HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB III METODA PENELITIAN

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. analitik yang artinya survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB III METODE PENELITIAN

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS II DI SMK PGRI 1 SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit.

BAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB III METODE PENELITIAN. yang ingin membandingkan dua atau tiga suatu masalah / hal dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB III METODA PENELITIAN

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi experiment. Quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB III METODE PENELITIAN. (cross sectional) dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PERAWATANDIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMPN 3 BANTUL YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan waktu bersamaan.

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta Email: pepifebry@yahoo.com *, triarahayu88@gmail.com Latar Belakang: Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun, sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Dari hasil penelitian pada remaja pada sepuluh SMA di Surakarta tahun 2005 ditemukan bahwa 30% laki-laki yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual, sedangkan untuk perempuan sebanyak 5 %. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja adalah salah satu penyebabnya. Tujuan Penelitian: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang seks bebas di SMA Negeri 6 Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan desain observational analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 177 siswa. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi Kendall Tau (τ). Hasil Penelitian: 125 siswa (70.6%) memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dan 52 siswa (75,0%) memiliki perilaku yang baik dalam pergaulan seks bebas. Dari hasil analisa data dengan Kendall Tau diperoleh z hitung (9,96) > z tabel (1,96). Simpulan: ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas. Kata Kunci: pengetahuan kesehatan reproduksi, perilaku seks bebas PENDAHULUAN WHO (World Health Organization) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), 95% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 78.000 (13%) dari total perempuan melakukan atau mendapatkan tindakan aborsi yang tidak aman berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun, sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. 1 Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja pada sepuluh SMA baik negeri maupun swasta di Surakarta tahun 2005 terhadap 1.250 orang (611 subjek laki-laki dan 639 subjek perempuan ) ditemukan bahwa 30% laki-laki yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual, sedangkan untuk perempuan sebanyak 5 %. Dapat dikatakan bahwa setiap ada 3 anak laki-laki yang berpacaran, satu diantaranya telah 45

melakukan hubungan seksual dan mereka rata-rata mulai melakukannya di kelas dua dan tiga. Dengan hasil demikian, tentunya dapat diperkirakan bahwa seks bebas di perguruan tinggi lebih gila dibandingkan di SMA. 2 Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual, perkembangan ini akan berlangsung sekitar 12 tahun sampai 20 tahun. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya. 1 Dampak yang diakibatkan oleh perilaku seksual antara lain adalah timbulnya masalah psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks. 3 Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. 4 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Untuk Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 6 Surakarta; 2) Mengetahui perilaku remaja terhadap pergaulan seks bebas di SMA Negeri 6 Surakarta; 3) Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta. Berdasar latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yaitu Adakah hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta? Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan reproduksi tentang bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas serta sebagai masukan untuk SMA Negeri 6 Surakarta memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar sebagai sarana meningkatkan informasi dan pengetahuan bagi siswa di sekolah tersebut. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Widiastuti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Berpikir Positif dengan Seksual Pra Nikah Remaja di SMA Veteran I Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas SMA Veteran 1 Sukoharjo kelas 3, tehnik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan sampelnya berjumlah 79 responden. Tehnik pengumpulan data dengan wawancara. Penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara berpikir positif dengan perilaku seksual pada remaja. 5 46

METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah observasional analitik yaitu peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan cara dengan metode pendekatan waktu cross sectional model yaitu pendekatan dimana sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan secara stimultan (dalam waktu yang bersamaan). 6 Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta. Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 6 Surakarta tahun 2015 sejumlah 340 siswa. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka dalam penelitian ini diambil sampel 20% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 68 siswa. 7 Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dengan menggunakan lotere dan memberi angka. 8 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas (tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi) dan variabel terikat (perilaku remaja dengan seks bebas). Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Kategorinya terdiri dari: a. Baik 76-100%, b. Cukup 56-75%, c. Kurang 56%. 9 Uji validitas untuk mengukur tingkat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi point biserial bersifat dikotomi. Item dinyatakan valid r r pada taraf signifikansi jika hitung tabel 5%. Dari hasil uji validitas didapatkan 5 pertanyaan tidak valid. Uji validitas untuk mengukur tingkat perilaku dalam penelitian ini menggunakan teknik Product Moment karena data tipe skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Uji validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Dari hasil uji validitas didapatkan 1 pertanyaan tidak valid. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dari tingkat pengetahuan adalah rumus Kuder Richardson-20. Jika r hitung > r tabel maka disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan adalah reliabel. Dari hasil perhitungan didapatkan r i (hitung) 0.994 > dengan r tabel nilai 0.514 maka dikatakan bahwa instrumen penelitian yang digunakan adalah reliabel. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dari perilaku menggunakan rumus Alfa Cronbach. Dari hasil perhitungan didapatkan r 1 atau adalah 0.959 maka dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian mempunyai tingkat reliabilitas tinggi. Tehnik pengolahan data melalui tahap-tahap berikut : Penyuntingan (Editing), Pengkodean (Coding) Tabulating (Tabulating), Analisa Data. Analisa data menggunakan program SPSS for Window s. Rumus Analisis yang digunakan yaitu Kendal Tau, datanya berbentuk ordinal dengan jumlah sampel lebih dari sepuluh rumus dasar yang digunakan: A B τ = N(N 1) 2 Keterangan: Τ : koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1<0<1) A : jumlah rangking atas B : jumlah rangking bawah N : jumlah anggota sample Untuk dapat memberikan tafsiran apakah harga tersebut signifikan atau tidak, maka dapat menggunakan ketentuan bahwa bila z hitung lebih besar dari z tabel, maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah signifikan. Selanjutnya Z hitung dibandingkan dengan Z tabel (α = 5% uji dua pihak). Apabila Z hitung > Z tabel, hubungan signifikan (Ho ditolak, Ha diterima). 8 47

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik umum responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Berdasarkan Umur 18 tahun 2 resp 2.9% 17 tahun 57 resp Peremp uan 38 resp 55.9% 16 tahun 9 resp 13.2% Lakilaki 30 resp 44.1% 16 tahun 17 tahun 18 tahun Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan Gambar di atas menunjukkan bahwa dari 68 responden, umur responden terbanyak adalah 17 tahun, yaitu 57 responden (83,8%), dan paling rendah umur 18 tahun sebanyak 2 responden (2,9%). b. Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Gambar di atas memperlihatkan bahwa dari 68 responden yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 30 responden (44,1%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 responden (55,9%). c. Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Seks Bebas Pernah 66 resp 97.1% Koran/ majalah 26 resp 24.1% Radio 16 resp 14.8% Belum pernah 2 resp 2.9% Teman Orangtu 17 resp a 15.7% 4 resp 3.7% Interne t TV 22 resp 23 resp20.4% 21.3% Belum pernah Pernah Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendapat Informasi Kesehatan Reproduksi dan Seks Bebas Gambar 3 menunjukkan dari 68 responden sebanyak 66 responden (97,1%) sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas dan 2 responden (2,9%) belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas. d. Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi dan Seks Bebas Teman Orangtua Internet TV Radio Koran/majalah Gambar 4. Sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi dan Seks Bebas Gambar 5 diketahui bahwa dari 68 responden responden paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 48 responden (70,6%) dan responden paling sedikit mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu 1 responden (1,5%). 48

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Penget ahuan cukup 19 resp 27.9% Perilak u cukup 16 Perilak u kurang 1 Penget ahuan kurang 1 resp 1.5% Pengetahua n cukup Penget ahuan Pengetahua baik n kurang 48 resp 70.6% Perilak u baik 51 resp Pengetahua n baik Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Seks Bebas Dari gambar di atas diketahui bahwa dari 68 responden responden paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 48 responden (70,6%) dan responden paling sedikit mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu 1 responden (1,5%). f. Karakteristik Responden Berdasarkan tentang Seks Bebas baik cukup kurang Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Seks Bebas Berdasarkan Gambar di atas, menunjukkan bahwa dari 68 responden responden paling banyak mempunyai perilaku baik, yaitu 51 responden (75,0%) dan paling sedikit dengan perilaku kurang, yaitu 1 responden (1,5%). g. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan Seks Bebas Tabel 1. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan Seks Bebas Pengetahuan Baik Cukup Kurang Baik Count 47 1 0 48 69.1 % 1.5%.0% 70.6% Cukup Count 4 15 0 19 5.9% 22.1%.0% 27.9% Kurang Count 0 0 1 1.0%.0% 1.5% 1.5% Count 51 16 1 68 75.0 % 23.5% 1.5% 100.0% Hubungan tingkat pengetahuan tentang seks bebas, didistribusikan sebagai berikut: 1) Responden dengan tingkat pengetahuan baik didistribusikan, sebagai berikut: berperilaku baik 47 anak (69,1%), berperilaku cukup 1 anak (1,5%), dari total responden dengan pengetahuan baik 48 anak (70,6%). 2) Responden dengan tingkat pengetahuan cukup didistribusikan, sebagai berikut: berperilaku baik 4 anak (5,9%), berperilaku cukup 15 anak (22,1%), dari total responden dengan pengetahuan cukup 19 anak (27,9%). 3) Semua responden yang berpengetahuan kurang memiliki perilaku kurang sebanyak 1 orang (1,5%). Hasil uji korelasi dengan menggunakan Kendall Tau ( ) didapatkan nilai 0,826 karena jumlah sampel > 40, maka untuk uji hipotesis dengan cara mencari nilai Z (normalitas) kemudian 49

dibanding pada Z tabel pada 1-α (Z 1-α). Berdasarkan hasil nilai pada N = 68 dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan Z hitung = 9,96 dan Z tabel (1- α) = 1,96 karena Z hitung > Z tabel (9,96 > 1,96), maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang seks bebas. Menurut Green, perilaku dibentuk oleh banyak hal, baik faktor predisposisi, pendukung maupun faktor pendorong. Faktor predisposisi yang terwujud dalam tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pengalaman, nilai atau keyakinan. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 4 Hasil penelitian membuktikan pendapat Green benar, ada korelasi atau hubungan antara pengetahuan dengan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang baik akan beperilaku baik pula, sedang responden dengan pengetahuan kurang berperilaku kurang baik pula. Baiknya tingkat pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas adalah suatu yang wajar, mengingat semakin mudahnya akses informasi tentang kesehatan, baik yang diperoleh dari sekolah atau dari media cetak maupun elektronik. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang dilakukan di kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta, dengan tujuan meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik, yaitu 48 responden (70,6%). 2. Mayoritas responden mempunyai perilaku yang baik, yaitu 51 responden (75,0%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat penulis sampaikan antara lain: 1. Bagi SMA Negeri 6 Surakarta a. Dapat lebih memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa dengan cara memasukkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ke dalam materi pembelajaran atau bimbingan konseling. b. Mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa agar mereka dapat memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan menanamkan nilai-nilai agama serta lebih mengawasi pergaulan anak mereka sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat keterbatasan penelitian diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang lain sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto. [2] Taufik. (2008). http://taufikblog.friendster.com, diperoleh tanggal 15 Januari 2009. [3] Sarwono. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [4] Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta. 50

[5] Widiastuti, T. (2006). Hubungan Berpikir Positif dengan Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Veteran I Sukoharjo. Surakarta: FK UMS. [6] Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. [7] Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta [8] Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. [9] Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 51