HUKUM PERJANJIAN. atau. lebih. di antaranya : pembayaran. Naturalia

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

STIE DEWANTARA Kontrak Bisnis

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II KEKUATAN MENGIKAT SURAT KUASA DALAM JUAL BELI DI BIDANG PERTANAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN VOUCHER HOTEL ANTARA PT. EKA SUKMA TOUR DENGAN HOTEL JW MARRIOT MEDAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

HUKUM JASA KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

Asas asas perjanjian

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

KAJIAN YURIDIS TERHADAP SYARAT SAH DAN UNSUR- UNSUR DALAM SUATU PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA, PERJANJIAN KREDIT, HAK TANGGUNGAN, PEMBUKTIAN, AKTA OTENTIK, DAN LELANG

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

BEBERAPA BATASAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN MENURUT KUH PERDATA

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN NOMINEE. Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan pasal 1313

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan

BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT. Perjanjian kredit merupakan salah satu jenis perjanjian yang segala

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

Bab IV PEMBAHASAN. A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

seperti Hak Cipta (Copyright), Merek (Trade Mark)maupun Desain

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

Transkripsi:

DASAR-DASAR HUKUM PERJANJIAN A. PERJANJIANN PADA UMUMNYA Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan manaa satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadapp satu orang lain atauu lebih B. ASAS-ASASS HUKUM PERJANJIAN Adalah suatu nilai yang menjadi dasar dalam pembentukann suatu hukum. penerapan hukum atau Asas yang menjadi dasar dalam perjanjian di antaranya : 1. Azas Konsensualitas, yaitu suatu perjanjian/perikatan timbul sejak tercapainya kesepakatan, selama para pihakk dalam perjanjiann tidak menentukan lain. Azas ini diatur dalam Pasal 1320 angkaa 1 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian. Azas Kebebasan Berkontrak, yaitu bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi darii perjanjiann sepanjang tidak bertentangan dengan UU, ketertiban mum, kesusilaan, dann kepatutan. Asas ini diatur dalam Pasal 1320 angka 4 jo. Pasal 13399 KUH Perdata. Azas Pacta Sun Servanda, termuat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang sah mengikat sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. C. UNSUR-UNSUR PERJANJIAN Unsr-unsur perjanjian dapat diuraikan sebagai berikutt : 1. Essensialia Hal pokokk yang harus ada dalam perjanjian yang mencerminkan maksud dari perjanjiann yang diinginkan sehingga jelas prestasi-prestasi yang harus dilakukan. Contohnya : Perjanjian jual beli haruss mengandung pengaturan tentang inti dari kegiatan jual beli seperti harga barangg dan kewajiban pembayaran. Naturalia

Ketentuan-ketentuan yang lazimnya diberlakukan dalam perjanjian. Syarat ini bisa tertulis maupun tidak. Apabila syarat ini tidak dicantumkan, perjanjian tapi tetap sah. Jika para pihak tidak mengatur syarat naturalia dalam perjanjian, maka yang berlaku adalah yang diatur dalam perundang- penjual undangann atau kebiasaan. Contoh : - Jual beli memiliki unsur naturalia sebagai berikut bahwa si harus bertanggung jawab terhadap kerusakan-kerusakan atau cacat- memasang pompa air listrik, penyewa boleh memasang pompa air cacat yang dimiliki oleh barang yang dijualnya. - Dalam perjanjian sewa-menyewa, bila tidak diaturr syarat larangan listrik sendiri hingga masa sewa berakhir. Aksindentalia Ketentuan-ketentuan yang secara khusus diatur dalam pernjanjian. Jika tidak diatur maka tidak bisa dilaksanakan. Contoh mengenai jangka waktu pembayaran, pilihan domosili, pilihan hukum dan cara penyerahan barang. D. SYARAT SAHNYA PERJANJIANN Pasal 1320 KUH Perdata mengatur bahwa syaratt perjanjiann adalah sebagai berikut : 1. Sepakat Para pihak bersedia mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Kesepakatan ini harus lahir tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan (Pasal 1321 KUH Perdata). Kecakapan Para pihak yang mengadakann perjanjian harus cakap c menurut hukum dan berwenang melakukan perjanjian. Selanjutnya Pasal 1329 KUH Perdata menyatakann bahwa setiap orang cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap. Pasal 1330 KUH Perdata mengatur bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah : - Orang yang belum dewasa. Mengenai kedewasaan, Undang-undang mengaturnya secara berbeda. Di bawah ini adalah contoh pengaturann dalam Undang- undang menentukan sebagai berikut:

a. Menurut Pasal 3300 KUH Perdata Kecakapan yang membuat perjanjiann adalh orang yang telah berumurr 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi sudah menikah dan sehat pikirannya. b. Menurut Pasal 7 Undang-undang bagi pria adalah apabilaa telah mencapai umur 19 tahun, sedangkan bagi wanita apabilaa telah mencapai umur 16 tahun. No.1 N tahun 1974 tentang t Perkawinan. Kecakapan - Mereka yang berada di bawah pengampuan. - Semua orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Mengenai suatu hal tertentu Bahwa perjanjian harus mengenai objek yang jelass dan bisa ditentukan. 4. Suatu sebab yang halal Perjanjian harus berdasarka an hal-hal yang tidak bertentangan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban. dengan Syarat No.1 dan No.22 disebut dengan Syarat Subyektif, karena mengenai orang-orangnya, para pihak, atau subyeknya perjanjian. Syarat No.3 dan No.44 disebut Syarat Obyektif, O karena mengenai obyek perjanjian. Apabila syarat subyektiff tidak dapat terpenuhi, perjanjian tetap berlaku kecuali salah satu pihak meminta pembatalan. Sedangkan apabila syarat obyektif yang tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya sejak semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. E. WANPRESTASI Wanprestasi adalah munculnya suatu keadaann sebagai berikut : 1. Tidak dilaksanakannya isi perjanjian. Melaksanakann isi perjanjian, tetapi tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Terlambat melaksanakan isi perjanjian. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjiann tidak boleh dilakukan. F. HAPUSNYA PERJANJIAN Perjanjian dapat hapus karena : 1. Ditentukann dalam perjanjian berlaku untuk waktu tertentu. oleh para pihak. Misalnya, perjanjiann akan

Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian Misal, menurut pasal 1066 KUH Perdataa ayat 3, bahwa b paraa ahli waris dapat mengadakan perjanjian untukk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan harta warisan. Akan tetapi waktu persetujuan tersebut oleh ayat 4 pasal 10666 KUH Perdata dibatasi berlakunya hanya utuk limaa tahun. Para pihak atau undang-undang dapat menentuka an bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus. Misalnya, jika salah satu pihak meninggal dunia, perjanjian menjadi hapus. a. Dalam perjanjian pemberian kuasa, Pasal 1813 KUHPerdata berbunyi: Pemberian kuasa berakhir: - dengan penarikan kembali kuasa penerima kuasa; - dengan pemberitahuan penghentian kuasanyaa oleh penerima kuasa; - dengan meninggalnya, pengampuan atau a pailitnya, baik pemberi kuasa maupun penerima kuasa dengan kawinnya perempuan yang memberikan atau menerima kuasa - b. Dalam perjanjian perburuhan, Pasal 1603 huruf j berbunyi: Hubungann kerja berakhir dengan meninggalnya buruh. Pasal 61 ayat 1 huruff a Undang-Undang No N 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi: perjanjian kerja berakhir apabila: pekerjaa meninggal dunia. c. Dalam perjanjian persekutuan perdata, Pasal 1646 ayat (4) KUHPerdata, berbunyi: Perseroan bubar: - karena waktu yang ditetapkan dalam perjanjiann telah habis; - karena musnahnya barang yang dipergunakd kan untuk tujuan perseroan atau karena tercapainya tujuan t itu; - karena kehendak beberapa peserta atau u salah seorang peserta - karena salah seorang dari peserta meninggall dunia, di tempat di bawah pengampuan atau bangkrut atau dinyatakan sebagai orang yang tidakk mampu 4. Pernyataan menghentikan perjanjian.

5. Pernyataan penghentian perjanjian ini dinyatakan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak dengan persetujuan pihakk lain. Misalnya, perjanjian kerja, perjanjian sewa menyewa. Karena putusan pengadilan Perjanjian bisa hapus oleh putusan pengadilann yang telah berkekuatan hukum tetap. Contoh : - Berdasarkan Pasal 1267 KUH Perdata yangg berbunyi sebagai berikut : Pihak yang tidak t dipenuhi perikatannya dapat memaksa pihak yang lain untuk memenuhi i isi perjanjian atau menuntut pembatalan perjanjian tersebut ke pengadilann dengan membeban nkan penggantian biaya, kerugian dan bunga. - Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat no. n 149/Pdt/2014/PT. BDG yang memutuskan batalnya Akta Perjanjian Pengikatan Untuk Melakukan Jual Beli No.02 tanggal 27 Maret 2009 antara MUHAMAD AKBAR SIREGAR (Penggugat) melawan LIZZA AULIAA (Tergugat). 6. Tercapainya tujuan perjanjian. Dengan tercapainyaa tujuan perjanjian atau terpenuhinya hak dan kewajiban semua pihak makaa tidak ada lagi hal yang bisa dijalankan berdasarkan perjanjian tersebut. 7. Dengan persetujuan para pihak Dalam keadaan tertentu dan sejumlah alasan, perjanjian bisa hapus kesepakatan para pihak. melalui 8. Daluarsa Diatur pada pasal 1946 Kitab Undang-Undangg Hukum Perdata, bahwa daluarsa merupakan alat untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu dan atas syarat-syarat yang ditentukan Undang- undang. G. BENTUK PERJANJIAN Perjanjian dapat berbentuk: Lisan Tulisan (akta), memiliki dua jenis yaitu: Akta adalah tulisan yangg sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang t adanya peristiwa dan ditandatangani para pihak yang membuatnya.

- Di bawah tangan t Adalah akta yang dibuat tidak dibuat atau dihadapan pejabat yang berwenang atau Notaris. Akta ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya. Apabila suatu s akta di bawah tangan tidak disangkal oleh Para Pihak, maka mereka mengakui apa yang tertulis pada akta di bawah tangan tersebut sehingga akta di bawah tangan tersebut memperoleh kekuatann pembuktian yang sama dengan suatu Akta Otentik. Akta di bawah tangann ada dua macam : Akta Waarmerken, adalah suatu akta a di bawah tangan yang dibuat dan ditandatangani oleh para p pihak k untuk kemudian didaftarkan kepada Notaris. Karena hanya didaftarkan, maka Notaris tidak bertanggungjawab terhadap materi/isi maupun tanda tangan para pihak dalam dokumen d yang dibuat oleh paraa pihak. Akta Legalisasi, adalah suatu akta di bawah tangan yang dibuat oleh para pihak namun penandatanganannya disaksikan oleh atau di hadapan Notaris, namun Notaris tidak bertanggungjawab terhadap materi/isi dokumen melainkan Notaris hanya bertanggungjawabb terhadap tanda tangan para pihak yang bersangkutann dan tanggal ditandatanganinya dokumen tersebut. Menurut Irma Devitaa ( irmadevita.com ) akta di bawah memiliki ciri dan kekhasan tersendiri, yaituu : tangan 1. Bentuknya a yang bebas Pembuata nnya tidak harus di d hadapann pejabat umum yang berwenang Tetap mempunyai kekuatan pembuktian selamaa tidak disangkal oleh pembuatnya 4. Dalam hall harus dibuktikan, maka pembuktian tersebut harus dilengkapi juga dengan saksi-saksi & bukti lainnya. l Oleh karena itu, biasanya dalam akta di bawah tangan, t sebaiknya dimasukkan 2 orangg saksi yang sudah dewasa untuk memperkuat pembuktian n - Otentik

Berdasarkan Pasal 1868 KUH adalah : Perdata yang y dimaksud akta otentik akta otentik adalah aktaa yang (dibuat) dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai2 umumm yang berkuasa untuk u itu, ditempat dimana akta dibuatnya Pejabat mum yang dimaksudd bisa notaris, hakim, juru sita pada suatu pengadilan, pegawai pencatatan sipil, dan sebagainya Suatu akta otentik mempunyai kekuatan pembuktiap n yang sempurna bagi para pihak sehingga apabila ada pihak yang mengajukan suatu akta otentik, hakim harus meneriman dan menganggap benar apa yang dituliskan di dalam akta tersebut. Suatu akta otentikk sebagai berikut: harus memenuhi persyaratan-persyaratan a) Dibuat oleh atau di hadapann seorangg pejabatt yang berwenang. b) Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang. Daftar Pustaka 1. Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Cetakan ke-31, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Subekti, R, Prof, S.H., Hukum Perjanjian, Cetakan ke-viii, PTT Intermasa.