BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasarana publik dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Dalam 30 tahun terakhir pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur, terutama sejak krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 pengeluaran pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur menurun. Bukan saja pada saat krisis, banyak proyek-proyek infrastruktur baik yang didanai oleh swasta maupun dari APBN ditangguhkan, tetapi setelah krisis, pengeluaran pemerinah pusat untuk pembangunan infrastruktur berkurang drastis. Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil. Ini merupakan suatu persoalan serius, mengingat pentingnya infrastruktur untuk menggerakan perekonomian suatu daerah, karena walaupun pemerintah pusat meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah masing-masing, maka akan terjadi kepincangan pembangunan infrastruktur antara tingkat nasional dan daerah, yang akhirnya akan menghambat kelancaran investasi dan pembangunan ekonomi antar daerah di dalam negeri. Dengan adanya otonomi daerah yang diterapkan oleh pemerintah, membawa dampak pada tiap daerah untuk berusaha mengembangkan daerahnya
masing-masing dan berusaha memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Pemerintah daerah harus memiliki kemampuan menggali dan mengembangkan sumber dana sendiri, serta didukung oleh perimbangan keuangan pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU) yang di transfer ke pemerintah daerah. Daerah yang mempunyai kemampuan fiskal rendah akan mendapatkan DAU dalam jumlah yang relatif besar, sebaliknya daerah yang mempunyai kemampuan fiskal tinggi akan mendapat DAU dalam jumlah yang kecil. Pemberian DAU ini diharapkan benar-benar dapat mengurangi disparitas fiskal horizontal. Sarangih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal dilakukan untuk melakukan aktivitas pembangunan. Pendapat ini menyiratkan mengalokasikan belanja untuk membagi kepentingan publik. Sumber pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi pemerintah daerah berkaitan dengan PAD adalah masih lemahnya kemampuan untuk meningkatkan pendapatan daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan pembangunan daerah yang setiap tahunnya menurun. Terlebih lagi campur tangan Pemerintah Pusat dalam beberapa proyek pembangunan daerah yang berakibat terhadap lemahnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan potensi penerimaan daerahnya sendiri. Kota Cimahi yang menyandang peran sebagai daerah penyangga bagi kota Bandung yang dapat dikatakan sebagai kota yang sedang berkembang maka
pemerintah kota Cimahi berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kota Cimahi yang memiliki wilayah seluas 4.036,45 hektar yang meliputi 3 kecamatan dan 15 kelurahan berpenduduk sebanyak 612.168 jiwa (database kependudukan 2011) dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 152 jiwa/hektar hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas perkotaan yang menuntut adanya penanganan oleh pihak pemerintah daerah secara lebih terintegrasi dan bersinergi ( www.cimahikota.co.id ). Melihat fenomena tersebut sangat berpotensi memicu terjadinya banyak persoalan, terutama masalah yang berkaitan dengan ketersediaan dukungan pemukiman dan infrastruktur, seperti halnya tidak meratanya penyediaan infrastruktur. Soleh (2010) menyatakan bahwa otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah akan diikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Penelitian sebelumnya telah banyak mengangkat permasalan ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Maemunah (2006), bahwa DAU dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Bidang yang berhubungan langsung dengan publik, yaitu Belanja Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum. Begitu juga dengan penelitian prakosa (2004) yang menemukan bahwa besarnya belanja
daerah dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) yang ditransfer oleh pemerintah pusat. Namun penelitian ini variabelnya lebih spesifik yaitu belanja daerah di bidang infrastruktur. Berdasarkan uraian sebelumnya penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di bidang infrastruktur di kota Cimahi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul: PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH DI BIDANG INFRASTRUKTUR 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasikan masalah yang akan menjadi pokok pemikiran adalah sebagai berikut : 1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 3. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari dan mengumpulkan data yang dapat memberikan informasi mengenai pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah di bidang Infrastruktur di Kota Cimahi, dan juga sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang dalam menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan akuntansi universitas Widyatama. 1.3.2 Tujuan Masalah Berdasarkan dari perumusan masalah yang diuraikan diatas maka tyang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 2. Mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah di bidang infrastruktur di Kota Cimahi. 3. Mengetahui apakah Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah di bidang Infrastruktur di Kota Cimahi. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi pengembangan ilmu, penerapan ilmu dan penelitian selanjutnya. Sesuai tujuan yang diuraikan, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai pengaruh dari dana (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah terutama di bidang infrastruktur dan kesehatan di Kota Cimahi. 2. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah kota Cimahi dan dapat memberi acuan dalam pembuatan kebijakan dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi terpercaya yang dapat kembali dikaji untuk jenis objek yang lain. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis mengadakan penelitian dengan mengambil data melalui situs resmi Pemerintah Kota Cimahi (www.cimahikota.go.id) dan Bagian Keuangan Setda Kota Cimahi. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.