NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Objek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN SNOWBALLING DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN READING GUIDE

HARIO WIJAYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: RETNO AMBARWATI A

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN TGT (Teams Games Tournament) DAN NHT (Numbered Heads Together) DENGAN MEDIA GAMBAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PERBANDINGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTIONS STUDENTS HAVE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

NASKAH PUBLIKASI. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL DAN CONCEPT MAPPING BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan dalam kesendirian dan menyendiri.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

PEMBELAJARAN FISIKA MODEL DISKUSI DITINJAU DARI KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1. Distribusi dan Deskripsi Data Penguasaan Konsep Biologi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ANNISA KARTIKA NURJANAH A

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kelompok kedua (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan. Tabel 1. Desain Penelitian

PERBEDAAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PERBEDAAN PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

NIK MATUL FATKHAH A.420

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diajukan Oleh : Putri Kinasih Arius Sandra A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian menggunakan metode True Eksperimental Design. Dikatakan. dengan cara mengajar disekolah tersebut.

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERPENGARUH TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK KELOMPOK B RA AL HIKMAH PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2013/2014

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

Nur Annisa Nenden Sundari 1 Neneng Sri Wulan 2. Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Serang Universitas Pendidikan Indonesia

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

Ida Wahyuni dan Khairil Irfan Lubis Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

STUDI KOMPARASI STRATEGI READING ALOUD DAN READING GUIDE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALGONDO WONOSARI TAHUN 2014/2015

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING

HASIL BELAJAR. Persyaratan. Disusun Oleh: A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: MEGA APRILLIA BAGUS TRI WASKITHO A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika DEVID AGUS HARTATO

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Disusun Oleh: YENI OKTAVIA A 420 090 037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Yeni Oktavia (1), Hariyatmi (2), (1) : Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS, (2) : Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kartasura khususnya kelas VIII. Kelas yang digunakan dalam penelitian dipilih dua kelas secara acak (random) dengan menggunakan pembelajaran yang berbeda. Kelas pertama yaitu kelas eksperimen VIIIB menerapkan pembelajaran multiple intelligences dan kelas kedua yaitu kelas kontrol VIIIG menerapkan pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini menerapkan 3 materi yang berbeda yaitu fotosintesis, gerak pada tumbuhan dan hama penyakit pada tumbuhan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode tes. Analisa data menggunakan uji statistika Independent Sample T-test melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil nilai selisih skor postest-pretest siswa menggunakan pembelajaran multiple intelligences sebesar (26,77±7,66) lebih tinggi dari pada selisih skor postest-pretest menggunakan konvensional sebesar (17,00±5,56). Hasil uji hipotesis bahwa terlihat nilai t hitung (5,741) lebih besar dari t tabel (1,999), maka H 0 ditolak berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua pembelajaran yang diterapkan antara pembelajaran multiple intelligences dan konvensional. Nilai afektif dan psikomotor yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai pembelajaran multiple intelligences lebih tinggi dari nilai pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran multiple intelligences dengan konvensional. Pembelajaran multiple intelligences memperoleh skor rata-rata kognitif, afektif dan psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. kata kunci: multiple intelligences, konvensional, hasil belajar. A. PENDAHULUAN Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun kecerdasan adalah sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau untuk menawarkan jasa yang akan menimbulkan penhargaan dalam

budaya seseorang. Definisi tersebut menegaskan hakekat teorinya (Campbell, dkk, 2006). Gardner (2003) mengemukakan sebuah teori yang baru ditemukannya, yaitu kecerdasan minimal yang dimiliki seseorang meliputi delapan kemampuan intelektual yang berbeda disebut dengan teori multiple intelligences. Kedelapan kecerdasan tersebut terdiri atas: linguistik intelligence (kecerdasan linguistik), logical-mathematical intelligence (kecerdasan matematika dan logika), spatial intelligence (kecerdasan spasial), bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh), musical intelligence (kecerdasan musik), interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal), intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal), dan natural intelligence (kecerdasan natural). Sumber kecerdasan ditentukan oleh tiga hal yaitu genetis, asupan makanan, dan lingkungan. Tetapi, pada akhirnya, ketiga sumber kekuatan kecerdasan tersebut bermuara di sekolah. Penemuan kekuatan kecerdasan siswa menjadi tanggung jawab moral sekolah. Peran sekolah seharusnya seperti detektif pencari minat, bakat, dan kekuatan kecerdasan siswa. Sebagaimana perbedaan pada pola genetis setiap siswa, maka perbedaan kemunculan kekuatan siswa pun berbeda satu sama lain. Dengan demikian, banyak cara menuju kecerdasan dan banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan siswa (Chatib, 2012). Selama ini kecerdasan intelektual sangat dihargai, sementara kecerdasan lainnya dipandang sebelah mata. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dialami pendidik di kelas. Pertama, kurikulum sebagai patokan pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan bertahun-tahun lamanya, begitu menitikberatkan pada penguasaan konsep (kecerdasan intelektual). Kedua, kecerdasan lainnya tidak dievaluasi baik dalam ujian akhir nasional maupun ujian sekolah. Soal-soal yang dipergunakan untuk mengevaluasi masih berkutat pada pengujian penguasaan konsep siswa (Coles, 2003). Pada pembelajaran di kelas, guru juga seringkali menerapkan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan tetap menganggap dirinya sebagai

pusat pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional. Padahal paradigma seperti itu sudah tidak relevan lagi. Sudah saatnya siswa diajak untuk aktif sebagai pembelajar. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan lain yang dimilikinya. Menurut Joko (2010), dalam penelitiannya menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dibandingkan dengan siswa yang menerima pembelajaran konvensional dalam program diklat Elektronika Dasar. Dengan membandingkan pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan konvensional diharapkan para pendidik mempertimbangkan dalam menerapkan metode-metode pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran multiple intelligences dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Kartasura tahun ajaran 2012/2013. B. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kartasura pada semester II Tahun Ajaran 2012/2013 pada bulan Desember 2012 April 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 8 kelas, yaitu: kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G, VIII H. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anggota populasi sebanyak 2 kelas, kelas yang terpilih pertama yaitu VIII B untuk pembelajaran berbasis multiple intelligences, kelas kedua yaitu VIII G untuk pembelajaran konvensional. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling (sampel acak) dengan cara random yaitu kelas VIII B untuk pembelajaran berbasis multiple intelligences dan Kelas VIII G untuk pembelajaran konvensional yang masing-masing berjumlah 33 siswa. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas siswa seperti nama siswa, nomor induk

siswa serta data nilai Biologi semester ganjil untuk mengetahui kemampuan awal siswa dengan melihat dokumen yang ada di sekolah. Dokumentasi juga meliputi pengambilan foto dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dengan menggunakan pembelajaran berbasis multiple intelligences dan pembelajaran konvensional, ini digunakan sebagai bukti telah diadakan penelitian. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar siswa. Jenis test yang digunakan adalah pre-test yaitu test yang dilakukan sebelum diadakan tindakan dan post test yaitu test yang dilakukan setelah diadakan tindakan, menggunakan tes berupa soal obyektif sebanyak 10 soal. Secara umum, pola peneliti dilakukan terhadap 2 kelompok, yang satu merupakan kelompok eksperimen (yang dikenal perlakuan) dan kelompok kontrol atau kelompok pembanding yang tidak dikenal perlakuan. Setelah selesai dilaksanakan eksperimen, maka hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test. Sebelum dilakukan uji hipotesis, data di analisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, setelah data dikatakan normal dan homogen, maka dapat langsung di analisa menggunakan uji statistik Independent Sample T-test. C. HASILDAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar siswa pada materi fotosintesis, gerak tumbuhan, dan hama penyakit tumbuhan. Proses belajar siswa meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. selisih skor kognitif tertinggi pada pembelajaran multiple intelligences (26,77) sedangkan selisih skor kognitif pembelajaran konvensional lebih rendah yaitu hanya sebesar (17,00). Ranah afektif yang diamati adalah aktif, kerjasama, pendengar yang baik, menyumbang ide, tanggung jawab, mampu berkomunikasi. Berdasarkan tabel 4.1 diperlihatkan bahwa skor rata-rata afektif pada pembelajaran multiple intelligences lebih tinggi yaitu sebesar (18,42) dibandingkan dengan skor rata-rata afektif pembelajaran konvensional

yaitu hanya sebesar (11,23), hal ini terlihat pula pada skor standart deviasi lebih kecil pembelajaran konvensional (1,22) dari pada pembelajaran multiple intelligences (3,39). Dari semua data yang diperoleh, dinyatakan bahwa pembelajaran multiple intelligences lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional, hal tersebut dapat dilihat dari skor keaktifan siswa. Siswa lebih berminat mengikuti pembelajaran multiple intelligences. Ranah psikomotor yang diamati yaitu siswa mampu menyentuh daun putri malu dengan benar, siswa mampu mengunakan alat musik icik-icik dengan baik, siswa mampu memperagakan media wayang-wayangan dengan benar. Berdasarkan tabel 4.1 diperlihatkan bahwa skor rata-rata psikomotor pada pembelajaran multiple intelligences lebih tinggi yaitu sebesar (8,04), standart deviasinya (0,66) dibandingkan dengan rata-rata psikomotor pembelajaran konvensional yaitu hanya sebesar (5,92). Dari semua data yang diperoleh, dinyatakan bahwa pembelajaran multiple intelligences lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional. Siswa lebih berminat mengikuti pembelajaran multiple intelligences. skor t hitung (5,741) lebih besar dari t tabel (1,999), maka H 0 ditolak berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua pembelajaran yang diterapkan yaitu antara pembelajaran multiple intelligences dan konvensional. Berdasarkan uji hipotesis Independent Sample T-test terlihat perbedaan antara skor rata-rata kelas yang menggunakan pembelajaran multiple intelligences dan konvensional. Pembelajaran multiple intelligences memiliki skor rata-rata lebih tinggi pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor dari pada pembelajaran konvensional, sehingga pembelajaran multiple intelligences lebih efektif digunakan dalam proses pembelajaran biologi. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain : pembelajaran multiple intelligences merupakan gabungan dari delapan kecerdasan siswa meliputi kecerdasan visual, verbal, musik, kinestetik, logikamatematika, interpersonal, intrapersonal, dan natural yang dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan kecerdasan masing-masing siswa dan motivasi serta minat belajar siswa yang bersangkutan.

Dalam pembelajaran biologi yang sudah diterapkan pada penelitian ini, 1) kecerdasan visual yang dapat menstimulus ingatan dan pemahaman siswa yaitu dikembangkan melalui media gambar. (Woolfolk, 2004) berpendapat bahwa sebuah gambar memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan ringkas dan dapat lebih mudah diingat daripada penjelasan yang panjang; 2) kecerdasan musik dengan membuat dua bait lagu yang berhubungan dengan materi dan menggunakan alat musik icik-icik pada saat menyanyikan lagu tersebut didepan kelas. Seperti pendapat (Merritt, 2003), bahwa musik mampu menghubungkan pikiran dan hati para siswa sehingga mereka menyadari identitas mereka sebagai anggota kelompok, sehingga para siswa mampu mengembangkan rasa kebersamaan. Akibatnya, mereka bersikap saling peduli dan saling membantu; 3) kecerdasan kinestetik dikembangkan dengan bermain peran, misalnya pada materi gerak tumbuhan, siswa ada yang berperan sebagai tanaman, matahari, air, dll, kemudian mereka memperagakan macam-macam gerak tumbuhan tersebut. (Faruq, 2008), menyatakan kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan menyelarasakan pikiran dengan badan sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai makna; 4) kecerdasan logika dan matematika dikembangkan dengan memberikan nomor pada media, kemudian siswa berkelompok sesuai nomor pada media yang didapat; 5) kecerdasan interpersonal dan 6) kecerdasan intrapersonal dikembangkan dengan siswa berdiskusi kelompok, kegiatan ini merangsang siswa untuk mampu berkomunikasi dengan baik, menyumbang ide, kerjasama, aktif, menjadi pendengar yang baik, dengan kecerdasan interpersonal yang baik, seseorang akan mempunyai kepekaan hati, sehingga akan bersikap dan bertutur kata tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain; 7) kecerdasan linguistik dikembangkan yaitu dengan siswa mempresentasikan materi diskusi didepan kelas siswa mampu menyampaikan dengan kata-kata yang baik dan sopan, kegiatan ini juga mampu mengembangkan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal antara lain, mampu bersosialisasi dan mampu menumbuhkan percaya diri yang tinggi.

Chatib (2009), menyatakan anak yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain; 8) kecerdasan natural dikembangkan dengan membawa tanaman atau binatang yang berhubungan dengan materi pembelajaran kedalam kelas sebagai materi diskusi siswa-siswa. Hai ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap flora dan fauna di alam dan mempelajari keanekaragaman tersebut, selain itu siswa lebih memahami materi pembelajaran melalui pengamatan langsung tanaman atau hewan tersebut. Suparno (2004), menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi biasanya dapat dilihat dari kemampuannya mengenal, mengklafikasi, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Pembelajaran multiple intelligences ini, mampu menjembatani proses pembelajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya diberikan materi dan teori-teori semata (pembelajaran konvensional), namun dengan pembelajaran multiple intelligences siswa dihadapkan pada kenyataan bahwa materi dan teori-teori yang mereka terima memang dapat mereka temui di dunia nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Joko (2010) menunjukkan pembelajaran berbasis multiple intelligences mampu meningkatkan hasil belajar elektronika dasar dibandingkan dengan siswa yang menerima pembelajaran konvensional. D. KESIMPULAN Ada perbedaan perbandingan hasil belajar Biologi siswa di SMP Negeri 2 Kartasura pada pembelajaran multiple intelligences dan konvensional.

Pembelajaran multiple intelligences memperoleh hasil pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional. E. DAFTAR PUSTAKA Campbell, Linda. Bruce Cambell dan Dee Dickinson. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press. Chatib, Munif & Alamsyah Said. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara. Bandung: Kaifa. Coles, Robert. 2003. Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. (Terjemahan Drs. Alexander Sindoro). Batam Centre: Interaksara. Joko, Andika. 2010. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk dengan pembelajaran konvensional Dilihat dari Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat elektronika Dasar di SMKN 1 Cimahi. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.