BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendapat Moneta dan Csikszentmihalyi (dalam Csikszentmihalyi 1990) mereka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Olahraga merupakan alat

Hubungan antara Flow Akademik dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Teacher College Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa yang akan datang. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KOMITMEN TERHADAP TUGAS PADA MAHASISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhenti maka perusahaan akan mengalami kerugian dan kerugian tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara menurut Csikzentmihalyi (1990), flow adalah perasaan yang timbul pada diri seorang manusia saat ia bertindak secara total dalam kegiatan yang ia lakukan. Individu yang mengalami flow akan mudah merasakan kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan terkait kegiatan yang dilakukannya. Flow adalah kondisi internal dalam bentuk kesenangan yang melibatkan pengalaman positif seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan dirinya untuk tetap fokus pada saat mengerjakan sesuatu (Lee, 2005). Keadaan flow meliputi gairah dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah kepada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Keseimbangan yang terjadi antara keterampilan individu dan tantangan tugas sering dilihat sebagai prasyarat memasuki kondisi flow (Csikzentmihalyi, 1990). Csikszentmihalyi (1975, dalam Smolej, 2007), juga mendefiniskan flow sebagai keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada sensasi perasaan menyeluruh terhadap aktivitas yang dijalani. Individu 14

15 yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Flow merupakan suatu keadaan ketika seseorang menjadi sangat tenggelam dalam melakukan suatu kegiatan dan tingkat keterampilan yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi (Csikszentmihalyi, 1990). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala keterampilan, daya upaya, dan sumber daya yang mereka miliki, sampai ke batas-batasnya atau bahkan melampauinya (Arif, 2016). Definisi lain mengenai flow (Ghani & Dhespende, 1994) adalah konsentrasi menyeluruh saat menjalani kegiatan dan munculnya kenikmatan ketika menjalaninya. Konsep flow sebenarnya termasuk dalam bagian yang penting ketika proses belajar terjadi, karena flow dapat membantu mahasiswa untuk fokus dan dengan perasaan nyaman melakukan seluruh aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas (Ignatius, 2013). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada

16 pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Nakamura dan Csikzentmihalyi (2002) menerangkan bahwa seseorang yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang ia lakukan penting dan berharga untuk ia lakukan, terlepas dari ada atau tidaknya goal yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut. Flow juga menggambarkan pengalaman subjektif ketika keterampilan dan kesuksesan dalam kegiatan terlihat mudah, walaupun banyak energi fisik dan mental yang digunakan (dalam Husna dan Rosiana, 2014). Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa flow akademik dalam konteks penelitian ini adalah kondisi dimana seorang individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani. 2. Aspek-Aspek Flow Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, enjoyment, intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut akan ditinjau secara singkat sebagai berikut : a. Absorption Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya.

17 Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka. b. Enjoyment Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut. c. Intrinsic Motivation Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari orang lain. Dari paparan singkat mengenai aspek-aspek flow diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut merupakan komponen penting dari teori flow. 3. Karakteristik Pengalaman Flow Csikzentmihalyi (dalam Arif, 2016) mengungkapkan bahwa ada beberapa pengalaman khas yang biasa dialami oleh seorang pribadi yang sedang memasuki zona flow. Pengalaman-pengalaman khas itu adalah: a. Atensi terpusat penuh Saat sudah memasuki zona flow, seorang individu tidak lagi harus dengan sengaja memelihara atensinya, karena atensinya menjadi

18 sangat terfokus dan bahkan tidak mudah teralihkan. Dalam atensi yang sedemikian fokus tersebut, persepsi akan detail-detail pengalaman menjadi sangat jernih. Individu seolah menjalankan aktivitas itu dalam gerakan yang lambat di mana semua detail dapat diamati dan dihayati dengan jelas (sekalipun pada kenyataannya, seseorang yang berada dalam zona flow seringkali melakukan berbagai hal yang kompleks, dengan cepat). b. Penyatuan tindakan dan kesadaran Semakin dekat seseorang pada zona flow, kesadaran dan tindakannya menjadi semakin kongruen. Dan ketika ia memasuki zona flow, ada penyatuan antara tindakan dan kesadarannya. Tindakan dan kesadaran menjadi dua hal yang tak terpisahkan, di mana apa yang disadari seseorang bukanlah hal yang lain kecuali apa yang sedang dilakukannya, dan di saat yang sama ia dapat melakukan/mewujudkan dengan sempurna apa yang ada dalam kesadarannya. c. Ada rasa kebebasan, termasuk bebas dari kekhawatiran akan kegagalan Saat memasuki flow, segala kekhawatiran itu menjadi tidak penting, tidak relevan. Kekhawatiran-kekhawatiran itu tidak lagi memiliki kuasa atas dirinya, dan individu yang sedang dalam zona flow merasakan suatu kebebasan yang besar. Aktivitas yang sedang dilakukannya begitu mengasyikkan dan membuatnya larut sehingga ia

19 tak lagi peduli atas berbagai remeh-temeh yang selama ini mengganggunya. d. Pudarnya self-consciousness Dalam setiap pengalaman flow, self-consciousness memudar. Artinya, saat seorang individu berada dalam zona flow, ia tidak lagi terbebani oleh kekhawatiran tentang dirinya. Saat orang tidak lagi terlalu khawatir tentang dirinya sendiri, justru sang diri jadi terbebas dan dapat berfungsi sepenuhnya. e. Distorsi dalam penghayatan akan waktu Saat berada dalam zona flow, penghayatan akan waktu itu sendiri mengalami perubahan. Dalam pengalaman sehari-hari umumnya kita memperhatikan berjalannya waktu, karena waktu umumnya dihayati secara sangat berharga bagi kebanyakan dari kita. Pengalaman yang berbeda dialami oleh mereka yang sedang berada dalam zona flow. Mereka bercerita tentang kehilangan jejak akan waktu, atau bisa juga dinyatakan secara kebalikannya, bahwa waktu tak lagi punya kuasa membatasi gerak mereka. Pengalaman flow membebaskan mereka. f. Pengalaman itu sendiri merupakan reward terbesar Saat berada dalam kondisi flow, seseorang bersentuhan sekalipun barangkali hanya sesaat dengan dirinya yang autentik, dirinya yang utuh. Pengalaman itu sendiri menjadi reward terbesar, yang melebihi reward eksternal mana pun, yang membuat seseorang akan tetap

20 menekuni dan menggumuli bidangnya masing-masing, untuk terus memperdalam tingkat keahlian mereka. Dari uraian-uraian sebelumnya, semakin jelas mengapa flow merupakan suatu sukacita terbesar yang dialami oleh seseorang dalam menekuni bidangnya, dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang menggairahkan. Terpusatnya atensi, bersatunya tindakan dan kesadaran, pembebasan akan kekhawatiran, pudarnya selfconsciousness, serta perjumpaan kembali dengan waktu yang sejati, merupakan pengalaman yang sangat membahagiakan yang menjadi reward terbesar baginya. 4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow Beberapa prasyarat mencapai kondisi flow diantaranya adalah sebagai berikut (Arif, 2016): a. Goal Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya. b. Feedback Feedback bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Feedback yang terbaik adalah feedback yang seketika dan langsung ditangkap oleh si pribadi, maka seketika itupun ia mempertahankan atau

21 mengubah aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan feedback yang diterimanya. Ketika seseorang beraktivitas dengan tujuan yang bermakna serta senantiasa memperoleh feedback yang membuatnya memperoleh kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan semakin siap untuk mencapai flow. c. High Skill Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat aktivitas yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan baru yang menarik senantiasa muncul. Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran diri. d. Optimal Challenge Tantangan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit yaitu tantangan yang mengharuskan seseorang mengeluarkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Saat menghadapi tantangan semacam itu seseorang baru akan dapat merealisasi dan menyadari seluruh keterampilan yang dimilikinya sehingga memunculkan emerging skills. Emerging skills

22 adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment). Kesimpulannya bahwa flow akan dapat dialami saat skill dan challenge sama-sama tinggi. Sementara apabila ada ketidaksinambungan di antara keduanya, entah skill yang tinggi menghadapi challenge yang rendah ataupun skill rendah menghadapi challenge yang tinggi. Flow tidak akan dialami melainkan masuk ke berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan seperti kecemasan (anxiety) ataupun kebosanan (boredom). 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu faktor dari individu dan faktor dari lingkungan. a. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu. b. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu. Baik faktor dari individu (person factor) maupun faktor dari lingkungan (environtment factor) masing-masing mempunyai peran tersendiri dalam menyebabkan seorang individu mengalami flow.

23 B. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Menurut Renzulli (2005, dalam Hawadi, 2002) komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan suatu bentuk halus dari motivasi. Jika motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut ditampilkan pada tugas tertentu yang spesifik. Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah suatu bentuk motivasi internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena ia telah mengikat dirinya terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri (Munandar, 2002). Sementara itu, Won-Jung (2013) mengemukakan task commitment sebagai kecenderungan untuk tetap melakukan tugas tingkat tinggi sampai seseorang mencapai tujuannya. Task commitment serupa dengan konsep motivasi dan pengalaman flow. Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011).

24 Lazear (1991) memberikan definisi dimana komitmen pada tugas (task commitment) merupakan ciri pribadi yang tekun dan ulet pada tugasnya, dengan menyusun tujuannya, memiliki keterlibatan yang dekat dan dalam pada tugas dan masalahnya, sangat antusias pada setiap aktivitasnya, hanya membutuhkan sedikit motivasi eksternal saat menyelesaikan tugasnya, memilih untuk berkonsentrasi pada tanggung jawabnya dan memiliki energi yang tinggi. Definisi komitmen terhadap tugas (task commitment) juga dikemukakan oleh Sutisna (2010) yaitu suatu energi dalam diri yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena individu tersebut telah mengikatkan diri tugas tersebut atas kehendak sendiri (dalam Syarifa, 2011). Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugas dan mewujudkannya melalui perilaku yang konkrit. 2. Aspek-Aspek Task Commitment Renzulli merumuskan aspek task commitment yang telah dikutip oleh Hawadi (2002) sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus untuk waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai)

25 b. Ulet (tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan) c. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan didalam kelas (ingin mengetahui banyak bahan dari sekedar diajarkan oleh guru) e. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) f. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan, agama, politik, ekonomi, korupsi dan keadilan) g. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat h. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran maupun pekerjaan) i. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut). j. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan di kemudian hari (misalnya: siswa membatasi waktu bermain untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi) Dari beberapa definisi mengenai task commitment diatas dan dari rumusan aspek Renzulli, Hawadi (2002) membatasi pengertian task commitment pada lima aspek, yaitu: a. Sikap tangguh,ulet, dan tidak mudah bosan b. Mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab

26 c. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang d. Suka belajar dan mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri e. Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis. 3. Karakteristik Task Commitment Menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002) karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai task commitment tinggi antara lain: a. Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni, antusias, keterlibatan tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekuni b. Ketekunan (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas) c. Daya tahan kerja, tidak akan menyerah sebelum selesai mengerjakan tugas d. Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas e. Dorongan untuk berprestasi (bisa berprestasi tanpa dorongan orang lain, tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah dicapai) f. Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni g. Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang yang ditekuni h. Menetapkan standar kerja yang tinggi i. Selalu bersedia melakukan intropeksi diri dan menerima kritik orang lain j. Mampu mengembangkan rasa keindahan, kualitas, dan kesempurnaan pekerjaannya, maupun pekerjaan orang lain.

27 Sedangkan task commitment sebagai bentuk halus dari motivasi, Freud dalam Sardiman (2006) menggambarkan karakteristiknya sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya. c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis dan berulang-ulang begitu saja) f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepas hal yang telah diyakini h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Task Commitment Menurut Hawadi (2001), ada dua faktor yang mempengaruhi task commitment, yaitu faktor individual dan faktor situasional. a. Faktor Individual Faktor individual pertama pencakup persepsi terhadap diri, yaitu bagaimana individu memandang dan memahami kemampuan dirinya. Kedua, persepsi terhadap peran dan tugasnya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap tugasnya

28 maka dia akan memiliki kelekatan terhadap tugasnya dengan baik pula. Ketiga, yang termasuk dalam faktor individual adalah adalah sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil akhir tugas, akan menghasilkan mahasiswa yang lebih memiliki motivasi ekstrim. Sebaliknya orang tua yang menghargai proses belajar dan berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka akan membuat mahasiswa memiliki komitmen yang lebih baik pada setiap tugasnya, karena mahasiswa tersebut akan berusaha berbuat yang terbaik pula setiap proses yang dikerjakannya. b. Faktor Situasional Besar kecilnya ruangan belajar termasuk faktor situasional dalam task commitment. Faktor lainnya yaitu faktor pengajar, seorang pengajar yang mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya, maka akan menumbuhkan motivasi mahasiswa tersebut untuk lekat terhadap tugasnya. C. Hubungan antara Task Commitment dengan Flow Akademik Modal penting seorang mahasiswa dalam perkuliahan adalah memiliki konsentrasi, merasa nyaman, dan memiliki motivasi pada saat menjalani kegiatan belajar mengajar. Kondisi seperti ini disebut sebagai flow akademik. Kondisi flow sangat diperlukan di bidang akademik agar mahasiswa bisa fokus dan menikmati setiap tugas yang diberikan. Flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens Saat belajar, mahasiswa tentu pernah

29 mengalami suatu kondisi ketika mahasiswa tersebut merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari (Csikzentmihalyi, 1990). Flow dapat memberikan manfaat positif bagi mahasiswa antara lain dapat membuat mahasiswa lebih fokus, kreatif, lebih mudah menyerap materi pembelajaran, serta dapat mengurangi stres akademik sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal. Individu yang mengalami flow biasanya terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam Husna, 2014). Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas. Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar, artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik, termasuk dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Setiap mahasiswa juga memiliki kebutuhan untuk mencapai apa yang diinginkan sehingga mendorong mereka menyelesaikan tugasnya tanpa memperdulikan kesulitan (Zenzen, 2002). Kebutuhan untuk mencapai apa yang diinginkan juga dipertimbangkan berdasarkan nilai dari tugas itu sendiri

30 (Zenzen, 2002). Apabila nilai dari tugas tersebut tidak memberikan harapan maka individu tersebut enggan untuk melakukan tugasnya. Individu yang enggan melakukan tugas karena harapan yang kecil akan tugas tersebut dikarenakan individu tidak merasa nyaman dengan tugas tersebut. Ketidaknyamanan dalam melakukan tugas membuat individu tidak flow dalam mengerjakan tugasnya (Arif, 2013). Pengikatan diri mahasiswa terhadap tugasnya disebut juga task commitment. Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki seorang individu. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011). Semakin tinggi task commitment yang dimiliki mahasiswa, maka semakin banyak aktivitas akademik yang dirasa mudah untuk dilakukan. Task commitment merupakan salah satu faktor individu (person factor) yang mempengaruhi terjadinya flow akademik. Adanya pengikatan diri mahasiswa pada tugas atau kegiatan akademik, maka akan memunculkan pengalaman flow dalam bidang akademik. Dengan kata lain, pengalaman flow adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat ketika melakukan tugas akademik (Won-Jung, 2013).

31 Hubungan antara task commitment dengan flow akademik hanya dijelaskan secara teoritis tetapi belum diuji secara empiris. Untuk memperjelas hubungan antara task commitment dengan flow akademik, maka peneliti mengukur secara empiris dengan menyertakan semua aspek task commitment dan flow akademik. Task Commitment Flow Akademik Gambar 1. Skema Hubungan Task Commitment dan Flow Akademik D. Landasan Teoritis Bakker (2005) menggambarkan flow sebagai suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara Flow akademik (Ignatius, 2013) adalah kondisi saat individu dapat berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa nyaman, motivasi yang berasal dari dirinya sendiri serta menikmati ketika melakukan kegiatan akademik (belajar dan mengerjakan tugas). Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas. Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar,

32 artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik. Task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Seseorang yang tidak mempunyai task commitment akan merasa sulit untuk memulai maupun mengerjakan tugas-tugasnya. Dia akan merasa tugas yang dibebankan padanya begitu berat dan akan merasa malas untuk mengerjakannya. Salah satu upaya untuk mencapai kondisi flow akademik adalah dengan memiliki task commitment yang baik. Won-Jung (2013) menyatakan task commitment bisa menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya flow akademik. Kondisi flow sendiri merupakan langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa dapat mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat terkait dengan aktivitas akademik yang sedang dijalani. Dengan demikian diharapkan mahasiswa mempunyai task commitment yang baik untuk meminimalisir perilaku yang menghambat proses belajar sehingga akan melahirkan pribadi yang rajin, semangat, mampu mengatasi tantangan dalam mengerjakan tugas-tugas dan mampu mencapai kondisi flow akademik. Perilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan penting.

33 Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi task commitment pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Dan sebaliknya semakin rendah task commitment pada mahasiswa, maka semakin rendah pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Tinggi Tinggi Task Commitment Flow Akademik Rendah Rendah Gambar 2. Skema kerangka teoritik Task Commitment dan Flow Akademik E. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa.