EVALUASI KEMAMPUAN PEMASANGAN KATETER URIN PADA PERAWAT DALAM RANGKA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

EVALUASI PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA PROSES PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD PANGLIMA SEBAYA KABUPATEN PASER

PaEVALUASI PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA PROSES PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD PANGLIMA SEBAYA KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PERAWAT IGD DALAM MENGIDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN. Di RSUD Dr. Harjono dan RSU AisyiyahPonorogo

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

EVALUASI PENERAPAN PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Tinjauan Patient Safety Pada Tata Laksana di Instalasi Kamar Bedah RS Immanuel Bandung Tahun 2011

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

Oleh: OCI ETRI NURSANTY

GAMBARAN KOMPETENSI MAHASISWA KEPERAWATAN TERHADAP PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

NOVERIANSYAH AKBAR NIM I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

PENGEMBANGAN PROGRAM PATIENT SAFETY BERDASARKAN STANDAR SIX GOAL INTERNATIONAL PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETER Diane K. Newman, Robyn Strauss

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

Transkripsi:

1 EVALUASI KEMAMPUAN PEMASANGAN KATETER URIN PADA PERAWAT DALAM RANGKA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL THE EVALUATION OF NURSE INSTALLATION CATHETER URINE CAPABILITIES DUE TO PATIENT SAFETY IMPROVEMENT IN PKU MUHAMMADIYAH BANTUL HOSPITAL Bidayati Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Email: punya_bida@yahoo.com Ekorini Listiowati Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Elsye Mara Rosa Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ABSTRACT Background: Patients prone to urinary tract infections or lacerations due to the number of procedures and actions undertaken urinary catheter, both to help diagnose and monitor the course of disease and therapy. Urinary tract infection after catheter placement can be life threatening because it can lead to septicemia and ends in death. Nurses who are on the forefront of health care in hospital patient safety must always apply in any conduct appropriate nursing care should also apply to hospitals standard operational procedure. Including the installation of urinary catheters to prevent infection Methods: This research is a type of descriptive analysis research. Descriptive analyzes were performed with a method of quantitative and qualitative approaches (mix method). The objective is to determine the ability of nurses in the catheter installation due to patient safety improvement in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital. Results: Most of the nurses (71.43%) had knowledge of urinary catheters in high category. While 64.29% of nurses have a good attitude towards urinary catheter. For the behavior of nurses, 57,14% respondent has had good behavior according to standard operational and procedure. Conclusions: Most nurses have a high level of knowledge about urinary catheter placement, attitudes, and good behavior in implementation of the urinary catheher placement. Altogether can help increase patient safety in PKU

2 Muhammadiyah Bantul Hospital. Keywords: Catheter Urine, Urinary Tract Infections, Patient Safety

3 ABSTRAK Evaluasi Kemampuan Pemasangan Kateter Urin pada Perawat dalam Rangka Peningkatan Patient Safety di Rumah Sakit PKU MuhammadiyahBantul The Evaluation of Nurse Installation Catheter Urine Capabilities due to Patient Safety Improvement in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital Bidayati, Ekorini Listiowati, Elsye Maria Rosa Program Studi Manajemen Rumah Sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Latar Belakang: Pasien rentan terkena infeksi atau laserasi saluran kemih dengan banyaknya prosedur dan tindakan pemasangan kateter urin yang dilakukan baik untuk membantu diagnose maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi. Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini dapat membahayakan hidup karena dapat berlanjut pada septicemia dan berakhir pada kematian. Perawat yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus selalu menerapkan patient safety dalam setiap melakukan asuhan keperawatan yang harus sesuai pula terhadap SOP rumah sakit. Termasuk dalam pemasangan kateter urin untuk mencegah infeksi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian adalah deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method). Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan perawat dalam pemasangan kateter sebagai upaya peningkatan patient safety di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil: Sebagian besar perawat (71,43%) memiliki pengetahuan pemasangan kateter urin pada kategori tinggi. Sementara 64,29% perawat memiliki sikap baik terhadap pemasangan kateter urin. Untuk perilaku perawat, 57,14% perawat memiliki perilaku baik sesuai SOP. Kesimpulan: Sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang pemasangan kateter urin, sikap, serta perilaku baik dalam pelaksanaan pemasangan kateter urin. Keseluruhannya dapat membantu peningkatan patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Kata Kunci: Kateter Urin, Infeksi Saluran Kencing, Keselamatan Pasien

4 PENDAHULUAN Sebuah Sistem Kesehatan Baru untuk Abad 21, di mana Institute of Medicine (IOM) menyebutkan untuk keselamatan dalam pengiriman kesehatan menunjukan bahwa pasien harus aman dari kecelakaan yang disebabkan oleh sistem pelayanan. Sekarang ini, meningkatnya kompleksitas kesehatan telah memberikan kontribusi terhadap masalah pertumbuhan kesalahan medis. Menurut Komite Kualitas Kesehatan di Amerika, sebagian besar masalah kualitas dan kesalahan medis terjadi karena kekurangan mendasar cara perawatan, bukan individual atau kelalaian. Dalam lingkup nasional, sejak bulan Agustus 2005, Menteri Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Nasional Keselamatan Pasien (GNKP) Rumah Sakit (RS), selanjutnya KARS (Komite Akreditasi Ruah Sakit) Depkes RI telah pula menyusun Standar KP RS (Keselamatan Pasien Rumah Sakit) yang dimasukkan ke dalam instrumen akreditasi RS (versi 2007) di Indonesia. 1 Keselamatan pasien telah menjadi perhatian serius. Dari penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit dengan 4.500 rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0% hingga 92,2% untuk diagnotic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication error. 2 Sejak itu, buktibukti tentang keselamatan pasien di Indonesia pun semakin banyak. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan agar dapat mencapai tujuan, diperlukan suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien, langkah-langkah kegiatan tersebut adalah Standar Operasional Prosedur (SOP). Tujuan umum standar operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan perawataan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. 3 Dalam suatu pelayanan keperawatan standar sangat membantu perawat untuk mencapai

6 asuhan yang berkualitas, di samping itu juga standar dapat menjaga keselamatan kerja, sehingga perawat harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilannya tergantung pada perawat itu sendiri. Keberhasilan rumah sakit dalam penerapan standar operasional prosedur praktik keperawatan harus didukung oleh adanya berbagai sistem, fasilitas, sarana dan pendukung lainnya yang ada di rumah sakit tersebut. 4 Salah satu faktor yang mempengaruhi perawat dalam tindakan keperawatan untuk mengambil keputusan yang logis dan akurat adalah pengetahuan perawat. Dasar pengetahuan perawat yang baik berhubungan dengan asuhan keperawatan yang aman. Peningkatan pengetahuan perawat tentang patient safety akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. 5 Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan periksaan). 6 Pasien rentan terkena infeksi atau laserasi saluran kemih dengan banyaknya prosedur dan tindakan pemasangan kateter urin yang dilakukan baik untuk membantu diagnose maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah akibat pemasangan kateter yaitu infeksi saluran kemih. Pemasangan dower cateter mempunyai dampak terhadap 80% terjadinya infeksi saluran kemih. Risiko infeki saluran kemi diperkirakan sekitar 5% per hari dan 4% dari infeksi ini menyebabkan bakteremia serta meningkatkan injuri uretra dan hematuria. Infeksi nosocomial saluran kemih dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu factor hospes (penerima), agent infeksi (kuman atau mikroorganisme), faktor durasi atau lama pemasangan dan faktor prosedur (pemasangan dan peraatan). 7 Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dari pelayanan mutu yang efektif dalam

7 suatu rumah sakit. Dalam rangka mengedepankan mutu, RS PKU Muhammadiyah Bantul menyadari pentingnya budaya patient safety diterapkan dalam seluruh lingkup rumah sakit dalam rangka pencegahan infeksi. RS PKU Muhammadiyah Bantul saat ini masih terus melakukan usaha untuk peningkatan budaya patient safety, hal ini merupakan tantangan baik pemerintah dan manajemen rumah sakit khususnya RS PKU Muhammadiyah Bantul. Perawat yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus selalu menerapkan patient safety dalam setiap melakukan asuhan keperawatan yang harus sesuai pula terhadap SOP. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan perawat dalam pemasangan dower catheter sebagai upaya peningkatan patient safety di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Secara lebih spesifik, tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat dalam pemasangan kateter urin. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method). Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Sementara sampelnya yaitu perawat di IGD rumah sakit tersebut. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam, kuesioner, dan observasi. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Kecenderungan pengetahuan perawat dalam pemasangan pemasangan kateter urin dilakukan dengan cara membandingkan skor reratanya dengan kriteria pada yang sudah ditentukan pada metode penelitian. Distribusi kecenderungan frekuensi pada masing-masing kelas interval dapat dilihat pada tabel berikut:

7 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Tinggi 10 71,43 Sedang 4 28,57 Rendah 0 0 Jumlah 14 100 Sumber: data primer, diolah Hasil analisis yang telah disajikan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di IGD RS PKU Bantul memiliki pengetahuan tinggi tentang pemasangan kateter urin. Perawat yang masih memiliki pengetahuan sedang dalam pemasangan kateter urin hanya 4 orang perawat (28,57%). Distribusi Frekuensi Sikap Responden Kecenderungan sikap perawat dalam pemasangan kateter urin dilakukan dengan cara membandingkan skor reratanya dengan kriteria pada yang sudah ditentukan pada metode penelitian. Distribusi kecenderungan frekuensi pada masing-masing kelas interval dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Sikap Frekuensi Persentase (%) Baik 9 64,29 Buruk 5 35,71 Jumlah 14 100 Sumber: data primer, diolah Hasil analisis yang telah disajikan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di ruang instalasi gawat darurat RS PKU Bantul memiliki sikap yang baik tentang pemasangan kateter urin. Perawat yang memiliki sikap buruk tentang pemasangan kateter urin terdapat 5 orang perawat (35,71%). Distribusi Frekuensi Perilaku Responden Data perilaku perawat pada penelitian ini diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan terhadap 14 perawat UGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Sementara observer dalam hal ini adalah 8 dokter tetap yang bertugas di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Distribusi kecenderungan frekuensi pada masing-masing kelas interval dapat dilihat pada tabel berikut:

8 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Perilaku Responden Perilaku Frekuensi Persentase (%) Baik 8 57,14 Buruk 6 42,86 Jumlah 14 100 Sumber: data primer, diolah Perilaku perawat dalam melakukan pemasangan kateter urin di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar telah dilakukan, namun belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan SOP. Terutama yaitu pada tahap kerja memasang perlak. Hal ini berkaitan dengan masalah biaya mengingat penggunaan perlak setiap memasang kateter akan meningkatkan komponen biaya. Kemampuan Perawat dalam Pemasangan Kateter Urin di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Kemampuan perawat dalam pemasangan kateter urin di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada penelitian ini digali pula dengan wawancara mendalam terhadap beberapa perawat di IGD, termasuk Kepala IGD dan Ketua Tim Perawat Pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa responden sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya budaya patient safety masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan pemasangan kateter urin. Terkait dengan pengetahuan tentang kateterisasi urin, sebagian besar responden dalam hal ini telah mampu menjelasakannya dengan baik. Termasuk mengenai SOP pemasangan kateter urin yang telah ditetapkan RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dalam hal ini perawat dapat menghafal, meskipun secara garis besarnya saja. Sementara terkait dengan sikap perawat dalam pemasangan kateter urin, dapat diketahui bahwa seluruh responden telah melakukan pendokumentasian mengenai setiap tindakan pemasangan kateter urin yang dilakukan. Dalam hal ini dilakukan pelaporan apabila terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam proses pemasangan kateter urin, namun belum terdapat tindak lanjut dari laporan tersebut. Kondisi tersebut membuat adanya kemungkinan terjadinya kesalahan yang sama di kemudian hari. Untuk kesesuaian prosedur pelaksanaan pemasangan kateter urin dengan SOP, diketahui bahwa

9 ketentuan baku SOP sudah sebagian besar dilaksanakan. Terutama berkaitan dengan prosedur menggunakan perlak setiap melakukan pemasangan kateter urin. Kendala utama yang menghambat adalah persoalan biaya, mengingat penggunaan perlak setiap melakukan pemasanga kateter urin akan meningkatkan pengeluaran. Rangkuman hasil wawancara mendalam dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Matriks Hasil Keseluruhan Wawancara Mendalam Responden Pengetahuan Sikap Perilaku Kepala Baik Kurang Baik IGD Baik Ketua Tim Perawat Pelaksana Baik Baik Baik Perawat Pelaksana I Perawat Pelaksana II Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sumber: data primer, diolah Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya sebagian besar responden telah memiliki pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang baik dalam pemasangan kateter urin. Hanya saja masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan jaminan keselamatan pasien dalam proses kateterisasi urin tersebut. PEMBAHASAN Evaluasi Pengetahuan Perawat dalam Pemasangan Kateter Urin dalam Upaya Peningkatan Patient Safety Pengetahuan pemasangan kateter urin sangat penting mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pelayanan pasien yang aman. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi maka tidak akan menimbulkan atau dapat meminimalkan risiko akibat kesalahan atau kelalaian perawat. Hasil analisis data memberikan hasil bahwa perawat yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 71,43%, perawat yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 28,57%, dan tidak ada perawat yang memilliki pengetahuan rendah. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat di ruang instalasi gawat darurat mengenai pemasangan kateter tergolong baik. Hal ini sejalan dengan data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mampu menguraikan pemahamannya terkait proses kateterisasi urin. Termasuk pula mengenai tujuan pemasangan kateter

10 urin. Pengetahuan tersebut dapat dikatakan masih pada tataran tahu (know). Hal ini dikarenakan responden sebatas mengetahui prosedur atau alur SOP pemasangan kateter urin yang pernah disampaikan. Dalam hal ini, responden belum mampu menghafal dan mengaplikasikan pemasangan kateter urin sesuai dengan ketentuan bakunya, meskipun sebagian besar aturan sudah dijalankan. Hanya saja setiap detail dari aturan pemasangan kateter urin akan lebih baik jika diterapkan secara menyeluruh, sehingga pencapaian patient safety menjadi lebih optimal. Peningkatan pengetahuan perawat tentang pemasangan kateter urin ini sangatlah penting. Terlebih berkaitan dengan pencegahan risiko infeksi sebagai bagian dari upaya mewujudkan keselamatan pasien. Artinya bahwa program peningkatan pengetahuan perawat dalam memasang kateter urin secara tepat dapat menjadi bagian dari program patient safety. Program patient safety tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan perawat dalam melaksanakan tindakan pemasangan kateter urin Evaluasi Sikap Perawat dalam Pemasangan Kateter Urin dalam Upaya Peningkatan Patient Safety Sikap merupakan tanggapan responden baik positif maupun negatif terhadap pemasangan katerter urin. Tangapan yang positif berarti menunjukkan sikap yang baik sebaliknya tanggapan yang negatif berarti menunjukkan sikap yang tidak baik. Berdasarkan analisis data penelitian memberikan hasil bahwa 64,29% perawat sebagai responden memiliki sikap yang baik. Perawat yang memiliki buruk terdapat 35,71%. Hasil penelitian tidak ada responden yang memiliki sikap buruk dan sangat buruk. Hal ini berarti bahwa perawat di ruang UGD pada RSU PKU Muhammadiyah tidak ada yang memiliki tanggapan negatif mengenai aktivitas pemasangan kateter urin. Apabila dikaitkan dengan data hasil penelitian yang diperoleh, maka sikap positif perawat terhadap pemasangan kateter urin dapat dilihat dari beberapa hal. Salah satunya adalah sikap perawat yang selalu mendokumentasikan setiap tindakan

11 pemasangan kateter urin sebagai bagian dari dokumentasi tindakan medis. Sementara variasi sikap sebagaimana ditunjukkan analisis data hasil kuesioner dapat terjadi berkairtan dengan persepsi tingkat kesesuaian SOP dengan tindakan pemasangan kateter yang sesungguhnya dilakukan perawat. Dalam hal ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan SOP belum diterapkan sama persis sesuai aturannya karena hanya mendekati SOP, meskipun secara garis besar prinsip dasar dalam SOP telah dipenuhi. Ketidaksesuaian tersebut menyebabkan kemungkinan kejadian tidak diinginkan menjadi semakin besar. Kejadian ini meruakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omissin), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien. 8 Artinya bahwa alur SOP yang belum secara menyeluruh diterapkan akan memperbesar potensi kejadian tersebut, sehingga pencapaian keselamatan pasien menjadi semakin sulit. Evaluasi Perilaku Perawat dalam Pemasangan Kateter Urin dalam Upaya Peningkatan Patient Safety Perilaku dalam penelitian ini merupakan suatu aktivitas dalam pemasangan kateter urin. Jadi perilaku disini dinilai dari tahaptahap yang dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Perilaku yang baik sekali apabila perawat melakukan seluruh tahap rangkaian proses pemasangan kateter urin. Sebaliknya apabila banyak tahapan yang tidak dilakukan dalam pemasangan kateter maka mengindikasikan perilaku yang kurang. Hasil observasi terhadap perawat di ruang instalasi gawat darut RSU PKU Muhammadiyah Bantul, mayoritas responden memiliki perilaku yang kurang baik. Sebanyak 57,14% atau 8 orang perawat dalam hal ini menunjukkan perilaku pemasangan kateter urin sudah baik karena sepenuhnya sesuai SOP. Sementara 6 responden 42,86% responden hasil observasi perilaku

12 pemasangan kateter urinnya belum sepenuhnya sesuai dengan SOP. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat diketahui bahwa ketentuan SOP yang tidak dilakukan oleh sebagian besar perawat adalah memasang perlak saat melakukan pemasangan kateter urin. Baik untuk pasien pria maupun wanita dalam hal ini sama-sama tidak dilakukan oleh perawat. Salah satu hambatannya adalah terkait dengan masalah biaya, mengingat penggunaan perlak akan menambah biaya untuk pemasangan kateter urin. Pada sisi lain, terlihat dalam hal ini bahwa ketentuan-ketentuan dasar dalam pemasangan kateter urin telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya nilai hasil observasi untuk tahap persiapan alat, pra interaksi, dan tahap kerja. Selain itu, pemenuhan bundles care cara pemasangan kateter urin untuk mencegah infeksi saluran kencing juga menjadi buktinya. Terlepas dari keberadaan perawat sebagai pihak yang secara langsung berhubungan dengan pasien dalam pemasangan kateter urin, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pencapaian patient safety adalah tanggung jawab bersama. Kombinasi semua komponen organisasi menentukan seberapa baik performa institusi tersebut. 9 Oleh sebab itu, tidak hanya pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat saja yang harus terus-menerus ditingkatkan. Lebih dari itu, pada tataran sistem dan kebijakan dalam organisasi rumah sakit sendiri juga harus mendukung serta mengarah pada pencapaian patient safety tersebut. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Keselamatan Pasien dalam Pemasangan Kateter Urin Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diketahui adanya beberapa faktor yang berkaitan dengan prencegahan infeksi pada pasien, yaitu: 1. Faktor Prosedur, yaitu berkaitan dengan SOP pemasangan kateter urin yang belum sepenuhnya dijalankan sesuai ketentuan baku oleh perawat. 2. Faktor Keterampilan SDM, yaitu berkaitan dengan belum adanya pelatihan rutin untuk perawat meningkatkan keterampilan pemasangan kateter urin.

13 3. Faktor Kerja Sama Tim, yaitu berkaitan dengan masih rendahnya komunikasi antar perawat dalam pelaksanaan tugas pemasangan kateter urin. 4. Faktor Mekanisme Pelaporan dan Evaluasi, yaitu berkaitan dengan mekanisme pelaporan kejadian tidak diinginkan belum disusun dengan jelas. Terkait dengan beberapa faktor yang dapat diidentifikasi tersebut, maka dalam hal ini disusun beberapa rekomendasi dan rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien RSU PKU Muhammadiyah Bantul saat pemasangan kateter berikut: Sebagaimana diketahui bahwa pemasangan kateter urin pada pasien sangat rentan mengakibatkan infeksi. Pasien rentan mengalami infeksi saluran kemih karena banyaknya prosedur dan tindakan pemasangan kateter urin yang dilakukan. 10 Risiko infeksi tentu akan meningkat jika proses pemasangan kateter urin tidak dilakukan dengan tepat. Sementara itu, infeksi saluran kemih sendiri dapat membahayakan hidup pasien karena dapat berlanjut menjadi septikemia dan berakhir pada kematian. Oleh sebab itu, setiap SDM yang berkaitan dalam proses pemasangan kateter urin harus dapat Identifikasi Masalah SOP terlalu panjang dan sulit dihafal Keterampilan SDM terbatas Kerja sama tim kurang Belum ada mekanisme pelaporan dan evaluasi KTD Tindakan Revisi kalimat per kalimat SOP menjadi lebih padat Tingkat Rekomendasi (Individu, Tim, Manajemen RS) Penanggung Jawab Input Indikator Keberhasilan Manajemen RS Direktur SDM Perawat mengerti dan mampu menghafal SOP Sosialisasi SOP Manajemen RS Direktur SDM, dana Perawat dapat melaksanakan SOP Pelatihan pemasangan kateter untuk perawat Penilaian standar keterampilan perawat secara rutin dan berkala Memberikan pengarahan tentang pentingnya kerjasama dan komunikasi antar tim dalam bekerja Menetapkan kebijakan tentang sistem pelaporan dan evaluasi KTD Individu Individu Tim Manager keperawatan Manager keperawatan Manager keperawatan Trainer, sasaran pelatihan, dana Dana, tim penilai, instrumen penilaian Seluruh perawat Evaluasi keterampilan menunjukkan nilai yang baik Terdapat evaluasi secara rutin dan berkala Tidak adanya pelaporan KTD RS Direktur SDM Seluruh kepala perawat melaporkan KTD secara berkala kepada manager keperawatan

14 memastikan bahwa proses tersebut berlangsung tepat sehingga keselamatan pasien dapat dijamin. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa pencapaian keselamatan pasien dalam pemasangan kateter urin di RSU PKU Muhammadiyah Bantul masih memuat beberapa permasalahan. Terutama terkait dengan masih adanya aturan SOP pemasangan kateter urin yang belum dilaksanakan. Penyusunan SOP yang kalimat per kalimatnya tidak terlalu panjang serta sosialisasi SOP secara rutin diharapkan dapat meningkatkan pemahaman perawat mengenai SOP. Pada kahirnya diharapkan etiap tindakan pemasangan kateter urin dapat dilaksanakan sesuai aturan bakunya tersebut. Dukungan dan komitmen manajemen rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan individual perawat dalam melakukan pemasangan kateter urin juga sangat diperlukan. Upaya pelatihan dapat dilakukan seiring dengan penilaian standar kemampuan perawat. Pada sisi lain, kerja sama tim juga diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kemampuan perawat secara berkelompok. Sementara itu, kebijakan sistem pelaporan dan evaluasi atas kejadian tidak diharapkan dalam pemasangan kateter urin dapat menjadi sarana mencegah kejadian yang sama di masa mendatang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner, observasi, dan wawancara mendalam pada responden di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dapat disimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang pemasangan kateter urin. Perbedaan tingkat pengetahuan responden berkaitan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan menghafal serta mengaplikasikan alur SOP pemasangan kateter urin. Tingkat pengetahuan perawat membantu upaya peningkatan patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Sebagian besar perawat memiliki sikap baik tentang pemasangan kateter. Perawat mencatat tindakan pemasangan kateter,

15 serta menganggap penting keselamatan pasien dalam pemasangan kateter. Hal ini membantu peningkatan patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 3. Sebagian besar perawat memiliki perilaku yang baik dalam pelaksanaan pemasangan kateter urin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu ketentuan SOP yang belum diterapkan adalah penggunaan perlak saat pemasangan kateter urin. Tidak digunakannya perlak lebih dikarenakan pada alasan biaya. Oleh sebab itu, secara keseluruhan perilaku perawat membantu upaya peningkatan patient safety di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. REFERENSI 1. DepKes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes. 2. Utarini, A. 2011. Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Sistem Regulasi yang Responsif. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 3. DepKes RI. Op.Cit. 4. Ibid 5. Prayetni. (2009). Improving The Nurses Awareness of Patient Safety. Disampaikan dalam seminar nasional keperawatan 2009: Sistem pelayanan keperawatan dan manajemen rumah sakit untuk mewujudkan patient safety di Yogyakarta 17 Oktober 2009. Yogyakarta. 6. Hidayat, Aziz A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 7. Schaffer, S. (2000). Pencegahan Infeksi dan Praktek yang Aman. Jakarta: EGC. 8. Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-RS) PERSI. (2007). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta. 9. Kovner, AR & Neuhauser, D. (2004). Health Service Management. Wangshington: Health Administration Press. 10. Ducel, G. (2002). Prevention of Hospital-Acquired Infections. A Practical Quide. WHO. Departement of Comminicable Disease, Surveillance and Respons

7