GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN WS Tarmi, Citra Dewi Aryani Korespondensi: WS Tarmi, d/a : STiKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax. (0322) 323457 Email. WSTarmi@yahoo.com Abstrak Dewasa ini kecenderungan pemakian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR baik di pedesaan maupun perkotaan jumlahnya lebih kecil dibandingkan pemakaian kontrasepsi lain, hal ini kemungkinan karena kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat serta maraknya promosi pemakaian alat kontrasepsi hormonal baik melalui media massa, televisi dan radio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 64,29%, sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan baik atau 35,71% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 0%. Desain penelitian yang digunakan adalah diskriptif dengan pendekatan Non Probability Sampling dengan menggunakan tehnik Quota Sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 507 dengan jumlah sampel sebanyan 42 responden. Rujukan penelitian ini adalah petugas kesehatan khususnya bidan dan petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang AKDR. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR di wilayah desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan sebagian besar adalah cukup yang disebabkan kurangnya pengetahuan serta informasi responden sehingga ketertarikan terhadap AKDR masih sangat rendah. Kata Kunci : Pengetahuan, PUS, AKDR. 1. Pendahuluan Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah dirubah visinya dari mewujudkan Keluarga yang Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hakhak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (A B Saifuddin, 2003: 5). Keluarga adalah salah satu diantara kelima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujutan penduduk yang berkualitas. Visi tersebut dijabarkan ke dalam enam misi yaitu : memberdayakan untuk membangun keluarga kecil berkulitas, menggalang kemitraan dalam meningkatkan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi perlindungan dan upaya mewujutkan hak-hak reproduksi, meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan jender melalui program Keluarga Berencana dan mempersiapkan sumberdaya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia (A B Saifuddin, 2003:5). WS Tarmi STIKES Muhammadiyah Lamongan. SURYA
Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidak tahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor yang timbul harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping, potensi, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua (A B Saifuddin, 2003:5). Peserta KB aktif di Lamongan tercatat 218.198 peserta atau 115,74 % dari PPM sebanyak 188.532 peserta. Sebagian besar akseptor atau peserta KB memilih KB suntik sebanyak 5.886 (Adi Sucipto, 2008.Aksepto KB Di Lamongan:http://www.google.com). Data laporan Puskesmas Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, untuk untuk peserta KB di Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan pada bulan Januari sampai bulan Oktober 2008 tercatat peserta KB aktif berjumlah 21963 orang, yang menjadi peserta KB AKDR 2.167 orang atau 9,8 %, MOP 62 orang atau 0,28 %, MOW 622 atau 2,83 %, Implan 2664 atau 46,95 %, suntik 10313 atau 46,95 %, pil 5955 atau 39,33 %, kondom 180 atau 0,81 %. Data laporan dari KB Kesos Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan untuk peserta KB Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan pada bulan Juli tahun 2008 didapatkan Pasangan Usia Subur atau PUS sejumlah 507 orang, yang menjadi peserta KB AKDR 122 orang atau 20,06 %, peserta MOW 26 orang atau 4,67 %, peserta implan 25 orang atau 4,11 %, peserta suntik 248 orang atau 40,78 %, peserta pil KB 86 orang atau 14,14 %. Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Agustus 2008 di Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, dari 30 orang PUS didapatkan 29 orang atau 87,00 % tidak memakai metode kontrasepsi dalam rahim atau AKDR dan satu orang atau 3,00 % menggunakan AKDR. Berbagai alasan dikemukakan oleh akseptor non AKDR antara lain malu karena harus dipasang melalui organ intim wanita dan takut mengenai dampaknya seperti rasa sakit saat pemasangan, perdarahan dan lepasnya AKDR. Keterbatasan pengetahuan dari setiap pasangan tentang Alat Kontrasepsi akan berdampak terhadap konsistensi pemakaian kontrasepsi yang tepat. Seringkali kontrasepsi menjadi tidak efektif karena pemakaian yang tidak tepat sehingga ketertarikan terhadap AKDR menurun. Dampak lain dari banyaknya akseptor non AKDR adalah bila terdapat unsur lupa atau berkaitan dengan unsur finansial daya beli yang kurang memadai melihat kondisi ekonomi yang relatif rendah saat ini tidak menutup kemungkinan terjadinya kehamilan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan PUS tentang metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah perilaku. Faktor perilaku ditentukan atau tebentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi atau predisposing factors, faktor pendukung atau enabling factors dan faktor pendorong atau renforsing factors. Faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, kontrasepsi dan sebagainya, sedangkan faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:178). Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan Gerakan Keluarga Berencana adalah dengan memberikan informasi yang benar dan akurat karena konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (A B Saifuddin, 2003:5). SURYA 2
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada suatu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan (A B Saifuddin, 2003:U-1). Untuk mengatasi masalah tersebut diharapkan bidan dapat memberikan penyuluhan, pendidikan kesehatan, konseling awal dan konseling lanjutan untuk ibu-ibu yang mengikuti KB agar dapat memilih AKDR dan menjadi akseptor AKDR yang lestari. Dengan fenomena yang ada diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Metode AKDR Di Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan Tahun 2008. 2. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan Non probability sampling dengan tehnik Quota sampling. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh PUS di Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan Tahun 2008 yang tidak menjadi akseptor KB AKDR berjumlah 507. Variabel Independen peneliian adalah pengetahuan PUS tentang metode AKDR dengan sub variabel Pengertian, cara kerja, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontraindikasi, waktu pemasangan dan pencabutan, kunjungan ulang. 3. Hasil Penelitian a. Data Umum 1) Distribusi Responden Berdasarkan Umur Gambar.1 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada PUS Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan November 2008. Dari gambar 1 diatas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden yaitu 64 % berusia 21-30 tahun dan sebagian kecil dari responden atau 12 % berusia lebih dari 40 tahun. 2) Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan SURYA 3
Gambar 2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada PUS Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan November 2008. Dari gambar 2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yaitu 67 % berpendidikan dasar dan sebagian kecil responden yaitu 33 % berpendidikan SLTA. 3) Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Gambar.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada PUS Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan November 2008. Dari gambar.3 diatas diketahui bahwa sebagaian responden yaitu 50% merupakan ibu rumah tangga dan sebagian kecil responden atau 2 % merupakan pegawai negeri. 4) Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Gambar 4 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Pada PUS Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan Nopember 2008. Dari gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian yaitu 59% responden memiliki dua anak dan sebagian kecil responden atau 12 % memiliki anak satu. SURYA 4
b. Data Khusus Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Di Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan Bulan Nopember 2008. Pengertian Frekuensi Prosentase 6 0 36 14 0 86 Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden atau 86% memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian atau 14% memiliki tingkat pengetahuan baik. Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan cara kerja AKDR Di Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan Bulan Nopember 2008. Cara Kerja Frekuensi Prosentase AKDR 2 10 30 4,77 23,80 71,24 Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden atau 71,42% memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden atau 4,77% telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang cara kerja AKDR. Tabel 7 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Keuntungan Dan Kerugian AKDR Di Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan Bulan Nopember 2008. Keuntungan dan kerugian Frekuensi Prosentase 1 6 25 2,4 38,10 59,52 Dari tabel.7 diatas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden atau 59,52% masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya kurang dari sebagian responden atau 2,4 % telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang keuntungan dan kerugian AKDR. Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Pada Indikasi Dan Kontraindikasi AKDR Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan Nopember 2008. Indikasi dan Frekuensi Prosentase Kontraindikasi 9 9 24 21,43 21,43 51,14 SURYA 5
Dari tabel 4.8 diatas memberikan gambaran bahwa lebih dari sebagian responden atau 51,14% memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden atau 21,43 memiliki pengetahuan baik dan cukup tentang indikasi dan kontraindikasi metode AKDR. Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Pada Waktu Pemakaian dan Pencabutan AKDR Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan Nopember 2008. Waktu Pemakaian Frekuensi Prosentase dan Pencabutan 3 6 33 7,14 14,28 78,58 Dari tabel 9 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden atau 78,58% masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya 7,14% atau kurang dari sebagian responden telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang waktu pemakaian dan pencabutan AKDR. Tabel 10 Distribusi Responden Tentang Kunjungan Ulang Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan Nopember 2008. Kunjungan Ulang Frekuensi Prosentase 10 12 20 23,80 28,59 47,61 Dari tabel 10 diatas diketahui bahwa kurang dari sebagian responden atau 47,61% masih memiliki tinkat pengetahuan kurang dan hanya 23,80% responden yang telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kunjungan ulang AKDR. Tabel 4.11 Distribusi Responden Tentang Metode AKDR Di Wilayah Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan bulan Nopember 2008. No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%) 1 2 3 15 27-35,74 64,26 - Jumlah 41 100 Dari tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 64,26%, kurang dari sebagian responden mempunyai pengetahuan baik sebesar 35,71% dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 0%. 4. Pembahasan a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengertian AKDR Bila ditinjau kembali tabel 5 memberi gambaran bahwa sebagian besar responden atau 86% masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya kurang dari sebagian responden atau 14% telah memiliki tingat pengetahuan baik tentang pengertian AKDR. Hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar berpendidikan dasar. Menurut Notoatmodjo (2003:16) SURYA 6
pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pada tingkat pendidikan rendah, pemberian informasi harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang pengertian AKDR. b. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Kerja AKDR Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden atau 71,42% memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden atau 4,77% telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang cara kerja AKDR. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekidjo Notoadmodjo (2007:129) bahwa analisa atau analysis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam struktur organisasi. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, megelompokkan dan lain sebagainya. Mengingat cara kerja AKDR merupakan suatu mekanisme yang terjadi setelah AKDR dipasang didalam alat reproduksi wanita untuk mencegah terjadinya konsepsi, pertanyaan ini merupakan jenis pertanyaan yang tidak hanya ditinjau dari domain kognitif tahu atau know tetapi mebutuhkan tingkat pemahaman yang lebih atau dapat dikategorikan dalam analisa atau analysis. c. Distribusi Responden Berdasarkan Keuntungan dan Kerugian AKDR. Dari tabel 7 diatas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden atau 59,52% masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya kurang dari sebagian responden atau 2,4 % telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang keuntungan dan kerugian AKDR. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nursalam dan Siti Pariani (2001:134) yang mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan kurang akan menghambat perkembangan sikap terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Masih kurangnya pengetahuan responden berkaitan dengan masih rendahnya informasi yang diperoleh, mengingat informasi tentang metode AKDR masih jarang diberikan oleh tenaga kesehatan setempat. Sehingga meskipun pengetahuan tentang keuntungan dan kerugian dikategorikan dalam domain kognitif tahu atau know masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. d.distribusi Responden Berdasarkan Indikasi dan Kontraindikasi. Dari table 8 diatas memberikan gambaran bahwa lebih dari sebagian responden atau 51,14% memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden atau 21,43% memiliki pengetahuan baik dan cukup tentang indikasi dan kontraindikasi metode AKDR. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekidjo Notoatmodjo yang dikutip dari Bloom (2007:129) bahwa domain kognitif tahu atau know diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Abdul Bari Saifuddin (2003:U-5) bahwa setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada calon atau klien KB tersebut harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar. Dengan memberikan informasi secara spesifik dengan bahasa yang mudah dipahami dimungkinkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang indikasi dan kontraindikasi metode AKDR. e. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pemasangan dan Pencabutan AKDR. Dari tabel 9 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden atau 78,58% masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya 7,14% atau kurang dari sebagian responden telah memiliki tingkat SURYA 7
pengetahuan baik tentang waktu pemakaian dan pencabutan AKDR. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekidjo Notoadmodjo bahwa tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Hal ini dikarenakan informasi tentang AKDR masih kurang diterima oleh responden sehingga sebagian responden belum mengetahui tentang waktu pemasangan dan pencabutan AKDR. f. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Ulang AKDR. Dari tabel 10 diatas diketahui bahwa kurang dari sebagian responden atau 47,61% masih memiliki tinkat pengetahuan kurang dan hanya 23,80% responden yang telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kunjungan ulang AKDR. Hal ini sesuai dengan pendapat Badan koordinasi keluarga berencana (2004:68) yaitu pasien melakukan kontrol pada dokter atau bidan seminggu sesudah pemasangan, lalu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan setahun sekali. AKDR adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam organ reproduksi wanita sehingga membutuhkan perhatian yang khusus dengan memeriksakannya ke tenaga kesehatan secara rutin. g. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang AKDR. Tingkat pengetahuan responden tentang AKDR terdapat pada diagram 4.11 yang telah memberikan gambaran bahwa lebih dari sebagian responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 64,26% dan sebagian kecil responden atau 35,74 % berpengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo (2007:129) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui panca indra manusia, indra pengetahuan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Dan sebagian pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbatasnya pengetahuan responden antara lain yaitu sebagian besar responden hanya memiliki tingkat pendidikan dasar sehingga tingkat pemahaman terhadap metode AKDR masih sangat terbatas. nya informasi yang diperoleh juga berperan dalam membentuk tingkat pengetahuan responden Faktor lain yang mendukung pengetahuan responden adalah kurangnya ketertarikan responden terhadap metode AKDR yang disebabkan karena AKDR merupakan suatu alat yang dipasang didalam organ intim wanita sehingga ada perasaan takut untuk memilih dan menjadi akseptor kontrasepsi AKDR dan pada akhirnya informasi tentang AKDR dianggap tidak perlu untuk diketahui. 5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1) Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian memiliki tingkat pengetahuan baik. 2). Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang cara kerja AKDR. 3). Lebih dari sebagian responden masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya kurang dari sebagian responden telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang keuntungan dan kerugian AKDR. 4). Lebih dari sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebagian responden memiliki pengetahuan baik dan cukup tentang indikasi dan kontraindikasi metode AKDR. SURYA 8
5). Sebagian besar responden masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan hanya kurang dari sebagian responden telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang waktu pemakaian dan pencabutan AKDR. 6). dari sebagian responden masih memiliki tingkat pengetahuan kurang dan kurang dari sebsagian responden yang telah memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kunjungan ulang AKDR. b. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1). Bagi Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur diharapkan lebih aktif mencari informasi dari petugas kesehatan maupun dari media elektronik serta media masa tentang AKDR guna meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan menjadi akseptor AKDR. 2). Bagi Institusi Sebagai bahan masukan bagi tempat pelayanan kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan pada PUS tentang AKDR. 3). Bagi Profesi Kebidanan Perlunya petugas kesehatan dan kader terlatih untuk meningkatkan penyuluhan tentang manfaat dan keuntungan dari metode AKDR dan meningkatkan motivasi tentang penggunaan AKDR. 4). Bagi Peneliti Yang Akan Datang Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji cobakan dahulu sehingga hasilnya lebih representative. DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari Saifuddin. (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Adi Sucipto. (2008). Akseptor KB Di Lamongan. www.http.google.com Ali, Baziad. (2002). Kontrasepsi Hormonal, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta Alimul,H. (2007). Metode Penelitian Dan Tehnik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta. BKKBN. (2004). Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi. Plan Indonesia. Surabaya. Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. (2005), Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi, Edisi 4, EGC, Jakarta. Hanafi,H. (2003). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta KB Kesos Sekaran. (2008). Laporan seksi KIA. Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan.. SURYA 9
Nursalam. (2003), Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Puskesmas Sekaran (2008), Laporan seksi KIA, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan Soekidjo,Notoatmodjo. (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Asdi Mahasatya, Jakarta. Jakarta. Jakarta... (2007), Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Rieneka Cipta,. Sperof, L dan Philip D Darney. (2003), Pedoman Klinis Kontrasepsi, EGC, Suharsini A.(2006), Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Rieneka Cipta, Jakarta. Varney, H et al. (2006), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, EGC, Jakarta. SURYA 10