BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

BAHAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

Nur Rahmah Fithriyah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desmodium cinereum D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman semak tegak berumur pendek, tinggi tanaman sekitar 1-3 m. Daun biasanya agak tebal, bulat berhelai tiga (trifoliat) yang sedikit tajam pada ujungnya, panjang daun 5-7 cm dan ditutupi oleh bulu halus. Bunga berwarna ungu berada pada banyak panikel terbuka, buah polong 6-8 biji. Biji berukuran kecil dan keras, berwarna hijau yang berubah kuning sampai coklat seiring kemasakan. Jumlah biji yang dihasilkan mencapai 500.000 biji/kg (Cook et al., 2005). D. cinereum ciri bijinya berwarna kuning, bentuk bijinya bulat pipih, sedangkan ukurannya besar dengan kulit biji tipis (Prabowo, 2011). Legum ini memiliki karakteristik berupa pohon yang bersifat parennial dengan tinggi tanaman dapat mencapai 3 meter, daun berbentuk trifoliat dan bunga berwarna ungu pucat (Lubis, 1992). D. cinereum merupakan tanaman legum yang sangat disukai ternak dan memiliki kandungan protein tinggi (Bogdam, 1997). Menurut USDA (2012), taksonomi dari D. cinereum adalah sebagai berikut: Genus Famili Subfamili Suku : Desmodium : Fabaceae, Leguminosae : Faboideae : Desmodieae

5 Subtribe Nama lama Diverifikasi Nama baru Diverifikasi : Desmodiinae, Papilionaceae : Desmodium rensonii : 21 Februari 1987 oleh Ahli botani ARS Sistematik : Desmodium cinereum : 23 Agustus 1994 oleh Ahli botani ARS Sistematik D. cinereum juga dikenal luas berpotensi sebagai tanaman pastura dan legum hijauan di daerah tropis dan subtropis (Duke, 1983). Menurut Cook et al. (2005), D. cinereum dapat tumbuh dengan baik pada tanah netral atau sedikit asam dengan kesuburan sedang, akan kehilangan kloroplas (klorotik) jika ditanam pada tanah basa dan akan tumbuh dengan baik pada daerah tropis basah dengan rata-rata curah hujan tahunan >1500 mm. Pertumbuhan D. cinereum lebih tinggi ketika defoliasi dilakukan setiap dua bulan pada daerah tropis basah di Indonesia. D. cinereum merupakan spesies daerah dataran rendah tropis dari ketinggian 0-1000 m dpl, sehingga memerlukan suhu rata-rata tahunan diatas 20 o C dan tidak tahan pada suhu beku (Cook et al., 2005). Produksi hijauan kering D. cinereum (7,30 ton/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan produksi hijauan kering dari campuran dua jenis legum (6,71 ton/ha), yaitu D. cinereum dan Flemingia congesta (Ella, 1996). Pertumbuhan D. cinereum dapat dipengaruhi oleh tanaman pengganggu dan tanah akali (ph tinggi). Pertumbuhan D. cinereum seringkali tidak optimal dengan kondisi lahan yang ada dan timbulnya gangguan dari tanaman pengganggu (gulma), akibatnya kualitas D. cinereum menjadi menurun (Cheeke et al., 1985).

6 D. cinereum juga terkenal toleran terhadap pemotongan dan ph rendah. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah alkali (ph tinggi) akan tetapi dapat mengakibatkan terjadinya klorosis, sehingga dalam penanamannya di tanah alkali dianjurkan untuk menambahkan bahan organik sebagai pembenah (Sablan dan Marutani, 2003). Ilustrasi 1. Tanaman Desmodium cinereum 2.2. Pupuk Organik Cair Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit (Prihmantoro, 1996). Penggunaan pupuk kandang atau kompos selama ini diyakini dapat mengatasi

7 permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik. Pupuk kandang atau kompos disamping mempunyai kelebihan juga masih banyak kekurangannya (Indrakusuma, 2000). Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit et al., 2006). Pemupukan adalah penambahan bahan atau zat pada tanah untuk melengkapi keadaan unsur hara yang tidak cukup terkandung di dalam tanah sehingga produksi meningkat (Mulyani, 1999). Penggunaan pupuk dan input lainya diusahakan agar mempunyai efisiensi tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena lebih atau ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi pengeluaran. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainya yang dapat diukur sebagai akibat pemberian satu satuan pupuk/hara. Kastono (1999) mengemukakan bahwa pemupukan mempunyai dua tujuan utama, yaitu mengisi perbekalan zat makanan tanaman yang cukup dan memperbaiki atau memelihara keutuhan kondisi tanah, dalam hal struktur, kondisi ph, potensi pengikat terhadap zat makanan tanaman. Sajimin et al. (2005), bahwa penyerapan unsur hara tanah yang tersedia bagi tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa

8 faktor yaitu cuaca pada kondisi yang kurang menguntungkan selama pertumbuhan seperti curah hujan, intensitas cahaya mengakibatkan produksi tanaman rendah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) (Rizqiani at al., 2007). Pemberian tambahan hara dengan pupuk anorganik saja tidak cukup dalam meningkatkan kesuburan tanah sehingga membutuhkan tambahan pupuk organik (Lingga dan Marsono, 2001). Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu POC. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alam lainnya yang diproses secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000). Pemupukan melalui daun dapat mengurangi kerusakan akibat pemberian pupuk melalui tanah. Beberapa jenis POC termasuk POC Bioton selain memiliki unsur hara (makro dan mikro) yang dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung hormon yang sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman (Wachjar dan Kadarisman, 2007). Pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan jumlah daun, jumlah cabang, bakal buah, luas daun, indeks luas daun, panjang

9 akar, volume akar, jumlah polong, bobot segar polong pertanaman dan bobot segar polong per hektar (Rizqiani et al., 2007 ). Pupuk organik cair mengandung bahan kimia rendah sehingga dalam penggunaannya maksimal 5% (Musnamar, 2006). 2.3. Jarak Tanam Pengaturan jarak antara tanaman yang satu dengan yang lain atau populasi tanaman persatuan luas merupakan salah satu strategi pengelolaan tanaman pakan. Pengaturan ini tidak terlepas dari sifat genetis tanaman, kondisi alam dan lingkungan. Adanya persaingan untuk mendapatkan faktor-faktor pertumbuhan antara lain sinar matahari, air dan unsur hara tanaman menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Strategi produksi tanaman biasanya dirancang untuk mendapatkan hasil penyerapan cahaya yang maksimal dengan pengaturan kerapatan tanaman dan jarak tanam (Gadner et al., 1991). Jarak tanaman antar baris sebaiknya sekitar 2,5-10 cm. Jarak yang dekat akan merangsang pembentukan daun dan dapat menahan erosi (Cook et al., 2005). Menurut Suhartanto (1997), bahwa produksi bahan kering dipengaruhi oleh jarak tanam. Produksi D. cinereum yang paling tinggi yaitu pada umur 3 bulan, jika ditanam pada jarak tanam 25x50 cm. Peningkatan kerapatan tanaman yang diakibatkan oleh populasi yang lebih tinggi akan meningkatkan hasil biomassa persatuan luas. Kerapatan yang semakin meningkat maka kenaikan hasilnya akan semakin lambat, kemudian konstan dan pada akhirnya akan menurun apabila kerapatannya melebihi pada tingkat tertentu

10 (Soetrisno, 1988). Jarak tanam yang sempit akan berpengaruh terhadap persaingan unsur hara oleh tanaman untuk pertumbuhan dan pembentukan bagi vegetasi tanaman. Unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang berpengaruh pada tingkat produksi tanaman. Sinar matahari untuk fotosintesis terhambat oleh jarak tanam yang sempit sehingga laju pertumbuhan menjadi lebih lambat. Fotosintesis yang terhambat akan membuat kadar protein dalam tanaman rendah sehingga mengakibatkan kecernaan bahan kering hijauan juga rendah (Syarief, 1989). 2.4. Pertumbuhan Pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya ukuran dan bahan kering (BK) yang merupakan indikator daari pertambahan protoplasma. Pertumbuhan merupakan suatu proses bertahan hidup pada tanaman, yang menyebabkan berubahnya hasil dan ukuran tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Susetyo et al. (1969), menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase germinatif, fase vegetatif dan fase generatif. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan terbagi dua yaitu faktor biotik terdiri hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah dan faktor abiotik meliputi cahaya matahari, kecepatan angin, kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah (Gardner et al., 1991). Unsur hara dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Enam unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah banyak ialah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang. Nitrogen, fosfor, dan

11 kalium merupakan tiga unsur yang bekerja bersamaan, sehingga disebut unsur pupuk (Soepardi, 1983). Unsur hara yang kurang dalam tanah, atau terlalu lambat tersedia dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Salah satu yang mempengaruhi penyerapan nitrogen adalah banyaknya bintil akar. Semakin banyak nitrogen yang diserap bintil akar maka produksi bahan kering akan meningkat (Sumarsono, 2004). Setyati (1991) menambahkan salah satu faktor penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman adalah tercukupinya unsur hara dalam tanah. 2.5. Defoliasi Pemotongan (defoliasi) merupakan pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik dilakukan manusia maupun oleh renggutan ternak sewaktu digembalakan (Sutrisno, 1988). Menurut Mcllroy (1976), semakin pendek umur defoliasi, maka semakin sedikit kesempatan daun pada tanaman memanfaatkan sinar matahari untuk pembentukan bahan kering tanaman. Umur defoliasi yang terlalu pendek mengakibatkan hasil fotosintesis terbatas. Sebaliknya interval umur defoliasi yang terlalu lama akan memproduksi bahan kering tinggi dengan kualitas hijauan kurang baik. Interval waktu defoliasi terlalu dekat mengakibatkan kerusakan tanaman. Kerusakan tanaman disebabkan bahan makanan cadangan yang ada berkurang terus menerus untuk kebutuhan membentuk tunas-tunas yang selalu dipotong. Cadangan makanan yang berkurang menyebabkan menurunnya produksi tanaman bahkan mengakibatkan kematian

12 tanaman (Smith et al., 2006). Defoliasi dilakukan pada ketinggian 10 15 cm setiap 8-10 minggu sekali. Defoliasi tanaman terlalu panjang, menyebabkan tanah gersang, menghambat pertumbuhan kembali dan batang menjadi lemah pada musim kemarau. Defoliasi batang setinggi 5-8 cm pada tahun pertama dapat membantu mengurangi kompetisi gulma dan merangsang kacang untuk menjalar secara lateral (Mazwar, 2004). Interval defoliasi tidak mempengaruhi jumlah tunas pada suhu tinggi atau suhu rendah tanaman legum (Sinclair et al., 2007).