu dibuat dari kulit atau tulang ikan. Dewasa ini, telah banyak dilakukan penelitian gelatin yang diproduksi dari tulang ikan kakap merah sebagai bahan bakunya. Kandungan kolagen pada ikan bertulang keras sebanyak 15-17%, yang termasuk dalam ikan bertulang keras diantaranya adalah ikan kakap merah, ikan tuna, ikan nila dan lain-lain. Proporsi tulang ikan kakap merah adalah sebesar 16% dari keseluruhan berat ikan, oleh karena itu banyak penelitian terdahulu mengungkap kan bahwa tulang ikan kakap merah berpotensi untuk digunakan sebagai alternatif bahan baku gelatin. Ditinjau dari banyaknya penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa gelatin berbahan baku tulang ikan kakap merah berpotensi untuk dikembangkan, maka dilakukan penelitian penggandaan skala untuk membandingkan kualitas gelatin yang diperoleh pada penelitian skala laboratorium dan skala bench. Dilakukan pula perhitungan efisiensi proses dan rendemen pada penelitian skala laboratorium dan skala bench untuk mengetahui nilai efisien produksi gelatin tulang ikan kakap merah yang dilakukan. BAHAN DAN METODE Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioindustri Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2012. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah waterbath, oven (Memmert), neraca dan alat tumbuk. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang ikan kakap merah, air, aquades dan HCl. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pembuatan gelatin tulang ikan kakap merah pada skala laboratorium dengan menggunakan bahan baku berupa tulang ikan kakap merah sesuai yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu oleh Kusumawati (2008), sedangkan pembuatan gelatin pada skala bench akan dilakukan dengan menggunakan kapasitas tulang ikan kakap merah sebesar 8 kg. Kapasitas bahan baku disesuaikan dengan kapasitas maksimal yang dimiliki oleh alat ekstraksi yaitu waterbath, kapasitas maksimal waterbath sebesar 35 liter. Pada penelitian ini telah dilakukan penggandaan kapasitas dari skala laboratorium (40 gram) ke skala bench (8 kg) sebesar 200 kali. Gelatin yang diperoleh pada skala laboratorium dan skala bench dilaksanakan analisa proksimat dan kekuatan gel untuk mengetahui perbedaan mutu dari gelatin yang dihasilkan pada skala laboratorium dan skala bench tersebut. Hasil dari keduanya akan dibandingkan dengan hasil analisa proksimat dan kekuatan gel pada gelatin komersial yang terbuat dari kulit babi dan SNI. Hasil analisa yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui beda nyata atau tidak dari masing-masing 68

gelatin. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode uji-t. Dilakukan pula perhitungan efisiensi rendemen dan proses pada hasil gelatin laboratorium dan skala bench. Perhitungan efisiensi dimaksudkan agar dapat diketahui apakah proses yang telah dilakukan benar sehingga menghasilkan rendemen yang tinggi. Dalam penelitian produksi gelatin tulang ikan kakap merah, dilakukan perhitungan nilai efisiensi proses dan rendemen pada produksi skala laboratorium dan skala bench. Secara matematis perhitungan nilai efisiensi menggunakan rumus sebagai berikut (Siregar dan Nyak, 2004): Efisiensi = Output Input HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Bahan Baku Tulang Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) Tulang tersusun atas beberapa komponen, diantaranya protein yang berbentuk polimer kolagen (Hadi, 2005). Kandungan protein dari massa tulang ikan kakap merah cukup tinggi yaitu 23,51% sehingga menurut Kusumawati (2008) tulang ikan kakap merah berpotensi sebagai bahan baku untuk bahan baku pembuatan gelatin. Analisa proksimat tulang ikan kakap merah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisa Proksimat Tulang Ikan Kakap Merah Parameter air abu protein lemak Sumber : Kusumawati, 2008 Nilai 9,23% 49,51% 23,51% 5,02% Pada penelitian ini tulang ikan kakap merah diperoleh dari salah satu industri filet terbesar di daerah Pasuruan, Jawa Timur yaitu PT. Inti Luhur Fuja Abadi (ILUFA). Kapasitas produksi ikan kakap merah di PT. ILUFA adalah 90-150 ton/bulan. Rendemen berupa tulang ikan kakap merah pada PT. ILUFA adalah sebesar 16% dari berat tubuh ikan seluruhnya. Dengan demikian dapat diperoleh limbah tulang ikan kakap merah (16%) sebanyak 14,4-24 ton/bulan. Bahan baku yang selalu tersedia merupakan salah satu faktor penting dalam membangun sebuah industri. Kakap Merah (Lutjanus sp.) pada Skala Laboratorium Pada penelitian ini rendemen yang diperoleh dari produksi gelatin tulang ikan kakap merah adalah sebesar 3,78 gram. Rendemen tersebut kemudian dianalisa proksimat dan kekuatan gel. Analisa proksimat meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu. Hasil analisa proksimat gelatin laboratorium kemudian dibandingkan dengan hasil analisa proksimat gelatin komersial yang digunakan sebagai pembanding. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh pada skala laboratorium sebelum dikembangkan ke skala yang lebih besar telah memenuhi standar gelatin kom ersial yang ada di pasaran. Pada Tabel 2. disajikan hasil analisa proksimat dan kekuatan gel dari gelatin laboratorium dan gelatin komersial. Pada Tabel 2. dapat diketahui bahwa nilai hitung pada kadar air, lemak dan kekuatan gel lebih besar dibandingkan dengan tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai kadar air, lemak dan kekuatan gel gelatin tulang ikan kakap merah skala laboratorium berbeda nyata dengan gelatin komersial. 69

Tabel 2. Hasil Analisa Proksimat dan Kekuatan Gel Gelatin Tulang Ikan Kakap Merah Skala Laboratorium Parameter air protein lemak abu Kekuatan gel Nilai gelatin tulang ikan kakap merah skala lab 4,64% 90,67% 2,55% 2,14% 200,33 bloom Keterangan : * = Berbeda nyata Nilai gelatin komersial (pembanding) 2,73% 90,55% 4,59% 2,13% 143,67 bloom hitung 3,126* 0,165 7,491* 0,069 97,68* Menurut Junianto (2006), alat dan suhu pengeringan merupakan faktor yang mempengaruhi nilai kadar air bahan hasil pengeringan. Selain kondisi proses dan peralatan yang digunakan, nilai kadar air pada gelatin menurut Irawan (2006), diduga karena perbedaan jenis bahan baku. Pada penelitian merah ini, kondisi proses lebih berpengaruh terhadap nilai kadar air dibandingkan perbedaan kadar air yang dimiliki oleh bahan baku masingmasing. Gelatin yang diproduksi diharapkan memiliki kadar air rendah, batas kadar air SNI gelatin adalah maksimal 16% (Anonim, 1995). Menurut Haris (2008) gelatin yang bermutu tinggi diharapkan memiliki kandungan lemak yang rendah, bahkan diharapkan tidak memiliki kandungan lemak. Penyebab adanya perbedaan nilai kadar lemak, diduga karena lemak yang keluar belum maksimal pada saat proses degreasing. Kandungan lemak akan lepas pada saat proses perendaman dengan HCl dan pada saat ekstraksi. tabel Pemanasan akan mengakibatkan kerusakan sehingga lemak akan terpisah dengan tulang dan terapung dipermukaan. Batas kadar lemak SNI gelatin adalah maksimal 5% (Anonim, 1995). Perbedaan kekuatan gel pada kedua gelatin diduga karena adanya perbedaan suhu ekstraksi yang digunakan dalam proses pembuatan maka berpengaruh pula pada kekuatan gel. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka nilai kekuatan gel semakin rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu ekstraksi maka akan terjadi hidrolisis lanjutan pada kolagen yang sudah menjadi gelatin dan menyebabkan pendeknya rantai asam amino sehingga kekuatan gelnya rendah. Gelatin yang diproduksi diharapkan memiliki kekuatan gel berkisar 130-200 bloom (Anonim, 1995). Kakap Merah Skala Bench Pembuatan gelatin tulang ikan kakap merah pada skala laboratorium berdasarkan diagram alir yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu oleh Kusumawati (2008) tentang Pengaruh Perendaman dalam Asam Klorida terhadap Kualitas Gelatin Tulang Kakap Merah (Lutjanus sp.). Hasil penelitian pada skala laboratorium kemudian diterapkan pada skala bench. Penelitian pada skala bench dilakukan dengan menggunakan bahan baku sebanyak 8 kg, proses penggandaan kapasitas ini diduga dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil akhir pada produksi gelatin tulang ikan kakap merah antara skala laboratorium dan skala bench. Rendemen yang diperoleh pada skala laboratorium sebesar 15,03% sedangkan pada skala bench sebesar 14,95%. Pada Tabel 3. disajikan kondisi proses 70

merah antara skala laboratorium dan skala bench. Pada Tabel 3. dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan waktu yang diterapkan pada proses degreasing dan pengeringan. Pada proses pembuatan gelatin laboratorium hanya dibutuhkan waktu selama 2 menit untuk melakukan proses degreasing sedangkan pada proses merah skala bench dibutuhkan waktu hingga 20 menit. Begitu pula pada proses pengeringan, pada proses merah skala laboratorium dibutuhkan waktu selama 24 jam namun pada proses pembuatan gelatin skala bench dibutuhkan waktu hingga 36 jam. Tabel 3. Kondisi Proses Pembuatan Gelatin Tulang Ikan Kakap Merah pada Skala Laboratorium dan Skala Bench Kondisi Proses Bahan Baku : Tulang ikan kakap merah Bahan Pembantu : HCl 2% Aquades Jenis Peralatan : Penimbangan Ekstraksi Pengeringan Waktu Pemasakan : Degreasing Demineralisasi Ekstraksi Pengeringan Skala Laborarotium 40 gram 240 ml (1:6) 120 ml (1:3) Timbangan analitik Waterbath Oven listrik 2 menit 2 hari 6 jam 24 jam Skala Bench 8 kg 48 liter (1:6) 24 lietr (1:3) Timbangan manual Waterbath Oven listrik 20 menit 2 hari 6 jam 36 jam Hasil Analisa Kakap Merah pada Skala Bench Analisa proksimat gelatin tulang ikan kakap merah dilakukan dengan menggunakan parameter kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu. Selain dilakukan analisa proksimat dihitung pula rendemen yang dihasilkan pada setiap produksi. Pada Tabel 4. di bawah ini diketahui perbandingan karakteristik gelatin tulang ikan kakap merah pada skala laboratorium dan skala bench. Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa merah skala laboratorium dan skala bench berbeda nyata pada kadar abu. Gelatin tulang ikan kakap merah pada skala laboratorium menunjukkan nilai kadar abu 2,14% dan pada skala bench menunjukkan nilai kadar abu 3,08%. Nilai kadar abu pada skala bench lebih tinggi daripada yang dihasilkan pada skala laboratorium. Tingginya kalsium dapat mengakibatkan warna gelatin dalam larutan menjadi keruh (Haris, 2008). Tingginya nilai kadar abu disebabkan oleh masih adanya komponen mineral yang terikat pada kolagen yang belum terlepas saat proses pencucian sehingga ikut terekstraksi dan terbawa saat proses pengabuan atau karena adanya serbuk ossein yang terbawa saat proses penyaringan (Irawan, 2006). Efisiensi Proses Pada Tabel 5. disajikan nilai efisiensi pada masing-masing proses produksi secara berturuturut. Pada Tabel 5. dapat diketahui bahwa nilai efisiensi yang paling kecil adalah pada proses ekstraksi yaitu 89,74%. Proses ekstraksi bertujuan untuk mengkonversi kolagen menjadi gelatin. Suhu minimum dalam proses ekstraksi adalah 40-50 C hingga suhu 100 C (Junianto, 2006). Nilai rendemen pada gelatin laboratorium adalah 15,03% sedangkan nilai rendemen gelatin tulang ikan kakap merah skala bench adalah 14,95%. Perbedaan nilai rendemen yang dihasilkan diduga karena proses konversi kolagen menjadi gelatin pada 71

proses skala laboratorium lebih maksimal dibandingkan pada skala bench. Tabel 4. Hasil Analisa Kandungan Gelatin Tulang Ikan Kakap Merah pada Skala Bench Paramete r air protein lemak abu Kekuatan gel Skala lab 4,64% 90,67% 2,55% 2,14% 200,33 bloom Rendemen 15,03% Keterangan : * = Berbeda nyata Skala bench 4,28% 89,3% 3,01% 3,08% 199,33 bloom 14,95% Tabel 5. Nilai Efisiensi Proses Proses Produksi Pencucian Degreasing Pengecilan ukuran Demineralisasi Pencucian Ekstraksi Penyaringan Pengeringan Pengecilan ukuran hitung 0,602 1,3456 1,5157 6,7966 * 1,223 0,308 Nilai Efisiensi 94,74% 94,74% 89,74% 92,71% tabel Efisiensi Rendemen Pada proses pembuatan gelatin laboratorium diperoleh nilai efisiensi rendemen sebesar 76,31% dan pada skala bench diperoleh nilai efisiensi rendemen sebesar 66,10%. Nilai efisiensi sebesar 76,31% pada merah skala laboraotrium, diperoleh dari nilai kandungan kolagen pada tulang sebelum dilakukan proses apapun yaitu sebesar 7,2 gram. Nilai kandungan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai kandungan gelatin pada serbuk gelatin yang dihasilkan yaitu sebesar 5,49 gram. Nilai perbandingan kemudian dikalikan dan menghasilkan nilai efisiensi sebesar 76,31%. Nilai efisiensi sebesar 66,10% pada merah skala bench, diperoleh dari nilai kandungan kolagen pada tulang sebelum dilakukan proses apapun yaitu sebesar 1,44 kg. Nilai kandungan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai kandungan gelatin pada serbuk gelatin yang dihasilkan yaitu sebesar 0,95 kg. Nilai perbandingan kemudian dikalikan dan menghasilkan nilai efisiensi sebesar 66,10%. Perhitungan secara rinci nilai efisiensi rendemen disajikan pada Lampiran 10. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa proses pembuatan gelatin tulang ikan kakap merah skala laboratorium lebih efisien dibandingkan dengan proses merah skala bench. Maka dapat dihitung nilai efisiensi rendemen dengan membandingkan nilai efisiensi rendemen pada skala bench dengan nilai efisiensi rendemen pada skala laboratorium dan dikalikan. Melalui perhitungan tersebut diperoleh nilai efisiensi rendemen sebesar 86,62%. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian produksi gelatin laboratorium diperoleh nilai kadar air sebesar 4,64%, kadar protein sebesar 90,67%, kadar lemak sebesar 2,55%, kekuatan gel sebesar 200,33 bloom dan rendemen sebesar 15,03%. Hasil 72

penelitian produksi gelatin tulang ikan kakap merah skala bench diperoleh nilai kadar air sebesar 4,28%, kadar protein sebesar 89,63%, lemak sebesar 3,01%, kadar abu sebesar 3,08%, kekuatan gel 199,33 bloom dan rendemen sebesar 14,95%. 2. Nilai efisiensi proses pada produksi gelatin tulang ikan kakap merah berturuturut adalah proses pencucian, degreasing 94,74%, pengecilan ukuran, demineralisasi 94,74%, pencucian, ekstraksi 89,47%, penyaringan, pengeringan 92,71% dan pengecilan ukuran. Nilai efisiensi rendemen yang diperoleh sebesar 86,62%. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Mutu dan Cara Uji Gelatin. Badan Standarisasi Nasional : SNI 06-3735. Jakarta. Hadi S. 2005. Karakteristik Fisikokimia Gelatin dari Yulang Kakap Merah (Lutjanus sp.) serta Pemanfaatan-nya dalam Produk Jelly. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Haris, A.M. 2008. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai Gelatin dan Pengaruh Lama Penyimpanan pada Suhu Ruang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Irawan, D.M. 2006. Studi Perbandingan Kualitas Gelatin dari Limbah Kulit Ikan Tuna (Thunnus spp.), Kulit Ikan Pari (Dasyatis sp.) dan Tulang Ikan Hiu (Carcarias sp.) sebagai Alternatif Penyedia Gelatn Halal. Laporan PKMP Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Brawijaya, Malang. Junianto. 2006. Produksi Gelatin dari Tulang Ikan dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IV Tahun I. Universitas Padjadjaran, Bandung. Kusumawati, R. 2008. Pengaruh Perendaman dalam Asam Klorida terhadap Kualitas Gelatin Tulang Kakap Merah (Lutjanus sp.). Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3(1): 63-68. Siregar, M dan Nyak. 2004. Upaya Peningkatan Efisiensi Usaha Ternak Ditinjau Dari Aspek Agribis Yang Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Zainuddin, I. 2010. Pembuatan Gelatin Lembaran (Leaves Gelatine) dari Kulit Ikan. Laporan Akhir Program Insentif Percepatan Difusi Dan Pemanfaatan Iptek. Bidang Fokus Ketahanan Pangan : 7-29. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi, Jakarta Pusat. 73