STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

5.1. Area Beresiko Sanitasi

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

EHRA. Laporan. Studi. Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Environmental Health Risk Assessment Study. Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

Lampiran 1: Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

BAB V Area Beresiko Sanitasi

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... II PERNYATAAN... III ABSTRACT... IV INTISARI... V KATA PENGANTAR... VI DAFTAR ISI...

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

Buku Putih Sanitasi 2013

LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Environmental Health Risk Assessment Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDY EHRA KOTA BUKITTINGGI Oleh : DINAS KESEHATAN KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2016 LAPORAN STUDI EHRA. Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

LAPORAN STUDY EHRA KOTA GORONTALO. BULAN MEI 06-May-2013 KOTA GORONTALO ENVIROMENTAL HEALTH RISK ASSISMENT

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

Transkripsi:

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena : 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa. 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif. 5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa. Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal. 4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Bontang. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 1

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 5 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan minimal adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 2

BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 3.1. PENENTUAN TARGET AREA SURVEI Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan stratifikasi. Hasil stratifikasi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan strata dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: ( Pra-KS + KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi atau terdapat danau/laut dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat. 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, stratifikasi wilayah Kota Bontang menghasilkan katagori strata sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 3

area survey pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada strata yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Bontang. Tabel 2.1 Katagori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Katagori Strata Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko Stratifikasi wilayah di Kota Bontang menghasilkan katagori strata sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada strata yang sama. Tabel 2.2 Hasil Stratifikasi Desa/Kelurahan Di Kota Bontang No Strata Jumlah Kelurahan Nama Kelurahan 1 4 1 Tanjung Laut 2 3 10 Telihan, Kanaan, Loktuan, Guntung, Bontang Kuala, Bontang Baru, Api-Api, Tanjung Laut Indah, Berbas Tengah, Berbas Pantai 3 2 3 Satimpo, Gunung Elai, Bontang Lestari 4 1 1 Belimbing 5 0 0 -- Hasil stratifikasi wilayah desa/kelurahan di Kota Bontang yang terdiri atas 15 Kelurahan menghasilkan distribusi tergambar pada grafik berikut: Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 4

Grafik 2.1 Distribusi Kelurahan Per Strata Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA 3.2. PENENTUAN JUMLAH / BESAR RESPONDEN Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan Rumus Slovin sebagai berikut : Dimana : n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5 % (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95 %. Dengan jumlah populasi rumah tangga di Kota Bontang sebanyak 40.913 KK maka jumlah sampel yang akan disurvei adalah sebanyak 925 responden. 3.3. PENENTUAN KELURAHAN AREA SURVEI Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan studi EHRA akan dilaksanakan diseluruh Kelurahan di Kota Bontang (15 Kelurahan). Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 5

Tabel 2.3 Perhitungan Jumlah RT dan Responden Per Kecamatan Dan Kelurahan Lokasi Survei EHRA 2015 Kota Bontang No Strata Kecamatan Kelurahan RW Jumlah RT Total Target Survey Jumlah RT Target Survei Jumlah RT Target Survei Jumlah Responden (1RT=5KK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Strata 0 2 Strata 1 3 Strata 2 4 Strata 3 5 Strata 4 - - - - - - - - Jumlah - - - - 0 Bontang Barat Belimbing - 51 13 13,00 13 65 Jumlah 51 13 13,00 13,00 65 Bontang Selatan Satimpo - 25 11,61 8 40 Bontang Utara Gunung Elai - 41 39 19,04 19 95 Bontang Selatan Bontang Lestari - 18 8,36 12 60 Jumlah 84 39 39,00 39,00 195 Bontang Selatan Berbas Pantai - 24 9,90 10 50 Bontang Selatan Berbas Tengah - 62 25,59 19 95 Bontang Selatan Tanjung Laut Indah - 33 13,62 14 70 Bontang Utara Api -Api - 39 16,10 17 85 Bontang Utara Bontang Baru - 28 11,56 12 60 130 Bontang Utara Bontang Kuala - 13 5,37 8 40 Bontang Utara Guntung - 23 9,49 10 50 Bontang Utara Loktuan - 51 21,05 19 95 Bontang Barat Kanaan - 12 4,95 8 40 Bontang Barat Telihan - 30 12,38 13 65 Jumlah 315 130 130,00 130,00 650 Bontang Selatan Tanjung Laut - 38 13 13,00 13 65 Jumlah 38 13 13,00 13,00 65 Jumlah Total 488 195 195 195 975 3.4. PENENTUAN RT DAN RESPONDEN DI LOKASI SURVEI Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per Kelurahan minimal adalah 5 (Lima) RT. Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 6

Adapun tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung. 2. Bagi jumlah rumah tangga dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 3. Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2. 4. Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 7

BAB III HASIL STUDI EHRA KOTA BONTANG 3.1. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA No Kelurahan Tabel 3.1 Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Persampahan Pengelolaan Sampah Tidak Mewadahi Mewadahi Frekuensi Pengangkutan Tidak Memadai Memadai Prosentase Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah Tidak Tepat Waktu Pengelolaan Sampah Setempat Tepat Waktu Tidak Ya 1 Bontang Lestari 98,33 1,67 0,00 0,00 0,00 0,00 98,33 1,67 2 Satimpo 0,00 100 0,00 100 0,00 100 97.50 2,50 3 Berbas Pantai 14,00 86,00 0,00 100,00 0,00 100,00 90,00 10,00 4 Berbas Tengah 7,37 92,63 0,00 100,00 100,00 0,00 83,16 16,84 5 Tanjung Laut 6,15 93,85 0 100,00 50,00 50,00 83,08 16,92 6 Tanjung Laut Indah 5,63 94,37 0,00 100,00 0,00 100,00 81,69 18,31 7 Bontang Kuala 10,00 90,00 0,00 100,00 0,00 100,00 90,00 10,00 8 Bontang Baru 0,00 100,00 0,00 100,0 0,00 100,00 91,67 8,33 9 Api-Api 0,00 100,00 0,00 100,00 0,00 100,00 87,06 12,94 10 Gunung Elai 3,16 96,84 0,00 100,00 0,00 100,00 93,68 6,32 11 Loktuan 18,95 81,05 8,33 91,67 8,33 91,67 92,63 7,37 12 Guntung 28,00 72,00 0,00 100,00 0,00 100,00 70,00 30,00 13 Kanaan 2,50 97,50 0,00 0,00 0,00 0,00 85,00 15,00 14 Gunung Telihan 12,31 87,69 0,00 0,00 0,00 0,00 92,31 7,69 15 Belimbing 4,62 95,38 0,00 0,00 0,00 0,00 89,23 10,77 Rata-rata 13,52 86,48 2,78 97,22 13,89 86,11 88,42 11,58 Dari tabel 3.1 prosentase untuk pengelolaan sampah yang mewadahi, frekuensi pengangkutan yang memadahi, pengangkutan sampah yang tepat waktu dan adanya pengelolaan sampah setempat besarnya berturut-turut adalah 86,48%, 97,22%, 86,11% dan 11,58% Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 8

Grafik 3.1 Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah di Kota Bontang Dari grafik 3.1 diketahui bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak ada masalah dengan persentase sebesar 40,57 %. Grafik 3.2 Perilaku Masyarakat Kota Bontang Dalam Mengelola Sampah Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 9

Dari grafik 3.2 diketahui bahwa kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah paling banyak adalah dengan cara sampah dikumpulkan dan di buang ke TPS dengan persentase 82,79 %. Grafik 3.3 Jenis Sampah Yang Di Kelola Oleh Rumah Tangga Dari grafik 3.3 diketahui bahwa jenis sampah yang paling banyak di kelola oleh rumah tangga adalah Jenis sampah basah / sampah organik sebanyak 30,56 % dan jenis sampah plastik sebanyak 30,56 %. Grafik 3.4 Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang Dari grafik 3.4 diketahui bahwa sebanyak 84,15 % responden melakukan pemilahan/pemisahan sampah sebelum dibuang dan hanya sebanyak 15,85 % rumah tangga yang selalu melakukan pemisahan/pemilahan sebelum sampah dibuang. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 10

Grafik 3.5 Frekuensi Pengangkutan Sampah Oleh Petugas di Kota Bontang Dari grafik 3.5 diketahui bahwa sebanyak 77,78 % rumah tangga di Kota Bontang sampahnya diangkut oleh petugas setiap hari. 3.2. PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Tabel 3.2 Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Air Limbah Domestik Prosentase No Kelurahan Tangki Septik Pencemaran Karena Pencemaran Karena Air Limbah Pembuangan Isi Tangki Tidak Aman Aman Tidak Aman / Tercemari Aman Tidak Aman Aman 1 Bontang Lestari 16,67 83,33 63,33 36,67 100,00 0,00 2 Satimpo 70,00 30,00 15,00 85,00 100,00 0,00 3 Berbas Pantai 74,00 26,00 18,00 82,00 37,50 62,50 4 Berbas Tengah 65,26 34,74 10,53 89,47 38,46 61,54 5 Tanjung Laut 64,62 35,38 38,46 61,54 66,67 33,33 6 Tanjung Laut Indah 53,52 46,48 94,37 5,63 100,00 0,00 7 Bontang Kuala 12,50 87,50 67,50 32,50 100,00 0,00 8 Bontang Baru 78,33 21,67 25,00 75,00 81,25 18,75 9 Api-api 76,47 23,53 52,94 47,06 41,18 58,82 10 Gunung Elai 55,79 44,21 54,74 45,26 55,56 44,44 11 Loktuan 54,74 45,26 67,37 32,63 92,86 7,14 12 Guntung 56,00 44,00 78,00 22,00 40,00 60,00 13 Kanaan 92,50 7,50 17,50 82,50 100,00 0,00 14 Gunung Telihan 66,15 33,85 83,08 16,92 50,00 50,00 15 Belimbing 35,38 64,62 32,31 67,69 4,76 95,24 Rata-rata 58,40 41,60 49,08 50,92 55,83 44,17 Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 11

Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa kondisi tangki saptik tidak aman lebih banyak daripada tangki saptik aman dengan nilai masing-masing adalah tangki saptik tidak aman sebesar 58,40 % dan tangki saptik aman sebesar 41,60 %, prosentase pencemaran karena air limbah domestik sebesar 49,08 % dan pencemaran karena pembuangan isi tangki sebesar 55,83 %. Grafik 3.6 Tempat Kebiasaan BAB Masyarakat Dewasa Kota Bontang Dari grafik 3.6 dapat diketahui bahwa tempat kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 96,11%. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 12

Grafik 3.7 Keluarga Yang Memiliki Jamban Pribadi Di Tiap Kelurahan Dari grafik 3.7 diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di Kelurahan Bontang Lestari dengan prosentase kepemilikan sebesar 76,67 %. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 13

Grafik 3.8 Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.8 dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar 84,53% dan yang paling kecil adalah plengsengan dengan persentase sebesar 0,10 %. Grafik 3.9 Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja Dari grafik 3.9 dapat diketahui bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja masyarakat sudah banyak menggunakan tangki saptik dengan prosentase terbesar yaitu 87,91 %. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 14

Grafik 3.10 Umur Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kota Bontang lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 45,45 % % dan hanya 3,85 % yang berumur kurang dari 1 tahun. Sebanyak 8,28 % tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki. Grafik 3.11 Terakhir Kali Pengosongan Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebesar 72,03 % masyarakat Kota Bontang tidak pernah menguras tangki septiknya. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki septik yang dimiliki masyarakat Kota Bontang dalam status tangki septik tidak aman. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 15

Grafik 3.12 Tangki Saptik Yang Aman Tiap Kelurahan di Kota Bontang Dari grafik 3.12 dapat diketahui bahwa tingkat keamanan tangki saptik masyarakat masih rendah dan prosentase keamanan terendah terdapat di Kelurahan Kanaan dengan angka persentase sebesar 7,50 %. 3.3. DRAINASE LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR No Kelurahan Tabel 3.3 Kondisi Genangan Air Ada Kondisi Genangan Air Tidak Ada 1 Bontang Lestari 13,33 86,67 2 Satimpo 32,50 67,50 3 Berbas Pantai 10,00 90,00 4 Berbas Tengah 21,05 78,95 5 Tanjung Laut 20,00 80,00 6 Tanjung Laut Indah 32,39 67,61 7 Bontang Kuala 20,00 80,00 8 Bontang Baru 21,67 78,33 9 Api-api 34,12 65,88 10 Gunung Elai 13,68 86,32 11 Loktuan 9,47 90,53 12 Guntung 40,00 60,00 13 Kanaan 7,50 92,50 14 Gunung Telihan 36,92 63,08 15 Belimbing 0,00 100,00 Rata-rata 20,59 79,41 Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 16

Dari tabel 3.3 dapat diketahui halaman rumah yang terdapat genangan air sebesar 20,59 % dan yang terbebas dari genangan air sebesar 79,41 %. Grafik 3.13 Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air Dari grafik 3.13 dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air yang paling besar adalah di Kelurahan Guntung yaitu sebesar 40%. 3.4. PENGELOLAAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA No Kelurahan Tabel 3.4 Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Air Bersih Beresiko Tercemar Sumber Air Terlindungi Resiko (%) Penggunaan Sumber Air Tidak Terlindungi Tidak Aman Aman Kelangkaan Air Mengalami Kelangkaan Air Tidak Pernah Mengalami 1 Bontang Lestari 33,33 66,67 58,33 41,67 21,67 78,33 2 Satimpo 2,50 97,50 72,50 27,50 30,00 70,00 3 Berbas Pantai 10,00 90,00 88,00 12,00 4,00 96,00 4 Berbas Tengah 9,47 90,53 56,84 43,16 27,37 72,63 5 Tanjung Laut 9,23 90,77 70,77 29,23 49,23 50,77 6 Tanjung Laut Indah 8,45 91,55 87,32 12,68 35,21 64,79 7 Bontang Kuala 10,00 90,00 72,50 27,50 47,50 52,50 Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 17

No Kelurahan Beresiko Tercemar Sumber Air Terlindungi Resiko (%) Penggunaan Sumber Air Tidak Terlindungi Tidak Aman Aman Kelangkaan Air Mengalami Kelangkaan Air Tidak Pernah Mengalami 8 Bontang Baru 3,33 96,67 93,33 6,67 50,00 50,00 9 Api-api 8,24 91,76 88,24 11,76 31,76 68,24 10 Gunung Elai 2,11 97,89 69,47 30,53 17,89 82,11 11 Loktuan 9,47 90,53 75,79 24,21 12,63 87,37 12 Guntung 14,00 86,00 70,00 30,00 20,00 80,00 13 Kanaan 22,50 77,50 52,50 47,50 10,00 90,00 14 Gunung Telihan 9,23 90,77 35,38 64,62 24,62 75,38 15 Belimbing 1,54 98,46 26,15 73,85 12,31 87,69 Rata-rata 9,63 90,37 68,03 31,97 25,92 74,08 Dari tabel 3.4 dapat diketahui bahwa resiko sumber air tercemar adalah sebesar 9,63 %, penggunaan air yang tak terlindung dengan aman sebanyak 31,97 % dan mengalami kelangkaan air sebesar 25,92 %. Grafik 3.14 Sumber Air Untuk Minum Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.14 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum paling banyak adalah dari air isi ulang yaitu sebesar 63,42%. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 18

Grafik 3.15 Sumber Air Untuk Memasak Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.15 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk memasak paling banyak adalah bersumber dari air ledeng PDAM yaitu sebesar 67,32%. Grafik 3.16 Sumber Air Untuk Cuci Piring Dan Gelas Masyarakat Kota Bontang Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 19

Dari grafik 3.16 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk mencuci piring dan gelas paling banyak adalah dari air ledeng PDAM yaitu sebesar 73,87%. Grafik 3.17 Sumber Air Untuk Gosok Gigi Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.17 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan gosok gigi paling banyak adalah dari air ledeng PDAM yaitu sebesar 72,23%. Grafik 3.18 Tempat Menyimpan Air Yang Telah Di Olah Di Rumah Tangga Masyarakat Kota Bontang Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 20

Dari grafik 3.18 dapat diketahui bahwa tempat menyimpan air yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum paling banyak adalah di dalam panci tertutup sebesar 27,38 % serta dalam galon air isi ulang yaitu sebesar 23,71 %. Grafik 3.19 Cara Mengambil Air Dari Tempat Penyimpanan Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang Dari grafik 3.19 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum, cuci piring dan Gelas serta untuk gosok gigi paling banyak adalah dengan menggunakan gayung / timbah yaitu sebesar 56,40%. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 21

3.5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) Grafik 3.20 Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Di 5 Waktu Penting Dari grafik 3.20 dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 waktu penting masyarakat Kota Bontang masih relatif rendah. Nilai CPTS tertinggi ada di Kelurahan Bontang Baru dengan nilai sebesar 53,33%. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 22

Grafik 3.21 Tingkat Kebersihan Jamban Dari grafik 3.21 dapat diketahui bahwa tertinggi untuk lantai dan dinding jamban yang bebas tinja dan jamban yang bebas kecoa dan lalat ada di Kelurahan Kanaan dengan nilai 100 %. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 23

Grafik 3.22 Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air Dari grafik 3.22 dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran pada wadah penimpanan dan penanganan air masyarakat Kota Bontang cukup tinggi. Prosentase tertinggi berada di Kelurahan Loktuan dengan nilai 44,21%. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 24

Grafik 3.23 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Dari grafik 3.23 dapat diketahui bahwa kecenderungan BABS masyarakat Kota Bontang masih tinggi. BABS tertinggi berada di Kelurahan Belimbing dengan prosentase sebesar 64,62 % dan terendah pada kelurahan Kanaan sebesar 12,50 %. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 25

3.6. KEJADIAN PENYAKIT DIARE Grafik 3.24 Kejadian Penyakit Diare Dari grafik 3.24 dapat diketahui bahwa kejadian penyakit diare terjadi paling banyak pada lebih dari 6 (enam) bulan yang lalu dari waktu survey EHRA di lakukan yaitu sebesar 6,15%, dan sebagian besar responden atau sebesar 84,22 % mengatakan tidak pernah terjadi kejadian Diare. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 26

BAB IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Studi EHRA dapat bermanfaat sebagai promosi sanitasi kepada masyarakat / responden karena enumerator dilakukan oleh kader PKK, kader Posyandu, dan petugas Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap sanitasi lingkungan masyarakat. Diharapkan para enumerator menjadi agen perubahan ditengah lingkungannya. Studi EHRA menyediakan data informasi yang valid dalam penilaian resiko kesehatan lingkungan yang termuat dalam Buku Putih Sanitasi (BPS), dimana Buku Putih Sanitasi (BPS) nantinya menjadi dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang berfungsi sebagai rujukan dalam pengarusutamaan pembangunan sanitasi. 4.2. SARAN Studi EHRA idealnya dilakukan secara berkala dan hasil dari hasil studi EHRA saat ini (yang pertama) nantinya dijadikan baseline bagi hasil studi EHRA selanjutnya. Studi EHRA Kota Bontang Tahun 2015 27