BAB IV ANALISIS DATA KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SISWA SD RADEN PATAH SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SD RADEN PATAH SURABAYA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya memiliki pengaruh yang begitu besar dalam hidupnya. Interaksi

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB IV ANALISIS DATA

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. inklusif MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta mengalami masalah dalam

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode

BAB IV ANALISIS DATA. dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Berikut dibawah ini merupakan analisis data tentang faktor, proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti. Anak Berkebutuhan Khusus (Down Syndrom) di SDN ۱ Inklusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan analisis deskriptif komparatif

FORMAT OBSERVASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN OBSERVASI PESERTA DIDIK

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI ISLAMIC STORYTELLING DALAM MENANGANI PERILAKU MALADAPTIF

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok

JURNAL EFEKTIVITAS CINEMA THERAPY UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DI DEPAN KELAS SISWA KELAS XI PEMASARAN SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN 2016/2017

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

BAB III METODE PENELITIAN PELATIHAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGEMBANGKAN INTERPERSONAL SKILL

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Sri Mulwati

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Subjek dalam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

Charlina Ribut Dwi Anggraini

PENGGUNAAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK USIA DINI. Irma Daniati 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3

BAB III METODE PENELITIAN. Karakter penelitian ini adalah anak kelompok B dengan jumlah anak 16 orang,

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap di mana melalui ucapan syair anak diantaranya dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Dengan Teknik Token Economy Dalam Membentuk Disiplin Shalat

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

EXCELLENT HOUSE: PENDAMPINGAN PSIKOLOGI DAN KONSELING ANAK BURUH IMIGRAN

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Minarsih 1) TK DHARMA WANITA DUWET TULUNGAGUNG Isna Alfi 2) IKIP PGRI MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dari generasi sebelumnya. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat telah

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Transkripsi:

91 BAB IV ANALISIS DATA KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SISWA SD RADEN PATAH SURABAYA A. Analisa Proses Konseling Behavior dalam Menangani Selective Mutism Siswa SD Raden Patah Surabaya Pada proses konseling behavior dalam menangani selective mutism, seperti yang akan dijelaskan dalam bab ini, langkah pertama yang dilakukan oleh konselor ialah tahap asesmen, yakni konselor mengumpulkan berbagai informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi oleh konseli. Informasi ini nantinya sekaligus sebagai pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan. Konselor mendapatkan informasi mengenai diri konseli, keluarga, pendidikan, dan ekonomi keluarga konseli. Kesemua informasi tersebut sangatlah membantu proses konseling. Tahap ini goal setting, konselor dan konseli menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Tahap ini bertujuan konselor dapat memberikan motivasi dalam mengubah tingkah laku konseli. Berangkat dari ketidakmampuan berbicara karena adanya rasa ketakutan dan kecemasan membuat konseli lebih menutup diri dan terkenal sebagai anak yang pendiam. Dijelaskan dalam bab sebelumnya keinginan konseli adalah dirinya ingin mendapat nilai yang baik. Dengan adanya tujuan yang dibuat bersama maka konseli mengerti tujuan apa yang harus dalam proses konseling ini. Tahap implementasi teknik merupakan konselor menyampaikan kegiatankegiatan yang akan dilakukan oleh konseli yang kemudian mendapat

92 persetujuan dari konseli. Konseli mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian teknik dari konseling behavior dengan baik dan tampak merasa senang dapat berbaur dengan beberapa teman pilihan. Berikut proses teknik-teknik konseling behavior yang digunakan sebagai acuan sehingga konseling berjalan secara sistematis: 1. Penguatan positif Konseli berupaya keras untuk dapat mengumpulkan stempel bintang sesuai dengan berapa banyak jumlah bintang yang sudah disepakati antara konselor dan konseli. Dan sampai akhir proses konseli sudah mendapatkan 30 bintang. Tujuan dari kegiatan ini sebagai stimulus agar konseli termotivasi untuk melakukan perilaku yang disepakati. Konselor disini bertugas untuk menumbuhkan kepercayaan diri kepada konseli dengan memberikan konsep diri bahwa konseli memiliki potensi yang luar biasa dan perlu dikembangkan melalui keberanian. Masih banyak penguatan positif yang diberikan konselor kepada konseli misalkan kata-kata kamu hebat namun yang menjadi prioritas adalah mengumpulkan stempel bintang dan konseli mampu mengumpulkan banyak stempel bintang. 2. Token Economy Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya konseli menyepakati untuk mengumpulkan 10 bintang dengan ditukar apa yang diinginkannya yaitu foto tiga pemain ganteng-ganteng serigala yaitu Liora, Glen, dan Galang. Dan konseli sudah mendapatkan foto-foto tersebut. Tujuan dari teknik ini adalah untuk meningkatkan perilaku dan dapat diharapkan terjadi

93 pengulangan dengan sendirinya. Selain itu teknik ini sangat efektif karena konseli dapat dengan cepat melakukan perilaku yang diinginkan. 3. Pembentukan Konselor disini membantu konseli untuk dapat merasakan bagaimana rasanya bermain dan memiliki teman. Saat kegiatan demi kegiatan yang dilakukan bersama tiga sampai empat teman konseli, konseli terihat sudah merasa senang dan mampu berbicara. Tidak hanya dalam hal berteman, pembentukan ini juga membuat konseli mampu mempraktikkan drama didepan kelas. 4. Percontohan Berawal dari sebuah cita-cita yang mulia dan konseli yang mengidolakan ustdzah Faid, akhirnya konselor menjadikan wali kelas 4A ustdzah Faid sebagai percontohan untuk memberikan sosok yang dapat dijadikan inspiration. Konselor menjadikan percontohan dari profesi guru yang membutuhkan keberanian dalam menerangkan didepan kelas dan kesabaran dalam menghadapi murid-muridnya. Dari teknik ini juga konseli dapat menumbuhkan rasa keberaniannya untuk bertanya mengenai kesulitan tugas sekolah. Yang awalnya ustdzah Faid mendatangi konseli untuk mengecek tugas yang diberikan kepada konseli, setelah melakukan beberapa teknik termasuk percontohan kini konseli sudah mampu bertanya kedepan (menghampiri) ustadzah Faid yang duduk di bangku guru. Manfaat penerapan teknik-teknik konseling behavior melalui beberapa kegiatan akan terlihat secara berangsur-angsur. Teknik-teknik behavior sangat

94 bermanfaat dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaandiri anak didik. Setelah melakukan Tahap implementasi teknik, selanjutnya tahap yang terakhir ialah tahap evaluasi dan pengakhiran. Di dalam setiap teknik terdapat pengevaluasian tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektifan kegiatan tersebut terhadap kegiatan proses konseling. Konselor disini mendapatkan hasil dari proses pengevaluasian bahwa tanpa adanya konselor yang mendampingi atau pun menyuruh konseli untuk melakukan kegiatan. Konseli dapat mandiri dengan menunjukkan keberaniannya. Hal ini terbukti dengan konseli melanjutkan upaya mengumpulkan bintang dengan sendirinya. Setiap tahapan yang dilakukan oleh konselor menginginkan akan adanya satu perubahan didalam diri konseli, jika harapan dan target yang sudah disusun bersama dengan konseli berhasil. Konseli dapat menjadi sosok pribadi yang mandiri disinilah proses akhir dalam proses konseling yakni tahap pengakhiran. Bersama dengan pengakhiran proses konseling, konselor memberikan balikan yang positif bagi konseli, terutama kedatangan konseli menemui konselor saat konselor memanggilnya dikelas dan datang duduk bersama dengan konselor. Tidak melepas begitu saja, konselor masih mencari tau perkembangan yang dialami oleh konseli baik disekolah maupun di tempat les. Satu hal yang selalu berkesan bagi konselor adalah adanya perubahan yang lebih baik bagi diri konseli. berawal proses yang nantinya akan terlihat hasil yang diharapkan. Kini konseli sudah berani menyapa dan tersenyum saat bertemu konselor.

95 Tabel 3.1. Tahap Teori, Proses Tahapan, Hasil yang Didapat No Tahap Teori Proses Tahapan Hasil yang Didapat 1. tahap asesmen mengumpulkan berbagai informasi keluarga, pendidikan, dan ekonomi 2. tahap goal setting menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling mendapat nilai yang baik dan Percaya diri pada khususnya lingkungan sekolah Penguatan positif akhir proses konseli sudah 3. tahap implementasi teknik Token Economy Pembentukan Percontohan mendapatkan 30 bintang. mengumpulkan 10 bintang dengan ditukar foto tiga pemain ganteng-ganteng serigala Berani bersosialisasi dengan teman, mampu bercerita, mampu tampil didepan kelas Berani bertanya 4. tahap evaluasi dan pengakhiran Mencari informasi dan observasi Konseli dapat mandiri dengan menunjukkan keberaniannya dan tidak takut untuk berbicara dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekolahnya B. Analisa Hasil Konseling Behavior dalam Menangani Selective Mutism Siswa SD Raden Patah Surabaya Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan-tahapan proses konseling behavior maka peneliti menggunakan deskriptif komparatif yang mana membandingkan perilaku atau kondisi yang tampak sebelum dan sesudah diadakannya proses konseling behavior melalui teknik shaping, modelling, positive reinforcement, dan token economy. No Tabel 4.1. Perilaku Konseli, Sebelum dan Sesudah Proses Konseling Perilaku Konseli Sebelum Proses Konseling Sesudah Proses Konseling

96 A B C A B C 1 Bertanya 2 Berbicara tanpa canggung 3 Berani mengungkapkan keinginan 4 Bermain bersama teman-teman 5 Berani tampil Keterangan: A B C : Dilakukan : Kadang-kadang dilakukan : Tidak dilakukan Dari tabel diatas dapat dideskripsikan adanya perubahan perilaku konseli yang ditunjukkan sebagai berikut: 1. Konseli sudah mulai percaya diri untuk bertanya hal yang tidak diketahuinya. Konseli menunjukkan perubahan yang sangat baik, dia tidak hanya berdiri didalam bangku namun berani bertanya dengan menghampiri wali kelasnya. 2. Konseli sudah kadang-kadang berbicara dengan temannya maupun dengan konselor tidak begitu canggung. 3. Konseli juga berani mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya kepada konselor, padahal konseli baru mengenal konselor. 4. Dalam diri konseli kadang-kadang mulai bermain bersama teman-temannya. 5. Dapat terhitung selama bersekolah konseli maju didepan kelas, sekarang sudah tumbuh rasa percaya dirinya untuk tampil didepan kelas dan dilihat oleh teman kelasnya. Dalam buku Suharsimi Arikunto dijelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan yang mengacu pada presentasi sebagai berikut :

97 1. > 75 % dikategorikan berhasil 2. 60 % - 75 % dikategorikan cukup berhasil 3. < 60 % dikategorikan kurang berhasil 84. Dari tabel 4.1 dapat diketahui hasil dari konseling behavior, yakni dengan perhitungan sebagai berikut: A : Dilakukan : x 100% = 60% B : Kadang-kadang dilakukan : x 100% = 40% C : Tidak dilakukan : x 100 % = 0% Dengan demikian konseling behavior menangani kasus selective mutism pada seorang siswa kelas 4 SD Raden Patah Surabaya dapat dikategorikan cukup berhasil. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat menunjukkan angka 60% pada perilaku akibat adanya rasa ketakutan dan kecemasan dalam diri konseli sehingga tidak tumbuh rasa percaya diri menjalani aktivitas di lingkungan sekolah. Jadi angka tersebut tergolong dalam kategori 60% - 75% yang artinya cukup berhasil. 84 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 343.