BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dalam. membicarakan hukum tidak dapat lepas dari membicarakan tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Advocatus mengandung arti: adalah seorang ahli hukum yang. memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum 3.

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

PROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK. Oleh: Lise Yolanda, SH. 1. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan dalam ilmu hukum,terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidahkaidah. dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

BAB I PENDAHULUAN. Diploma III Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada semester 6

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. Vokasi Universitas Gadjah Mada yang mengadakan Praktek Kerja. bertujuan supaya mahasiswa lulusan diploma 3 siap untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan tinggi hukum yang menghasilkan tenaga Ahli Madya Hukum

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi tetapi sulit diberantas secara tuntas. preventif maupun represif. Dan apabila Undang-undang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB I PENDAHULUAN kemudian Presiden mensahkan menjadi undang-undang pada tanggal. 31 Desember 1981 dengan nama Kitab Undang-undang Hukum Acara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURIDICAL ANALYSIS PREPROSECUTION MATTER ABOUT DEMAND FOR REHABILITATION TO ILLEGAL ARREST AND RESTRAINT (Verdict Number : 01/Pid.PRA/2002/PN.

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 600/PRT/M/2005 Tanggal : 23 Desember 2005

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. ada yang belum diatur pada suatu peraturan-peraturan atau pun pada Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persoalan ketenagakerjaan di Indonesia tidak hanya terkait dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LARANGAN PENINJAUAN KEMBALI PUTUSAN PRAPERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

ALUR PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

I. PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatur serta menjamin keadilan dan keseimbangan dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Pidana merupakan salah satu dari keseluruhan hukum yang berlaku

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya, maka

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tentu sangat banyak membutuhkan para intelektual-intelektual untuk menunjang

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Paralegal, dan diciptakan dengan tujuan menyiapkan

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Sumber: Dewi, A.I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka book Publisher : yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. kaidah keilmuan dan ditulis berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia di. bawah pengawasan atau pengarahan dosen pembimbing dan juga

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB III PENUTUP. pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, pada pokoknya dapat

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

MEDIA RELEASE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dalam membicarakan hukum tidak dapat lepas dari membicarakan tentang kehidupan manusia. 1 Ubi societas ibi jus = dimana ada masyarakat, ada hukum. Manusia sendiri memiliki kepentingan dalam hidupnya yang berbeda satu sama lain dan kepentingan tersebut diharapkan untuk dapat terpenuhi. Untuk mengupayakan kepentingan tersebut dapat tercapai maka manusia melakukan perlindungan bagi kepentingan itu. Salah satu caranya adalah hidup bersama dengan manusia lain dan membentuk masyarakat. Kehidupan bersama dalam masyarakat tidaklah didasarkan pada adanya beberapa manusia secara kebetulan bersama, tetapi didasarkan pada adanya kebersamaan tujuan. 2 Manusia yang hidup dan tinggal bersama di satu tempat membentuk suatu masyarakat yang masing-masing individunya memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan yang seharusnya dijaga satu sama lain dapat menjadi alasan timbulnya konflik satu dengan yang lain 1 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum, Liberty, Jakarta, hlm. 1 2 Ibid, hlm. 2

2 apabila muncul pertentangan kepentingan didalamnya. Konflik kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang merugikan orang lain. 3 Jika terjadi konflik maka keseimbangan masyarakat akan terganggu, terganggunya keseimbangan dalam masyarakat harus dipulihkan ke keadaan semula (restitutio in integrum 4 ). Oleh karena itu dibutuhkan kaedah yang melindungi dan menjaga keseimbangan tersebut, termasuk kaedah hukum. Dalam bukunya Sudikno bicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama: keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 5 Dalam usaha memulihkan keseimbangan masyarakat karena terjadinya konflik pertentangan dan untuk menjalankan hukum yang berlaku banyak cara yang dapat ditempuh, salah satunya menjadi seseorang yang bekerja dalam lingkungan hukum itu sendiri. Banyak pekerjaan di bidang hukum, yaitu hakim, pengacara, advokat, notaris, jaksa, dan sebagainya. Disini penulis memilih untuk melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan langsung di kantor Advokat Lasdin Wlas, S.H. & Associates untuk mempelajari secara langsung peran seorang advokat dalam penyelesaian permasalahan atau konflik dalam bidang hukum. 3 Ibid, hlm. 3 4 Pengembalian dalam keadaan semula 5 Ibid, hlm. 40

3 Advocaat semula berasal dari bahasa latin yaitu advocatus mengandung arti: seorang ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum. Bantuan atau pertolongan ini bersifat memberi nasehat-nasehat sebagai jasa-jasa baik, dalam perkembangannya kemudian dapat diminta oleh siapapun yang memerlukan, membutuhkannya untuk ber-acara dalam hukum. 6 Dengan mengikuti setiap kegiatan dari advokat tempat penulis menjalankan PKL, penulis juga ingin mengetahui apakah ada yang membedakan antara advokat dan pengacara. Melalui hal-hal tersebut jelas membuka lebih luas pengetahuan dari penulis terutama dalam mencari pekerjaan dan studi lanjut untuk kedepannya. Penulis juga tertarik pada motto para advokat, yaitu Fiat Yustitia Ruat Coelum yang berarti Demi Keadilan Sekalipun Langit Runtuh. Advokat mempunyai kebebasan profesi, dalam arti tidak terikat pada suatu organisasi atasan organisasi induk yaitu tidak mempunyai hubungan jenjang kedinasan atau jenjang hierchies atasan. 7 Itu juga membuat penulis tertarik, dengan alasan penulis tidak tertarik dengan kerja kantoran yang terlalu mengikat. Hal lain yang membuat penulis tertarik untuk mengambil PKL di kantor advokat adalah penulis dapat ikut serta tahu secara nyata proses pemberian bantuan hukum oleh advokat tempat penulis menjalankan PKL. 6 Lasdin Wlas, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 2 7 Ibid, hlm. 6

4 Bantuan hukum sendiri adalah jasa memberikan bantuan hukum dengan bertindak baik sebagai pembela dari seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan dan atau memberi nasehat hukum di luar pengadilan. 8 Pemberi bantuan hukum dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: (1) Pemberi bantuan hukum yang menjalankan pekerjaan secara profesional dengan mata pencaharian pokok horarium; (2) Pemberi bantuan hukum secara insidentil. 9 Dalam memilih tema untuk tugas akhir penulis memilih untuk menulis tentang Praktek dan Penerapan Praperadilan dalam suatu kasus tindak pidana ataupun perdata. Dengan tema tersebut penulis memberi judul tugas akhirnya Lemahnya Kewenangan Hakim dalam Penerapan Dasar Hukum Pasal 77 Dan Pasal 78 KUHAP dalam Upaya Hukum Praperadilan. Alasan penulis untuk mengambil tema tentang praperadilan adalah penulis menemukan sebuah kasus yang berhubungan dengan keabsahan penghentian penyidikan oleh penyidik dalam hal ini kepolisian (penyidik). Penghentian penyidikan dalam perkara tersebut tidak berdasar pada suatu dasar yang jelas sehingga tidak memberikan kepastian hukum bagi salah satu pihak dalam perkara tersebut. Pemberian kepastian hukum yang diharapkan dapat dilakukan oleh penyidik apabila tidak ingin melanjutkan 8 Ibid, hlm. 119 9 Lasdin Wlas, Peranan Bantuan Hukum Dalam Era Globalisasi, Moot Court School 2010 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 Desember 2010.

5 penyidikan adalah dikeluarkannya SP3 (Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan). Upaya praperadilan tersebut diajukan oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan dan menuntut kepastian hukum bagi perkara yang kurang lebih telah lewat sekitar 17 tahun. Banyak sekali dugaan yang penulis temukan telah dimunculkan dalam usaha untuk dipenuhinya permohonan praperadilan oleh pihak ketiga tersebut. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 10 Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang: (a) sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; (b) sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; (c) permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Seharusnya pengadilan negeri berwenang untuk mengeluarkan putusan mengenai kasus praperadilan yang telah dituntutkan. Penulis ingin mengetahui alasan dari tidak tegasnya pengadilan negeri dalam menentukan kelanjutan dari perkara yang diajukan praperadilannya oleh pihak ketiga tersebut.

6 B. Tujuan 1. Tujuan subjektif pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan: a. Untuk memenuhi syarat kelulusan dari Program Diploma III Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. b. Untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Hukum. 2. Tujuan objektif pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan: a. Untuk memperoleh gambaran tentang pekerjaan Advokat dan Pengacara. b. Memperluas wawasan penulis tentang kerja praktik secara langsung di pengadilan sesuai dengan yang dijalani penulis selama PKL. c. Untuk memberi penulis kesempatan mempelajari banyak hal tentang hukum acara pidana dan hukum acara perdata, termasuk ketertarikan penulis tentang pidana khusus yaitu tindak pidana korupsi. C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan prasyarat kelulusan dari Program Diploma III Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada merupakan langkah awal yang baik bagi pengembangan mahasiswa. Bagi penulis PKL merupakan salah satu pelajaran nyata yang memberikan perbedaan antara program diploma dan program strata satu. Dalam proses PKL para mahasiswa termasuk penulis dituntut untuk menjadi seorang pekerja yang aktif, seorang calon Ahli Madya Hukum yang menerapkan

7 setiap materi praktik di perkuliahan selama lebih kurang dua setengah tahun ke dalam PKL selama dua bulan. Penulis memperoleh manfaat dalam PKL di Kantor Advokat secara langsung, antara lain mempelajari dokumen yang ada dalam proses peradilan yaitu dokumen eksepsi, pledoi, replik, duplik, dan tentang putusan. Selain itu penulis beruntung dapat secara langsung ikut serta dalam proses jalannya persidangan serta tahu tentang suatu kasus yang berjalan secara lengkap. Penulis mengetahui sebagian kecil tentang proses hukum di Indonesia dari kasus yang penulis ikuti. Semuanya menjadi bekal bagi penulis untuk memasuki dunia kerja ataupun melanjutkan studi ke jenjang yang lain. Terutama sesuai dengan ketertarikan penulis akan tindak pidana korupsi yang terkadang tidak akan bisa benar-benar dipelajari jika tidak ada Praktik Kerja Lapangan ini. Penulis jadi semakin mengerti tentang Pidana Khusus tersebut dan proses hukum penyelesaiannya. Karena penulis dapat mengikuti persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi secara langsung.