BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam 30 tahun terakhir pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat kegiatan perekonomian, agar kegiatan sektor riil meningkat

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitan. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sidik et al, 2002) UU No.12 tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat berarti. Melalui Undang-Undang No. 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB V PENUTUP. mengelola daerahnya, sehingga kebutuhan kebutuhan daerah dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lama digemakan, sekaligus sebagai langkah strategis bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal, saat ini Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap anggaran tahunan jumlahnya semestinya relatif besar. publik. Beberapa proyek fisik menghasilkan output berupa bangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasarana publik dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam 30 tahun terakhir pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur, terutama sejak krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 pengeluaran pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur menurun. Bukan saja pada saat krisis, banyak proyek-proyek infrastruktur baik yang didanai oleh swasta maupun dari APBN ditangguhkan, tetapi setelah krisis, pengeluaran pemerinah pusat untuk pembangunan infrastruktur berkurang drastis. Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil. Ini merupakan suatu persoalan serius, mengingat pentingnya infrastruktur untuk menggerakan perekonomian suatu daerah, karena walaupun pemerintah pusat meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah masing-masing, maka akan terjadi kepincangan pembangunan infrastruktur antara tingkat nasional dan daerah, yang akhirnya akan menghambat kelancaran investasi dan pembangunan ekonomi antar daerah di dalam negeri. Dengan adanya otonomi daerah yang diterapkan oleh pemerintah, membawa dampak pada tiap daerah untuk berusaha mengembangkan daerahnya

masing-masing dan berusaha memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Pemerintah daerah harus memiliki kemampuan menggali dan mengembangkan sumber dana sendiri, serta didukung oleh perimbangan keuangan pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU) yang di transfer ke pemerintah daerah. Daerah yang mempunyai kemampuan fiskal rendah akan mendapatkan DAU dalam jumlah yang relatif besar, sebaliknya daerah yang mempunyai kemampuan fiskal tinggi akan mendapat DAU dalam jumlah yang kecil. Pemberian DAU ini diharapkan benar-benar dapat mengurangi disparitas fiskal horizontal. Sarangih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal dilakukan untuk melakukan aktivitas pembangunan. Pendapat ini menyiratkan mengalokasikan belanja untuk membagi kepentingan publik. Sumber pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi pemerintah daerah berkaitan dengan PAD adalah masih lemahnya kemampuan untuk meningkatkan pendapatan daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan pembangunan daerah yang setiap tahunnya menurun. Terlebih lagi campur tangan Pemerintah Pusat dalam beberapa proyek pembangunan daerah yang berakibat terhadap lemahnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan potensi penerimaan daerahnya sendiri. Kota Cimahi yang menyandang peran sebagai daerah penyangga bagi kota Bandung yang dapat dikatakan sebagai kota yang sedang berkembang maka

pemerintah kota Cimahi berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kota Cimahi yang memiliki wilayah seluas 4.036,45 hektar yang meliputi 3 kecamatan dan 15 kelurahan berpenduduk sebanyak 612.168 jiwa (database kependudukan 2011) dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 152 jiwa/hektar hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas perkotaan yang menuntut adanya penanganan oleh pihak pemerintah daerah secara lebih terintegrasi dan bersinergi ( www.cimahikota.co.id ). Melihat fenomena tersebut sangat berpotensi memicu terjadinya banyak persoalan, terutama masalah yang berkaitan dengan ketersediaan dukungan pemukiman dan infrastruktur, seperti halnya tidak meratanya penyediaan infrastruktur. Soleh (2010) menyatakan bahwa otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Penelitian sebelumnya telah banyak mengangkat permasalan ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Maemunah (2006), bahwa DAU dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Bidang yang berhubungan langsung dengan publik, yaitu Belanja Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum. Begitu juga dengan penelitian prakosa (2004) yang menemukan bahwa besarnya belanja

daerah dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) yang ditransfer oleh pemerintah pusat. Namun penelitian ini variabelnya lebih spesifik yaitu belanja daerah di bidang infrastruktur. Berdasarkan uraian sebelumnya penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di bidang infrastruktur di kota Cimahi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul: PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH DI BIDANG INFRASTRUKTUR 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasikan masalah yang akan menjadi pokok pemikiran adalah sebagai berikut : 1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 3. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari dan mengumpulkan data yang dapat memberikan informasi mengenai pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah di bidang Infrastruktur di Kota Cimahi, dan juga sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang dalam menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan akuntansi universitas Widyatama. 1.3.2 Tujuan Masalah Berdasarkan dari perumusan masalah yang diuraikan diatas maka tyang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 2. Mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 3. Mengetahui apakah Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang Infrastruktur di Kota Cimahi. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi pengembangan ilmu, penerapan ilmu dan penelitian selanjutnya. Sesuai tujuan yang diuraikan, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai pengaruh dari dana (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah terutama di bidang infrastruktur dan kesehatan di Kota Cimahi. 2. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah kota Cimahi dan dapat memberi acuan dalam pembuatan kebijakan dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi terpercaya yang dapat kembali dikaji untuk jenis objek yang lain. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis mengadakan penelitian dengan mengambil data melalui situs resmi Pemerintah Kota Cimahi (www.cimahikota.go.id) dan Bagian Keuangan Setda Kota Cimahi. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.